4

18K 849 28
                                    

Arvin merasa tidurnya terganggu karena mendengar suara orang menggigil. Ia membuka mata bergerak mendekati sumber suara. Arvin melihat kebawah dimana Aileen tidur meringkuk dengan badannya menggigil kedinginan.

Arvin segera turun dari atas ranjang kemudian mendekati Aileen, dilihatnya terdapat sisa air mata dipipi perempuan menyandang sebagai istrinya.

Arvin tersenyum miring. “Ok, ini belum seberapa Aileen Hiesya Riendila.”

Jari telunjuk Arvin bergerak menyusuri setiap jengkal wajah Aileen. “Ini baru permulaan Aileen, gue akan buat hidup lo menderita karena orangtua lo udah bikin hidup gue hancur dengan menikahi lo.”

Arvin mengangkat tubuh Aileen keatas ranjang lalu menyelimutinya. “Jaga kesehatan cantik, dendam gue belum selesai.” Katanya mengusap sisa air mata Aileen.

Arvin melihat kearah dinding, terdapat jam menunjukkan pukul 3 pagi. Arvin berdiri menuju pintu, membuka kunci lalu keluar dari kamar Aileen dan kembali ke kamarnya.

Arvin merebahkan badan di kasur king sizenya. ia melirik kenakas mengambil handphone dan menekan salah satu kontak nama yang ada disana.

Hallo.” Ucap orang disebrang.

“Hallo sayang.” Jawab Arvin.

Sayang kamu kemana aja? kemarin aku hubungi kamu tapi nomernya nggak aktif.

Sayang. Siapa dia?

Dia adalah Clarissa-pacar Arvin. Arvin tak mempedulikan statusnya telah menjadi suami orang, yang penting saat ini adalah kebagiaannya dengan Clarissa.

“Iya. Maaf sayang, kemarin aku nggak hubungi kamu soalnya aku lagi sibuk bantuin papa.” Alibi Arvin. Tidak mungkin ia harus jujur tentang statusnya sekarang, bisa hancur reputasi nya disekolah.

Oh, Gitu.

Sayang......

“Apa honey?”

Nanti kita jalan ya, aku kangen sama kamu.

“Ok. Nanti pulang sekolah kita jalan, kamu mau jalan kemana?”

Aku mau ke mall, terus aku mau shopping, boleh ya sayang....

It's ok, apasih yang enggak buat kamu.”

Makasih sayang.

“Iya. Yaudah kamu lanjutin tidunya, maaf aku ganggu tidur kamu.”

Nggak papa kok sayang, see you.

“See you to.” Arvin mematikan sambungan telefon, lalu meletakkan handphone di nakas.

Arvin kembali memejamkan mata, sekarang rasa takutnya hilang karena sudah pagi dan sudah banyak orang beraktivitas diluar.

*****

“Huah........” Arvin menarik kedua tangan keatas, sebagai peregangan.

Sinar matahari telah menembus korden kamar, Arvin melirik jam yang menunjukkan pukul 6 pagi.

“Tumben jam segini gue udah bangun.” Gumam Arvin.

Arvin bergegas keluar dari kamar menuju kamar Aileen untuk mengecek kondisi perempuan itu.

Arvin duduk di sisi ranjang kemudian memegang dahi Aileen. “Panas banget badannya.”

Arvin memutuskan untuk membagunkan Aileen. “Lin, bangun woy udah pagi.” Teriaknya menggoyangkan badan Aileen.

ARLEEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang