17

14.9K 606 3
                                    

Aileen memijat pangkal hidung sedikit pusing. Dokter mengatakan jika Arvin mengalami patah tulang dibagian kaki dan tangan sebelah kanan dan harus dioperasi secepatnya. Aileen sendiri bingung harus membayar biaya rumah sakit dengan apa.

Aileen sudah beberapa kali mencoba menghubungi orang tua Arvin, tetapi tidak ada balasan dari mereka. Lalu bagaimana Aileen mendapatkan uang untuk membayar biaya operasi Arvin? Biaya yang cukup besar, bahkan sampai berpuluh-puluh juta.

“Bi, tolong beliin masker ya.” Pinta Aileen, tidak tahan mencium bau khas rumah sakit.

“Iya non.” Bi Odah bangkit dari tempat duduk, segera melangkah pergi—meninggalkan Aileen.

Dalam keadaan pusing-pusinya, Aileen teringat dengan Rey dan Tiara. Cewek berlesung itu berfikiran, kedua sahabatnya bisa membantu dirinya. Segera Aileen mencari kontak nama Rey dilayar hp.

Tut...

Tut...

Tut...

Tidak ada balasan, mungkin laki-laki itu masih berada dalam mimpinya.

Akhirnya Aileen memutuskan untuk mengirim pesan kepada Rey. Kedua ibu jari Aileen bergerak—menari-nari diatas layar hp hingga terbentuklah sebuah kalimat yang setelah itu Aileen kirimkan kepada Rey.

Tidak hanya Rey, Aileen juga mengirimkan pesan yang sama kepada Tiara. Semoga saja Rey dan Tiara bisa membantu, jadi beban Aileen akan sedikit berkurang.

Aileen mengusap wajahnya kasar. Masih ada beberapa juta lagi, harus kemana ia mencari pinjaman.

Tidak ingin membuat kepalanya tambah pusing, Aileen beranjak memasuki ruang inap Arvin. Karena 30 menit yang lalu Arvin telah dipindahkan diruang inap VVIP.

Pertama mata Aileen menangkap wajah Arvin terlihat sangat tenang tidak seperti yang biasa dilihatnya yaitu wajah seram. Wajah yang dulunya mulus tanpa sedikit goresan sekarang telah berubah. Ada luka dijidat dan di dagu, dipipi Arvin juga ada beberapa goresan panjang namun lukanya tidak terlalu dalam.

Aileen melangkahkan kaki mendekati ranjang rumah sakit. Laki-laki dihadapan-nya sedang tertidur karena pengaruh obat.

Tangan Aileen bergerak mengusap lembut rambut Arvin, rambut yang sebelumnya tidak pernah ia sentuh sama sekali. Baru pertama kali Aileen menyentuh rambut Arvin terasa halus.

Pintu ruangan terbuka. Pandangan Aileen spontan melihat kearah pintu, ingin tau siapa gerangan yang datang berkunjung. Dan ternyata orang itu adalah bi Odah, perempuan yang sudah memasuki kepala 5 itu masuk membawa kantong plastik hitam ditangan-nya.

“Ini non, masker-nya. Bibi belikan satu kotak buat non.” Ujar bi Odah menyodorkan kantung plastik kepada Aileen.


Kedua sudut bibir Aileen sedikit terangkat keatas, tangan kanan-nya terulur mengambil benda pesanan-nya dari tangan bi Odah. “Makasih ya, bi.”

“Iya, sama-sama non.” Balas bi Odah. “O.iya non, bibi mau balik pulang dulu. Mau bersih-bersih rumah, nanti siang bibi kesini lagi temenin non.” Ucap bi Odah mengingat tanggungjawab-nya sebagai asisten rumah tangga dirumah Arvin, ia tidak mungkin lupa dengan tugasnya.

“Yaudah nggak papa bi. Bi Odah nggak usah ke sini aja, biar Aileen sendiri yang jaga kak Arvin.” Jujur Aileen tidak mau merepotkan bi Odah lagi. Bi Odah sudah bersih-bersih rumah, yang pasti capek. Apalagi jika harus bolak-balik kerumah sakit, tidak ada waktu istirahat untuk bi Odah.

ARLEEN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang