12

15.6K 619 16
                                    

Aileen sudah berada diarea parkiran sekolah, banyak siswa-siswi membicarakannya karena memang saat ini Aileen bersama seorang cowok yaitu Devano. Kejadian langka bagi mereka melihat sosok perempuan polos bersama salah satu most wanted sekolah yang terkenal sedikit cuek.

Ada yang bilang mereka sangat cocok sebagai sepasang kekasih dan ada juga yang tidak menyukai mereka,  katanya Aileen cewek ganjen yang telah menggoda Devano.

“Makasih ya, kak.” Ucap Aileen, turun dari atas motor Devano.

Devano tersenyum, mengulurkan tangan membenahi rambut pujaan hatinya yang acak-acakan karena angin. “Sama-sama Aileen, cantik.”

Mendapat perlakuan seperti itu dari Devano, Aileen tersenyum malu hingga tak disadarinya pipinya bersemburat merah seperti tomat. “Kenapa dengan jantungku.Aileen memegang dadanya, jantungnya berdetak lebih cepat.

“Kenapa? Dadanya sakit ya? Atau kamu punya penyakit jantung.” Goda Devano terkekeh.

Aileen memanyunkan bibir tanda ia kesal sekaligus sedikit malu. “Ih,, kak Vano.” Katanya, ingin pergi meninggalkan Devano tapi ditahan oleh tangan besar milik Devano.

“Bercanda, jangan marah.” Devano menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya, peace.

Devano beralih memegang kedua pundak Aileen, lalu menatap lekat kedua mata cewek berlesung manis itu. “Aku suka liat kamu blushing.” Celetuk Devano makin membuat Aileen malu, sampai cewek itu kesusahan bernafas.

“Aku benci liat kak Vano jailin aku.” Balas Aileen pura-pura marah.

Devano gemas melihat pipi Aileen mengembang karena cemberut. “Pengen cubit.” Devano mencubit gemas pipi Aileen.

“Sakit.” Rengek Aileen karena Devano terlalu keras mencubit pipi gembulnya.

Menyadari itu Devano merubah cubitannya menjadi usapan halus. “Maaf, maaf.”

“Soal kemarin, kamu udah nggak papa kan?” Tanya Devano sedikit menyinggung atas kejadian kemarin.

Aileen tersenyum tipis. “Nggak papa, kok.” Jawab Aileen berbohong, nyatanya ia masih sering merasakan nyeri diperut dan punggungnya.

“Bohong!” Timpal Devano menemukan kebohongan di mata Aileen.

“Kamu udah makan belum?” Tanya Devano. “Pagi ini.” Tambahnya, memperjelas.

Aileen menundukkan kepala sambil menggelengkan kepala sebagai jawaban. “Belum.”

“Belum?” Tanya Devano kaget sambil memastikan jika telinganya tidak salah mendengar.

Aileen kembali menggeleng kepala.

Devano meraih dagu Aileen—mengangkatnya hingga ia bisa melihat wajah Aileen dengan jelas. “Kamu lapar? Kita kekantin, yuk!” Tanya sekaligus tawar Devano bersamaan.

“Nggak usah, aku nggak lapar kok kak.” Elak Aileen melepaskan tangan Devano dipundaknya.

“Serius?”

“Iya.”

“Yaudah kamu ke kelas! Bentar lagi udah mau bel.” Titah Devano mengusap lembut rambut Aileen.

Aileen mengangguk. “Iya, aku ke kelas sekarang. Assalamualaikum.” Pamit Aileen di iringi senyuman lebarnya yang membuat lesungnya nampak terlihat jelas.

Devano mencegah kepergian Aileen dengan memegang lengan cewek berlesung itu. “Eitssss.”

Aileen mengerutkan kening. “Apa lagi, kak?”

ARLEEN [END]Where stories live. Discover now