69. Bunda Sakit

5.2K 568 60
                                    

Pagi ini, Jisoo merasa sangat pusing. Dirinya bahkan sampai tak kuat untuk bangkit dari tempat tidur karena pusing yang didera. Mencoba bergerak sedikit, kepalanya mendadak sakit, matanya langsung berkunang-kunang, membuat Jisoo hanya bisa diam di tempat tidurnya. Padahal saat jam segini, biasanya ia sudah ada didapur, menyiapkan sarapan untuk putranya, Jeno setiap paginya.

Tok Tok Tok

Ketukan pintu pelan terdengar, membuat Jisoo menolehkan kepala ke arah pintu. Disana, ia melihat sosok putranya yang masih mengenakan piyama birunya sedang mengintip ke dalam kamar. Pandangan mata mereka bertemu membuat Jeno langsung berjalan mendekati tempat tidur orangtuanya.

"Bunda..." lirih Jeno sambil memeluk sebelah tangan Jisoo yang sedang tersenyum meski wajahnya sangat pucat.

"Bibi bilang bunda sakit, ya?" ujar Jeno sambil mengelus pelan tangan kiri sang bunda.

"Mungkin bunda hanya kelelahan. Istirahat sebentar mungkin bunda juga akan segera sehat. Maaf ya, kita jadi tak bisa sarapan bersama." ujar Jisoo sambil mengelus sayang rambut hitam putranya.

"Tidak apa. Tadi Jeno juga sudah sarapan dengan bibi kok." balas Jeno buat Jisoo tersenyum.

"Maaf ya.. Harusnya hari libur begini kita bisa jalan-jalan. Tapi tidak bisa karena bunda sedang begini." ujar Jisoo, sedikit menyesal. Padahal awalnya ia sudah berencana ingin mengajak putranya itu jalan-jalan dan menghabiskan waktu di mall.

"Tidak apa. Bunda harus banyak istirahat supaya cepat sembuh. Jeno sedih lihat bunda sakit." ujar Jeno buat Jisoo tak bisa untuk tak tersenyum. Ahh betapa ia sangat menyayangi putranya ini!

"Hari ini Jeno yang akan jadi dokternya bunda, ya?" sambung Jeno dengan penuh semangat membuat Jisoo rasanya hampir menangis karena merasa bahagia. Putranya itu, begitu perhatian dan sangat menyayanginya.

...

"Bi, bantu Jeno buatkan bubur untuk bunda ya?" ujar Jeno sambil memanggil Bibi Goo yang sedang berada di dapur.

"Bubur? Bibi sudah buatkan buburnya. Sebentar bibi antarkan ke kamar-"

"Tidak-tidak! Biar Jeno aja, bi! Jeno bisa kok!" balas Jeno dengan semangatnya.

"Baiklah. Tapi nanti bibi bantu juga ya.. Daripada buburnya jatuh dan tidak bisa dimakan?" ujar sang bibi pada Jeno.

"Ehem terima kasih, bibi!" ujar Jeno ceria sambil mengambil satu nampan berisi semangkuk bubur yang masih hangat. Sementara Bibi Goo membawa tambahan lainnya menuju ke kamar pemilik rumah.

Pelan, pintu kamar berwarna cokelat itu terbuka, menampilkan sosok Jeno yang masih memakai piyamanya, membawakan semangkuk bubur untuk sang bunda. Ia terlihat berjalan dengan sangat hati-hati, takut bubur itu tumpah meskipun ia sedikit merasa pegal dan takut-takut.

"Bunda harus sarapan juga. Lalu minum obatnya. Jeno mau bunda cepat sembuh..." Ujar Jeno sambil meletakkan nampan itu di meja nakas, samping tempat tidur orang tuanya.

"Terima kasih, sayang. Terima kasih, bi." ujar Jisoo pada sang putra dan Bibi Goo.

"Bunda.. Kalau masih sakit, mau Jeno temani ke dokter?" ujar Jeno saat melihat bundanya sedang menikmati bubur hangat itu perlahan.

"Tidak perlu sayang, habis minum obat nanti bunda juga sudah lebih baik." ujar Jisoo sambil memaksakan senyum di bibir pucatnya. Sekali lihat, orang pasti akan tau jika Jisoo sedang tidak baik-baik saja. Wajahnya sangat pucat bahkan keringat dingin mulai membasahi keningnya yang sesekali mengernyit seperti menahan sakit.

Baru saja Jisoo mau menyuapkan buburnya, rasa mual itu datang dan buat Jisoo buru-buru bangkit dari tempat tidurnya dan beranjak ke kamar mandi. Melihat bundanya begitu, Jeno pun langsung menyusul dengan wajah khawatirnya yang kentara bahkan terlihat hampir menangis.

KOMPLEKS-17 (GS) ✅Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz