41

18.4K 718 25
                                    

Arvin melangkah lebar menyusuri lorong rumah sakit. Pulang dari sekolah, Arvin langsung masuk kamar tanpa memperpanjang perdebatan-nya dengan sang oma. Masuk kamar, Arvin membersihkan diri lalu bersiap menuju apartemen baru kerumah sakit.

Langkah Arvin terhenti ketika seorang menegurnya. “Vin, gawat ini. Gawat!”

Arvin mengernyit tidak tau maksud dari ucapan seseorang yang tak lain ialah sahabatnya, Delan. “Gawat apaan?” Tanyanya bingung.

“Gawat! Gawat parah vin! Gawat!”

“Iya, gawat apaan? Apanya yang gawat?” Arvin dibikin bingung sekaligus penasaran melihat tingkah Delan, terlihat panik.

“Aileen, vin. Aileen!” Delan kepanikan, sambil menunjuk-nunjuk ruangan Aileen dirawat.

Jantung Arvin berdetak lebih cepat, saat nama Aileen keluar dari mulut sahabatnya. Perasaannya mulai tidak enak, merasa ada sesuatu terjadi pada Aileen.

“Aileen kenapa?” Tanya Arvin.

“Aileen diambil keluarga-nya!” Jawab Delan.

“Apa!”Arvin kaget memdengar jawaban Delan. Rasanya bingung, harus mempercayainya atau tidak. “Keluarga siapa? Jangan ngaco deh lo! Nggak mungkin, kan orangtua-nya hidup lagi.”

“Bego!” Delan berseru didepan muka Arvin. “Mana ada orang mati hidup lagi, goblok!”

“Terus maksud lo keluarga siapa? Aileen udah nggak punya siapa-siapa disini!” Ujar Arvin sedikit meninggikan suaranya.

“Abangnya Aileen!”

Deg!

Arvin terdiam seribu kata, ia takut hal itu benar-benar terjadi. Tidak mungkin kakak Aileen kembali. Tidak!

“Abang?”

Delan mengangguk mantap. “Iya, abangnya Aileen!”

Arvin tersenyum sinis. “Lo bohongkan sama gue? Ngaku lo! Lo bohong kan?” Selidiknya tidak percaya, rasanya sulit mempercayai sosok Delan.

“Gue nggak bohong!” Tegas Delan. “Liat didalem, disana ada abangnya Aileen!”

Tanpa mengucapkan apa-apa, Arvin melenggang pergi dari hadapan Delan. Dan sepeninggalan Arvin, Devano datang dari arah belakang Delan.

“Belum apa-apa, masalah udah jadi ribet.” Gumam Devano, duduk dibangku besi—depan ruang ICU.

Delan menyusul duduk, disebelah sahabatnya. “Pusing gue!” Katanya mengacak rambutnya, kasar.

“Tadi gue kabarin om Tegar, kalo abangnya Aileen datang. Dan katanya, om Tegar bakal kesini sekarang.” Tutur Devano sambil mengusap wajahnya. “Dia lagi otw, sama tante Mona.”

“Bagus deh kalo gitu.” Cetus Delan. “Kayaknya kita nggak perlu lakuin rencana tadi, dengan datangnya abang Aileen semua udah menjadi bencana buat Arvin.”

Devano mengaguk menyetujui, melihat tampang kakak kandung Aileen. Sepertinya cowok itu, bukan cowok biasa. Sangat terlihat dari mimik wajahnya, kakak Aileen terkesan galak dan tegas.

“Gue merinding, liat abangnya Aileen.” Ungkap Devano menggaruk belakang telinga sambil meringis.

“Sama.” Timpal Delan. “Kaya mons—”

“PERGI LO, DARI DISINI!” Pintu ruangan terbuka, melihatkan dua pemuda laki-laki dengan salah satu dari mereka-mendorong pemuda satunya.

“JANGAN PERNAH LO TUNJUKIN MUKA LO, DIHADAPAN ADIK GUE!” Setelah mengucapkan kalimat itu, pemuda berwakan tinggi, gagah itu—memberi bogeman pada pemuda lawannya.

ARLEEN [END]Where stories live. Discover now