27. Selamat Datang

6.4K 776 11
                                    

Mobil hitam itu terus melaju membelah jalanan yang basah, maklum hujan baru saja berhenti dan meninggalkan jejak basah diatas aspal dan tanah lembab. Didalam mobil itu terlihat Jisoo yang tak berhenti menyunggingkan senyumnya sambil sesekali melirik ke arah seorang anak laki-laki yang duduk disampingnya, menempelkan wajahnya ke kaca jendela mobil dan memandangi pemandangan kota dalam diam tanpa meninggalkan satu boneka beruang yang setia digenggamnya.

"Kamu suka pemandangannya, nak?" tanya Jisoo pada anak laki-laki yang masih terdiam itu, Jeno, atau lebih tepatnya yang sekarang telah menjadi Lee Jeno.

"Suka.." jawabnya lirih sekali tapi Jisoo tetap menyunggingkan senyumnya. Setidaknya dirinya tidak dibalas dengan gumaman atau anggukan kepala seperti biasanya.

Pemandangan gedung-gedung tinggi dengan barisan mobil kini telah berganti dengan pemandangan barisan rumah dan juga pepohonan saat mobil hitam itu memasuki jalanan kompleks dimana Jisoo tinggal, Kompleks-17. Jeno sendiri bahkan melihatnya dengan pandangan kagum. Maklumlah, dia baru kali ini merasakan memasuki tempat asing begini dan dengan status baru pula.

Dan kini mobil itu sudah memasuki pekarangan rumah yang terbilang besar yang ada didalam kompleks itu. Jisoo menyunggingkan senyumnya pada Jeno saat anak laki-laki itu menolehkan kepalanya sesaat setelah mobil itu berhenti dan terparkir di dalam garasi rumah.

"Kita sudah sampai. Ayo turun.." ujar Jisoo sambil membawa beberapa barang milik Jeno.

Jisoo berjalan dengan sebelah tangan menggandeng tangan Jeno lembut. Anak laki-laki itu masih saja diam meski wajahnya tak kuasa menutupi rasa kagumnya melihat rumah besar itu. Menyadarinya, Jisoo pun hanya tersenyum saja dan mengajak putranya untuk lebih masuk ke dalam.

"Kita sudah sampai. Rumah ini sekarang sudah jadi rumah Jeno. Gimana? Jeno suka?" tanya Jisoo sambil menjongkokkan tubuhnya, menyetarakannya dengan tinggi sang anak.

"Hmm" balas Jeno yang hanya berupa gumaman meski seulas senyum tipis juga terukir diwajahnya.

"Selamat siang, den Jeno.." ujar Bibi Goo, salah seorang maid yang bekerja di rumah itu.

"Sayang, ini Bibi Goo, bibi bekerja disini membantu bunda. Jika Jeno butuh sesuatu, Jeno bisa minta tolong bunda atau bibi disini, ya?" ujar Jisoo memperkenalkan salah seorang maidnya itu pada putranya yang dibalas sebuah anggukan kecil dan seulas senyuman tipis lagi.

"Nyonya, mau saya siapkan makan siang segera?" tanya Bibi Goo pada Jisoo.

"Boleh bi.. Nanti saya dan Jeno akan turun kembali untuk makan siang. Terima kasih bibi.." balas Jisoo dan setelahnya Bibi Goo pun langsung kembali menuju ke dapur untuk menyiapkan makan siang.

"Mau ke lantai atas liat kamar Jeno?" tanya Jisoo dan lagi-lagi hanya diangguki oleh Jeno.

"Mau ke lantai atas liat kamar Jeno?" tanya Jisoo dan lagi-lagi hanya diangguki oleh Jeno

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.


"Taraaa ini kamar Jeno. Gimana? Jeno suka?" tanya Jisoo saat pintu kamar yang berwarna hitam itu terbuka dan menampilkan sebuah kamar yang udah disulap sedemikian rupa khusus untuk Jeno.

Ya, ini semua adalah kerjaan Jisoo sendiri. Beberapa minggu sebelumnya ia sudah repot menyiapkan kamar ini. Letak kamar ini memang bersebrangan dengan kamar utama tempatnya bersama sang suami. Awal mulanya kamar ini memang hanya dijadikan sebuah kamar tamu saja dan dibiarkan kosong seperti 2 kamar dilantai bawah lainnya. Maklumlah dirumah yang besar ini kan hanya ada dirinya bersama sang suami saja yang tinggal. Bibi Goo dan sang supir pun tidak tinggal disana, mereka hanya datang dipagi hari dan pulang saat malam harinya. Jadi bisa terbayangkan gimana sepinya rumah itu?

