8

16.5K 698 4
                                    

Hari ini Tegar dan Mona berencana mengunjungi rumah anak dan menantunya, sekalian mereka mengantar bi Odah untuk tinggal bersama mereka.

Maklumlah jika Aileen butuh pembantu untuk mengurusi rumah, karena memang Aileen juga harus tetap fokus dengan sekolahnya. Jadi Mona mengirim bi Odah kerumah Arvin.

Kedatangan bi Odah, pasti akan disambut hangat Arvin. Arvin sudah menganggap bi Odah seperti keluarganya sendiri karena bi Odah adalah orang yang membesarkan Arvin, bi Odah yang mengajarinya berjalan, berbicara, makan yang benar dan lain sebagainya.

Meskipun bukan mamanya sendiri yang membesarkan, tapi Arvin masih menyayangi Mona orang yang melahirkannya ke dunia.

Setelah sampai dihalaman rumah Arvin, Tegar segera memarkirkan mobilnya. Mona dan bi Odah keluar mobil lebih dahulu, lalu masuk kedalam rumah Arvin yang kebetulan tidak dikunci. "Arvin.. " Panggil Mona duduk diruang tamu.

"I-iya, ma. Bentar!"

Tak lama kemudian Arvin turun menemui orang tuanya, masih menggunakan sragam sekolah- sedikit basah. "Mah, Pah, bi Odah." Arvin menyalami Mona, Tegar, dan bi Odah bergantian lalu ikut duduk bersama.

Mona melihat lantai atas, mencari keberadaan menantunya. "Loh... Aileen kemana?"

"Iya, menantu kesayangan papa dimana?" Timpal Tegar, tidak menemukan keberadaan Aileen.

Arvin menggaruk tengkuknya, ia bingung harus menjawab apa kepada orangtuanya, mana mungkin ia menjawab jujur jika Aileen sakit karena ulahnya. "A-aileen lagi, Aileen dikamarnya ma."

"Kok nggak diajak kesini?" Entah mengapa Mona merasa ada sesuatu yang disembunyikan putranya, dari cara bicaranya saja sudah kelihatan.

"Gilak! Gue harus jawab apa? Duh.. Mati gue." Batin Arvin kebingungan.

"E-em.. Si Aileen, em..." Arvin bukan merupakan tipe laki-laki yang pandai berbohong, walaupun ia berbohong itupun sudah difikirkan dari awal. Kalau beginimah siap-siap saja otak harus di ajak kerja keras.

"Kamu itu kenapa?" Tidak berbeda dengan istrinya, Tegar juga merasakan hal yang sama mengenai Arvin. Anaknya sangat mencurigakan.

Karena rasa penasaran yang cukup tinggi, Mona beranjak melangkahkan kaki menuju kamar menantunya. Mona menaiki anak tanggga satu persatu tanpa mempedulikan teriakan Arvin yang melarangnya memasuki kamar Aileen.

"Pah.. Lepasin, aku bukan anak kecil lagi." Arvin memberontak, melepaskan tangan yang dicekal papanya dibelakang badan.

Tegar melepaskan cekalan tangan Arvin. "Eh... Mau kemana kamu?" Ujarnya menarik kerah belakang baju Arvin.

"Kamu dibelakang papa!" Perintah Tegar, berjalan menuju kamar Aileen. Tegar sengaja melambatkan lajunya saat menaiki anak tangga, ia ingin menguji tingkat kesabaran anaknya.

"Cepat dikit, pa."

"Sht.. Diam, papa sedang berkomunikasi dengan penunggu tangga rumah kamu." Begitulah kelakuan Tegar dengan Arvin, ia selalu menggoda anaknya mengenai hal-hal berbau mistis.

Entah alasan dari mana, Tegar memang hobi menakut-nakuti Arvin sampai Arvin ketakutan. Walaupun Arvin belum takut, Tegar selalu memiliki otak untuk mengkhayal cerita horor yang lebih menakutkan, meskipun sulit dinalar pakai otak.

Mona membuka knop pintu, ia menangkap sosok laki-laki duduk disisi ranjang Aileen. Mona sepertinya tidak asing dengan laki-laki itu tapi ia sedikit bingung, kenapa orang tersebut bisa berada dikamar Aileen dengan tangan mengusap lembut rambut menantunya.

"Devano." Mona melangkah mendekati tempat tidur Aileen. Mona sedikit terkejut melihat wajah menantu kesayangannya sangat pucat.

"Tante Mona." Devano mencium punggung tangan Mona, lalu berdiri menjauhi Aileen.

ARLEEN [END]Where stories live. Discover now