28

14.9K 612 21
                                    

Tepat pukul tujuh pagi, Aileen baru keluar dari rumah besar milik Arvin. Sudah pasti gerbang sekolah sudah ditutup, jadi kali ini ia berpamitan berangkat sekolah tetapi kenyataanya pergi ke suatu tempat. Pagi ini, Aileen benar-benar lelah. Semalam perempuan itu tidur digudang beralaskan lantai, subuh-subuh Aileen bangun—melaksanakan kewajibannya. Tak sengaja perempuan itu perpapasan dengan nenek lampir, ia diseret menuju dapur lalu dilempari sebatang sapu. Aileen disuruh menyapu dan mengepel rumah sampai bersih.

Selesai melaksanakan tugasnya, nenek lampir datang kembali—memerintah Aileen membersihkan halaman rumah, dari depan sampai belakang. Setelah selesai, Aileen mengambil seragam dan perlengkapan sekolah lainnya lalu membersihkan badan dikamar mandi dekat dapur.

Rapi menggunakan seragam sekolah, Aileen ikut bergabung diruang makan. Tetapi diusir secara tidak manusiawi oleh Lerin, di dukung oma Arvin. Sedangkan Arvin, ditempatnya hanya diam tidak mempunyai niatan membantu atau sedikit membela Aileen.

Aileen keluar rumah dalam keadaan kacau. Seragam sekolah terpasang rapi, tetapi tidak dengan wajah Aileen. Bibir bawahnya bengkak dan pucat, tidak lupa matanya sembab dan ada lingkarang hitam dibawahnya.

Aileen dengan membawa uang pemberian Rey, menuju halte—menaiki angkot menuju tempat tujuannya. Kemarin akhirnya Aileen menceritakan masalahnya kepada Tiara dan Rey. Saat itu juga Rey langsung menawarkan pekerjaan membantu mama Rey ditoko bunganya, kebetulan saat ini mama Rey mengerjakannya sendiri. Untuk menuju toko bunga mama Rey, sahabatnya itu memberi sejumlah uang untuk Aileen. Awalnya perempuan itu menolak, tetapi ancaman dari Rey membuatnya menerima pemberian Rey.

Hanya butuh waktu 20 menit, Aileen tiba didepan toko bunga naburey. Kata Rey, toko bunga mamanya merupakan singkatan dari anggota keluarganya. Na untuk Naira—mama Rey, Bu untuk Budi—papa Rey, dan Rey adalah nama cowok itu sendiri. Aileen membayar ongkos naik angkot lalu berjalan masuk kedalam.

"Assalamualaikum." Aileen melihat wanita paruh baya sedang menata bunga disana.

"Waalaikumsalam." Wanita dengan umurnya sudah tua tetapi wajahnya masih terlihat muda, menoleh. "Nak, Aileen."

Aileen menghampiri Naira lalu mencium punggung tangannya. "Tante."

Naira mengusap rambut Aileen ketika anak itu sedang mencium tangannya. "Kamu apa kabar sayang."

"Baik tante." Jawab Aileen tersenyum hampar.

"Sepertinya kamu tidak lagi baik-baik saja." Naira menangkup sisi wajah Aileen, ia melihat sangat amat teliti setiap jengkal wajah anak itu. Sebenarnya Naira juga sudah diberi tahu anaknya tentang Aileen.

Naira mengajak Aileen duduk dikursi kayu berukuran panjang. "Ayo, duduk dulu sayang." Jujur Naira sudah menganggap Aileen dan Tiara sebagai anaknya sendiri, ia juga mengenal baik alm orangtua Aileen.

"Bibir kamu kenapa, sayang?" Naira mengusap dagu Aileen sambil melihat bibir bawahnya bengkak.

Aileen menangis. Perempuan itu tak sanggup mengingat kejadian semalam. Kejadian dimana ia diperlakukan secara kasar oleh nenek dan suaminya sendiri.

Naira langsung mendekap Aileen dalam pelukannya. Sungguh malang nasib anak ini setelah kepergian orangtuanya. "Cup cup cup, jangan nangis sayang. Tante disini akan selalu ada buat kamu."

Aileen memeluk pinggang Naira erat. Ia merindukan sosok bundanya disaat-saat seperti ini.

"Tante sayang sama kamu seperti anak kandung tante sendiri. Kamu boleh cerita apapun sama tante, jika kamu butuh sesuatu kamu bisa minta tolong sama tante." Naira mencium puncak kepala Aileen, matanya berkaca-kaca ingin menumpahkan air matanya. "Karena mulai sekarang, tante janji akan menjadi sosok bunda buat kamu."

ARLEEN [END]Where stories live. Discover now