Jisoo memang bisa terbilang excited dalam menyiapkan kamar ini untuk putranya, Lee Jeno. Ia bahkan beberapa kali harus bolak-balik ke toko dan mall hanya demi menyiapkan satu kamar untuk Jeno. Seokmin yang mengetahuinya pun hanya bisa memaklumi saja. Wajarlah melihat istrinya yang excited begitu bahkan dirinya juga sama sekali tak pernah keberatan ataupun melarang. Ia selalu mendukung apapun keputusan yang diambil oleh sang istri.

"Jeno suka kamarnya? Kalo ada yang Jeno butuhkan, nanti bunda akan ajak Jeno jalan-jalan dan Jeno bisa beli apapun yang Jeno mau." ujar Jisoo sambil mendudukkan dirinya dipinggir ranjang, sementara Jeno sendiri masih berdiri ditengah ruangan, begitu mengagumi ruangan yang dibilang akan menjadi kamarnya sekarang itu.

"Jeno suka. Terima kasih ibu peri.." ujar Jeno sambil tersenyum lebar, nunjukin eye smile lucunya buat Jisoo sangat gemas melihatnya.

"Jangan panggil ibu peri lagi.. Sekarang Jeno bisa panggil ibu sebagai Bunda." ujar Jisoo sambil mengusap lembut rambut halus Jeno yang kini ikut terduduk disampingnya, masih dengan memeluk erat boneka beruangnya.

"Terima kasih, Bunda..." ujar Jeno meski dengan nada suara yang terdengar ragu, maklumlah mungkin dia memang belum terbiasa. Namun hal itu sudah cukup buat Jisoo bahagia. Sudah sejak lama dia memimpikan hal ini, dipanggil Bunda oleh seorang anak manis, semanis Jeno yang sudah resmi menjadi bagian keluarganya, resmi menjadi anaknya.

"Kalo gitu, ayo kita turun untuk makan siang. Bunda sudah meminta bibi untuk menyiapkan udang goreng kesukaan Jeno." ujar Jisoo yang diangguki oleh putranya itu.

...

Jisoo baru saja memutuskan sambungan telepon dan mencari Jeno. Iya, dia baru saja mengangkat pangilan telepon dari Seokmin, suaminya yang menanyakan tentang keadaan Jeno. Meski Seokmin harus berhalangan menyambut kedatangan Jeno dirumah karena urusan kerjaan, tapi dia juga gak melupakan soal Jeno, putra mereka. Ia hanya ingin tau bagaimana keadaan Jeno apakah dia merasa senang atau apa. Wajar saja jika ia penasaran, kan?

Selepas berbicara dengan suaminya, Jisoo mulai mencari keberadaan putranya, Jeno yang tiba-tiba menghilang. Setaunya tadi dia ada diruang tengah, sedang menonton tv yang menampilkan kartun spons kuning dengan teman bintang lautnya saat ia sedang mengangkat telepon. Tapi tak sampai setengah jam ia tinggal, Jeno sudah tak ada ditempatnya.

Jisoo berpikir jika Jeno ada dilantai atas, dikamarnya dan berniat untuk menyusulnya. Namun niat untuk menuju ke lantai atas langsung ia urungkan saat melihat pintu rumahnya yang terbuka dan menampilkan tubuh mungil Jeno disana, yang berusaha mengintip keluar. Melihatnya, Jisoo hanya bisa tersenyum saja.

"Jeno sedang apa?" tanya Jisoo buat anak laki-laki itu terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya, melihat ke arah bunda nya.

"Jeno bosan ya dirumah? Mau bunda ajak jalan-jalan keluar? Nanti kita kenalan dengan teman baru Jeno disini. Gimana?" ujar Jisoo namun Jeno masih saja diam dengan kepala tertunduk. Sebenarnya ia mau, tapi ia masih terlalu malu untuk mengakuinya terlebih ia juga masih merasa agak canggung dengan bunda nya itu. Maklumlah ia yang tadinya seorang anak yatim-piatu kini harus tinggal dengan orangtua angkatnya begitu.

"Ayo, bunda ajak jalan-jalan sebentar. Bunda ajak Jeno kenalan dengan teman-teman Jeno disini, ya? Jadi nanti Jeno bisa main dan gak kesepian." setelah berbicara begitu, Jisoo langsung saja menggandeng sebelah tangan Jeno dan berniat untuk keluar rumah dan mengunjungi rumah beberapa tetangganya sekalian mengenalkan Jeno pada yang lainnya.

Mungkin Jeno memang masih terlihat canggung bersama dengan Jisoo apalagi sesampainya mereka dirumah itu. Namun Jisoo yakin, ini hanyalah masalah waktu saja. Jika nanti sudah terbiasa, mungkin putranya itu bisa lebih terbuka dan ceria, kan?

.



.



.

TBC

KOMPLEKS-17 (GS) ✅Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt