25. Agak Berlebihan

6.9K 759 27
                                    

Jihoon lagi-lagi cuma bisa mendecih, dia itu merasa risih sejak tadi. Ya gimana gak risih ya kalo tiap dia mau ngapa-ngapain suaminya itu selalu aja ngikutin. Contohnya kayak sekarang ini, niatnya dia lagi mau buat sarapan buat mereka eh tapi suaminya itu malah ngerusuh, mengintil kesana-kemari buat dirinya risih, gak ngerasa bebas bergerak dan juga gerah. Ya bayangin aja jadi berasa induk ayam yang gak bebas diikutin terus sama anak ayamnya padahal cuma buat ngelakuin hal sederhana aja.

Ya, katakanlah Soonyoung itu lebay, berlebihan, parnoan dan pendeskripsian berlebihan lainnya. Sejak dia tau jika istrinya itu sekarang sedang mengandung, dia jadi makin protektif bahkan ya itu terlalu over melebihi batas. Tapi kalo Jihoon sendiri malah nyebut suaminya sendiri itu jadi makin alay, terlalu berlebihan. Hah kadang Jihoon lelah sama sifat berlebihannya suaminya itu tapi mau gimana? Itu udah sifat bawaannya sih susah buat diubah lagi.

Dari hasil pemeriksaan kemarin itu, Jihoon memang dinyatakan mengandung dan usia kandungannya itu juga baru memasuki usia 5 minggu, masih kecil dan rawan. Sewaktu tau hal itu, Jihoon tentu gak bisa lagi buat gak nahan malu ngeliat kelakuan suaminya di sore hari sepulang kerja saat itu. Seperti yang dijanjikan Jihoon saat di resto sebelumnya, dia akan ceritain semuanya itu ke suaminya. Ehh tapi saat dikasih tau malah jadi salah satu hal memalukan akhirnya.

Hmm gimana gak malu ya? Tiba-tiba, gak ada angin, gak ada ujan, suaminya langsung keluar dari rumah, lari-larian, teriak-teriak ngumumin kehamilan istrinya itu kepada para tetangga yang ada di Kompleks-17 seselesainya Jihoon cerita. Tanggapan para tetangga waktu itu? Yang pasti double kaget. Iya, pertama kaget karena dengar teriak-teriakan hebohnya Soonyoung dan yang kedua ya kaget tapi juga turut ikut seneng waktu tau kabar kehamilan Jihoon.

Lepas dari pengalaman sore yang memalukan itu, Soonyoung ya yang seperti dibilang oleh Jihoon, dia berlebihan. Jihoon selalu dilarang melakukan hal-hal yang berat, contohnya adalah membersihkan rumah. Hingga yang biasanya dia kerjakan sendiri, kini dikerjakan oleh seorang ART yang dipekerjakan secara harian oleh Soonyoung. Iya, Soonyoung itu juga yang bersikeras minta + maksa dan mencarikan seorang ART harian yang mau bekerja padanya. Selain itu, Jihoon juga bahkan dilarang keras buat bawa kendaraan sendiri, jadi kemana-mana pasti akan diantar oleh Soonyoung buat mobil Brio putih miliknya hanya menganggur saja didalam garasi rumah tanpa bisa disentuh jika tak ada ijin dari Soonyoung.

Yang lebih parah adalah Soonyoung bahkan pernah meminta Jihoon untuk berhenti mengajar piano di kursus dimana yang sudah hampir 3 tahun ini jadi tempat ia bekerja. Dan soal ini sih tentu aja Jihoon sangat sangat sangat menolaknya bahkan sempat berdebat hingga berujung kemenangan Jihoon. Iyalah menang kalo ancamannya Soonyoung harus tidur di sofa gitu mana bisa dia menang? Hmm

"Mas.. Kenapa jadi ngikutin adek terus sih?" ujar Jihoon akhirnya, ngerasa makin risih beneran lama-lama. Lagipula emang suaminya itu gak ada kerjaan apa ya ngikutin dia begini?

"Ya mas kan cuma khawatir aja dek.. Adek mau ambil panci, iya? Biar mas aja yang ambilin.." ujar Soonyoung sambil menggeser sedikit tubuh istrinya yang tadi sedang menjinjit, berniat mengambil panci yang ada di lemari atas dapur yang agak tinggi.

"Ini. Kalo mau ambil kayak ginian panggil mas aja.. Jangan maksain buat ambil sendiri apalagi sampe nekat kamu naik-naik ya. Mas gak ijinin." ujar Soonyoung buat Jihoon cuma bisa ngehela nafasnya aja sama kerempongan suaminya itu.

"Iya mas iya.. Yauda tunggu sana dulu, adek mau masak nih. Jangan deket-deket, gerah." ujarnya lalu segera mengisi panci itu dengan air, berniat membuat sup.

