16

14.8K 601 5
                                    

Suara dentuman musik Dj terdengar menggema di ruang sangat tertutup. Banyak orang sedang berjoget ria mengikuti alunan suara musik sang dj, meleok-leokkan tubuh hingga menggeleng-gelengkan kepala dapat menghilangkan rasa setres mereka. Minuman beralkohol menjadi menu utama bagi setiap pengunjung, tak luput dari itu asap rokok mengebul mengiringi malam-malam mereka.

Cowok berjaket biru dongker dengan setelan celana abu-abu, khas celana seorang pelajar. Cowok itu adalah Arvin Putra Ravindra. Cowok berpawakan bermata elang itu sudah menghabiskan 1 botol red wine hingga tak bersisa satu tetes pun.

Seorang bartender menghampiri Arvin terlihat sedang mabuk berat. “Bro, mending lo balik aja sono.” Ujar cowok itu, mengenal dekat Arvin.

Arvin tidak mempedulikan perkataan bartender itu. “Brisik! Bawain gue satu botol lagi.” Perintahnya sambil mengacungkan jari telunjuk.

Bartender itu menggeleng. “Udah deh, balik aja sono. Udah teler gitu masih minta satu botol lagi.” Toloknya.

“Tenang, nanti gue bayar.” Suara Arvin terdengar khas orang mabuk berat.

“Gue telfon Delan nih, biar anter lo pulang.”

“Kagak usah! Gue bisa pulang sendiri.” Ujar Arvin. “Nih... Uangnya, gue bayar tu minuman.” Arvin meletakkan beberapa uang warna merah diatas meja lalu berdiri menyambar tas sekolah miliknya.

Arvin berjalan sempoyongan keluar dari tempat padat orang, melangkahkan kedua kakinya mencari keberadaan motor hitamnya terparkir.

Setelah menemukan motornya, Arvin menaiki si hitam tak lupa memakai helm kemudian tancap gas meninggalkan tempat itu.

Dalam keadaan mabuk, Arvin melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Pandangan terlihat sedikit buram efek minum ditambah sorot lampu kendaraan lain membuat cowok itu tidak fokus berkendara. Tujuan Arvin hanya satu yaitu pulang kerumah. Ia juga tidak mempedulikan keselamatan-nya dijalan.

Dijalan kota, jalan menuju rumah Arvin melewati beberapa lampu merah. Pada lampu merah pertama, ketika Arvin lewat lampu menyala warna hijau. Jadi Arvin tidak perlu menghentikan motornya. Dilampu merah kedua, dari kejauhan terlihat lampu menyala warna merah.

Keadaan jalan yang sudah sepi, karena saat ini benda bulat melingkar dipergelangan tangan Arvin menunjukkan pukul satu pagi. Mungkin penghuni jalan sedang beristirahat dirumah.

Tidak mempedulikan lampu sedang bewarna merah, Arvin semakin kencang melajukan motornya. Hingga ia tidak sadar dari arah kiri melaju sebuah mobil berjalan menuju arah Arvin.

Hingga....

BRAK!!

Suara itu menggemparkan orang sekitar. Orang yang sedang berjalan, nongkrong, berkendara menghentikan aktivitas mereka. Mereka berlarian melihat seorang remaja terkapar ditengah jalan dengan darah segar mengalir dari tubuhnya.

“WOY TOLONGIN! JANGAN DILIATIN DOANG!” Teriak bapak-bapak bertato mengintruksi orang-orang yang masih terbengong.

Setelah tersadar, mereka mulai mengkrubungi remaja berwajah tampan tapi ketampanan-nya tertutup oleh darah. Mereka berbondong-bondong membawa anak muda itu menuju rumah sakit terdekat.

                              ****

Aileen dibikin panik karena suaminya dari tadi belum pulang juga. Perasaan cemas, khawatir, takut bercampur dalam hati-nya. Aileen sudah berusaha menelfon Arvin, lagi-lagi suara oporator yang ia dengar.

Aileen melihat jam menempel di dinding. Pukul tiga dini hari. Kemana laki-laki itu?

Rasa pusing dikepalanya beratambah karena memikirkan Arvin yang belum pulang. “Kak Arvin kemana sih, udah pagi belum pulang.”

ARLEEN [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin