Pemakaman Arvin, dilakukan pada pagi hari pukul sembilan waktu indonesia barat. Keluarga serta kerabat, datang memberi penghormatan terakhir untuk Arvin.
Para pelayat yang tak lain ialah teman sekolah Arvin, ikut meneteskan air mata melihat jenazah Arvin yang akan dimasukkan kedalam liang lahat.
Tak ada yang menyangka jika, cowok playboy sma Kebangsaan harus pergi secepat itu. Sepeninggalan Arvin, akan mengurangi stok cogan sma Kebangsaan.
Tegar—papa Arvin ikut turun tangan masuk dalam lubang kuburan untuk mengistirahatkan putra semata wayangnya terakhir kalinya.
“Delan.” Seru Zanier, ketika Delan akan ikut turun bersama papa Arvin.
Delan memutar badan. “Kenapa?”
“Boleh gue aja, yang turun kesitu?” Pinta Zanier, ingin memberi penghormatan terakhir kepada malaikat penolongnya.
Delan tersenyum tipis. “Boleh, Arvin pasti seneng ada lo yang bantuin dia istirahat.” Jawab Delan menepuk bahu Zanier.
Semalam, Zanier menjelaskan kepada semua keluarga besar Arvin mengenai kronologi kejadian yang mengakibatkan nyawa Arvin melayang.
Tidak ada yang menyalahkan Zanier, hanya saja Mona merasa sangat amat kehilangan putra semata wayangnya.
Semalam Zanier tidak hanya berjanji menjaga Aileen saja, tetapi cowok berambut pirang coklat muda itu juga berjanji untuk menyanyagi mama Arvin seperti ibu kandungnya sendiri. Zanier juga berjanji pada dirinya sendiri—akan selalu ada untuk mama Arvin.
Mengenai Aileen, dari semalam perempuan itu tak berhenti menangis. Aileen sempat tertidur, mungkin kelelahan menangis. Dimana Aileen tertidur? Aileen tertidur dipelukan Arvin. Setelah jenazah Arvin dibawa pulang, Aileen tau mau jauh-jauh dari pemilik mata elang itu.
Para pelayat, menatap Aileen iba. Wajahnya sampai memerah karena terus menerus menangisi Arvin. Fisiknya juga lemah—tak ada makanan yang masuk ke perut.
“Jangan!” Seru Aileen saat petugas gali kubur akan menutup lubang kuburan Arvin.
Alan mendekap adiknya yang akan memberontak—masuk kedalam lubang kubur. “Tenang, sayang. Tenang. Kasihan Arvin, kalau ditangisi terus kaya gitu.” Nasehat Alan.
“Kak Arvin belum pergi, kak. Kak Arvin nggak mungkin ninggalin aku.” Ucap Aileen belum bisa menerima kepergian Arvin.
“Arvin udah pergi, Aileen.”
“Nggak! Kak Arvin nggak akan pergi!” Keukeuh Aileen, tidak terima ada yang mengatai Arvin sudah pergi. Menurutnya, Arvin masih hidup.
“Jangan di injak! Kasian kak Arvin kesakitan dibawah! Jangan di injak, jangan!” Teriak Aileen, saat petugas gali kubur menginjak-nginjak tanah makam Arvin agar tanahnya padat.
Mona tak tega melihat menantunya, berjalan mendekati Aileen lalu memeluk tubuh lemah menantunya. Mona menangis, sambil menciumi puncak kepala Aileen.
Acara pemakaman Arvin telah selesai, para pelayat mulai perpamitan pulang. Tetapi banyak teman Arvin, masih tetap tinggal ditempat. Contohnya Delan, Devano, Zanier dan kedua temannya.
Aileen beranjak mendekati gundukan tanah bernisan nama Arvin. Aileen mengusap lembut nisan bertuliskan nama Arvin Putra Ravindra.
“Kak Arvin, kenapa bohongin aku?” Tanya Aileen, menatap lembut nisan Arvin masih tetap mengusapnya. “Katanya kemarin kakak mau jemput aku? Tapi kenapa tuhan yang jemput kakak.”
“Kenapa tuhan ambil kakak secepet ini?” Aileen menangis sesegukan, lalu memeluk makam Arvin.
Alan membiarkan adiknya memeluk makam Arvin sepuasnya. Awalnya Alan tak percaya, saat mendengar kabar Arvin meninggal. Secepat kilat, Alan pulang kerumah lalu mengajak istrinya untuk memastikan kebenaran berita itu dengan datang kerumah Arvin.
![](https://img.wattpad.com/cover/167657427-288-k812660.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLEEN [END]
Teen FictionTAMAT (Cerita masih lengkap) *(Dalam Tahap Revisi)* Jadi mohon, jangan kaget jika cerita kurang nyambung dari part sebelumnya. ¤¤¤¤¤¤ Sepeninggalan kedua orangtuanya, Aileen harus menerima kenyataan pahit jika dirinya...