Wushhhh wusshhh~

Winngg~

"Mas ngapain sih?" tanya Jihoon yang lagi-lagi risih sama kelakuan suaminya sekarang.

"Katanya kamu gerah? Yauda ini mas kipasin. Masih gerah?" tanya Soonyoung sambil terus mencoba mengipasi istrinya itu dengan kipas angin mini elektrik warna putih yang ia miliki.

"Mas!" balas Jihoon dengan dahi berkerut, kesal. Menyadari mood istrinya sedang tidak baik saat ini, Soonyoung pun pada akhirnya menyerah dan berhenti.

...

Yang terdengar sekarang di ruang makan adalah suara dentingan sendok, garpu dan piring dari masing-masing Jihoon maupun Soonyoung. Mereka berdua tampak menikmati sup ayam yang tadi dibuat oleh Jihoon dengan berbagai keluhan -soal sikap berlebihan suaminya- yang makin menjadi itu. Dalam diam, Soonyoung tetap masih fokus mengamati sang istri yang duduk dihadapannya.

"Dek kenapa kok gak dimakan sayurnya?" tanya Soonyoung saat melihat Jihoon yang terlihat sedang memisahkan beberapa sayuran seperti kol, daun sup hingga kacang panjang dan wortel. Sejak tadi yang ia makan hanya kentang serta potongan baso ikan saja bahkan itupun hanya sedikit sekali.

"Gak mau." balas Jihoon lalu segera menyudahi makannya. Dan hal itu sukses buat Soonyoung langsung meletakkan sendok garpunya dan berpindah duduk ke samping Jihoon. Ia mengambil alih piring itu beserta sendok yang tadi dipegang oleh istrinya.

"Kenapa gak makan lagi? Setauku kamu gak sepemilih ini." ujarnya lalu memaksa untuk menyuapkan beberapa potong wortel pada istrinya yang terus menggeleng, menolak.

"Lagi gak pengen, mas. Aku gak mau. Mual." ujarnya lalu segera menutup mulutnya, menolak untuk makan lebih banyak.

Jujur aja dia emang sedang ngerasa mual. Semakin dipaksa untuk makan, dirinya jadi merasa semakin mual karenanya dia memilih untuk menyudahi waktu makannya. Soonyoung yang ada disebelahnya pun sejak tadi terus mencoba untuk membujuknya untuk kembali melanjutkan makan. Wajar sih karena Jihoon hanya makan beberapa suap saja tadi dan tiba-tiba sudah memilih berhenti makan saja. Siapa yang gak khawatir?

"Mau aku buatin makanan lain aja? Mau roti?" tawarnya namun Jihoon masih menggeleng.

"Makan, kamu harus makan, dek. Setidaknya 2-3 sendok lagi, ya?" bujuk Soonyoung tapi Jihoon tetap saja menolak.

"Ughhh~" tiba-tiba Jihoon langsung bangkit dan berjalan cepat masuk ke dalam dapur tepatnya ke arah wastafel yang ada didekat dapur. Ia mual dan rasanya ingin memuntahkan apa saja yang baru masuk ke dalam tubuhnya.

"Dek?" Soonyoung keliatan panik waktu nemuin raut pucat istrinya itu dan nafas yang terengah.

"Masih mual? Mau mas bawa ke dokter aja? Atau gi-"

"Gak apa, mas. Jangan terlalu berlebihan. Udah biasa kok begini kalo sedang hamil." jelas Jihoon sambil mencoba menahan rasa mualnya lagi. Soonyoung sendiri hanya bisa diam dan kembali mengusap-ngusap lembut dan penuh sayang punggung istrinya itu.

Soonyoung itu bukannya apa, dia hanya terlalu khawatir dan sifat jeleknya Soonyoung saat khawatir itu ya begini, suka berlebihan. Dia tentu senang sama kabar kehamilan istrinya itu tapi satu sisi dia juga merasa was-was juga. Ada ketakutan sendiri di dirinya yang takut gak bisa ngejagain istrinya dan itu yang ngebuat dirinya jadi berlebihan juga. Dia cuma gak mau sampe lalai dan nyebabin sesuatu yang buruk buat istri dan calon bayi mereka kedepannya. Dia takut gak bisa buat ngejaga mereka dengan baik, takut tidak bisa menjadi berguna dan ceroboh juga. Ketakutan-ketakutan itu begitu menghantui diri Soonyoung dan membentuk sifatnya menjadi seperti ini yang banyak melarang ini-itu hingga berlebihan dalam menyikapi sesuatu.

"Duduklah, aku siapkan minuman hangat setelah itu minum vitaminmu, ya? Dan aku mohon jangan membantah." dan perkataan itu sukses membungkan Jihoon dan membuat dirinya untuk duduk di sofa diruang tengah rumah mereka yang sepi.

.


.


.

TBC

KOMPLEKS-17 (GS) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang