44

17.6K 663 30
                                    

Tanpa aba-aba, Aileen memeluk tubuh Arvin tanpa meminta izin sang pemilik. Aileen menumpahkan air matanya dalam dekapan Arvin.

Yang Aileen tangisi bukan karena permintaan maaf Arvin, tetapi Aileen menangis-mengingat perkataan Arvin yang ingin melanjutkan sekolah diluar negeri.

“Jangan pergi!” Lirih Aileen menumpahkan air matanya dalam pelukan Arvin.

Arvin menerima pelukan Aileen dengan senang hati, tangannya mengusap rambut Aileen tak ketinggalan—mencium puncak rambutnya.

“Dulu kak Alan tinggalin Aileen, lalu ayah dan bunda. Sekarang kak Arvin yang akan tinggalin aku, hiks hiks hiks.” Aileen mempererat dekapannya pada tubuh Arvin.

Sejahat-jahatnya Arvin pada Aileen, perempuan itu tak akan mampu membenci cowok bermata elang itu. Entah apa alasannya. Marah pun, Aileen tak mampu berlama-lama memarahi Arvin.

“Hanya sebentar, Aileen.” Ucap Arvin mengusap punggung Aileen, bergemetar karena menangis. “Satu tahun aja, setelah kamu lulus aku akan jemput kamu kesini.”

Aileen menggeleng, masih dalam keadaan menangis. “N-Nanti aku sama siapa?” Tanya Aileen sesegukan.

“Mama sama papa siap jagain kamu.”
Balas Arvin, lalu menarik nafas panjang. “Abang kamu juga akan lindungi kamu.”

Mendengar kalimat terakhir yang Arvin ucapkan, Aileen berhenti menangis tetapi masih sesegukan.

“Setiap orang punya alasan buat melakukan sesuatu, seperti contohnya abang kamu.” Kali ini Arvin akan memberikan penjelasan mengenai kakak Aileen, mau bagaimana pun Aileen tidak boleh membenci kakak kandungnya sendiri.

“Sebelumnya aku minta maaf karena udah ikut campur urusan pribadi kamu. Aku hanya bisa berharap kamu mau dengerin penjelasan abang kamu dulu.” Pinta Arvin penuh harap. “Setelah kamu dengar penjelasan itu, terserah! Kamu bebas mau lakuin apa ke abang kamu. Tapi tolong, kasih dia kesempatan.”

Aileen keukeuh menggeleng tidak mau menerima permintaan Arvin untuk bertemu kakaknya. “Kak Alan jahat! Kak Alan lebih memilih orang lain yang lebih kaya dari pada ayah-bunda, hiks hiks hiks.”

Arvin mengusap lembut, rambut Aileen bermaksud menenangkan. “Ok, aku tau. Tetapi apa kamu tau tujuan abang kamu lakuin hal itu? Dia pasti punya alasan! Baik-buruknya tujuan itu, kamu wajib mengetauhinya. Biar semua jelas, nggak ada kesalahpahaman antara kalian berdua.” Tutur Arvin.

“Besok kita temui abang kamu, ya.” Ajak Arvin, dibalas gelengan oleh Aileen. “Aku temanin, kamu nggak usah takut.”

“Beri abang kamu kesempatan sekali aja.” Mohon Arvin. “Jangan jadi orang pendendam, sepeti aku!”

Arvin mengurai pelukan Aileen, cowok bermata elang itu menghapus air mata Aileen dengan kedua ibu jarinya. “Besok kita temui abang kamu, ok?” Ujar Arvin dibalas anggukan Aileen.

“Sekarang, tidur gih! Udah malam.”

*****

Semalam, Arvin memberi tau kakak Aileen untuk mengajak ketemuan. Sangat menguntungkan, waktu bertemu kakak Aileen, papa Arvin sempat meminta nomor telfon cowok itu.

Awalnya Arvin meminta bertemu di cafe dekat sekolahnya, tetapi mengingat kondisi Aileen—baru saja pulang dari rumah sakit, akhirnya Arvin merubah tempat menjadi di rumahnya. Sekalian mengundang kakak Aileen—mengikuti tasyakuran dirumahnya.

ARLEEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang