Part 16.1

9.6K 594 9
                                    



Stepmoom 16

Alina melipat tangannya di dada. Mata menyipit dan alisnya berkerut. Namun ekspresi itu tidak lama karena segera berganti dengan senyuman bahagia.  Tangannya pun sudah tidak terlipat di dadanya.

"Oh jadi tante calon ibu mereka? Kalau gitu aku terimakasih karena akhirnya aku bisa menemukan alasan untuk memutuskan tali pertunangan dengan om Damar." Alih-alih sedih karena ada yang mengganggu hubungannya dengan Danar, Alina malah girang karena dia bisa kabur dari hubungan anehnya bersama Damar.

"Tunangan? Jangan banyak berkhayal kamu." Justru kini Erika yang kebakaran jenggot. Dia baru tau kalau Damar bertunangan dengan gadis muda bahkan terlalu muda untuk menjadi ibu dari tiga anak.

"Kalau enggak percaya sih boleh ditanya ke papanya Disya Deno. Tapi beneran lho, kalau anda mau jadi istri om Damar aku malah seneng banget."

Alina maju selangkah untuk lebih dekat dengan Erika. Dia antusias sekali kalau memang ada yang mau bertunangan dengan om duda. Om duda itu nyebelin,om duda juga suka merintah. Alina cuman sayang sama anak-anak om duda. Kalau memang anak-anak om duda bisa menemukan ibu lain, Alina akan lega.

"Mama enggak boleh putus sama papa!" Seru Deno sambil menampakkan telunjuknya kearah Alina.

"Disya juga gak mau. Disya marah kalau mama putus!" Gantian Disya yang mengomel. Tanganya dilipat di dada dan bibirnya sudah maju beberapa meter.

"Yah, kok Disya Deno marah sih. Mama enggak putus kok. Papa kan masih di Jepang, mana bisa mama putus. Yha kan?" Disya Deno masih cemberut mensengar jawaban dari Alina.

"Liat, mama masih pakai cincin dari papa lho. Ini kalian kan yang masangin?" Alina mengangkat tangannya.

"Tapi mama janji gak putus yha!" Disya dengan tangan yang masih dilipat di dada.

"Iya sayang, sini Disya dan Deno mama peluk."

Erika yang melihat drama ini hanya bisa mendengus kesal. Bagaimanapun yang boleh menjadi istri Damar adalah Erika. Tidak boleh ada yang lain.  Bahkan maminya juga sudah merestui kalau dia menikah dengan Damar.
.
.
.
Hari Jumat datang juga. Setiap malam Alina tidur di rumah on duda untuk menemani Disya Deno dan Deni. Untung saja malam kedia mamanya om Damar sudah bisa bergabung di rumah om Damar, jadi Alina tidak sepusing pada hari pertama.

Dendi akhirnya tidur bersama nenek karena Ale tidur di rumah, Alina tidak izinkan Ale tidur disini. Ale sedang demam dan hanya mama yang bisa merawatnya.

Mereka sudah bersiap untuk menjemput Damar sore ini kecuali nenek yang sudah pulang dari tadi siang. Nenek ada arisan pensiunan katanya. Semua sudah berganti baju, tinggal menunggu sopir yang sedang menyiapkan mobil. Tiba-tiba ada tamu datang.

"Kalian masih belum berangkatkan?"

"Tante Erika!" Pekik Disya Deno.

"Hai sayang. Kalian sudah sudah ganteng dan cantik. Ini tante bawain kue keju kesukaan Disya dan Dendi, terus ada kue coklat juga buat Deno."

"Aku juga gak dibawain tante?" Alina dengan lugunya bertanya ke Erika.

"Tante? Kamu panggil aku tante?"

"Hihihi aku panggil apa dong? Kak Erika aja yha?"

"Iya, lagian aku ini masih muda. Panggil aku kakak aja. Kamu masih kuliah?"

Alina menggeleng. "Baru lulus SMA, ini masih milih-milih kampus."

"Yang bener kamu?"

"Iya kak. Kakak sendiri masih kuliah?"

"Aku baru lulus."

"Jadi aku dibawain roti juga enggak?"

"Iya, tuh aku bawain satu kerdus."

"Kak Erika baik banget!"

"Baik itu kalau kamu kasih mas Damar ke aku."

"Kalau masalah itu mah aku rela kak Erika. Nanti deh aku bantu comblangin sama on Damar."

Stepmother Wannabe (Miss Nyinyir)Where stories live. Discover now