43

18.4K 742 30
                                    

Satu minggu setelah terbangun dari koma, dokter telah mengizinkan Aileen pulang. Hal itu menjadi kabar gembira untuk Arvin dan kedua orangtuanya.

Arvin berencana, setelah diadakan-nya acara tasyakuran untuk Aileen, Arvin tidak akan lagi mengajak Aileen untuk tinggal dirumah. Tetapi, Arvin akan membawa Aileen pindah di apartement milik papa-nya.

Banyak alasan yang membuat Arvin mengambil keputusan itu, salah satunya ialah Arvin tidak mau Aileen mengingat kejadian tidak patut untuk dikenang dirumah yang mereka tempati sekarang.

Selain itu juga, Arvin pun sudah merancang dengan baik kehidupannya di masa depan dengan Aileen. Walaupun awalnya Aileen akan sulit menerima keputusan yang Arvin buat. Tapi mau bagaimana lagi, hal itu sudah menjadi keputusan bulat Arvin.

"Udah nggak ada yang ketinggalan, kan?" Tanya Mona.

"Nggak ada, mah." Jawab Arvin, memasukkan barang kedalam bagasi.

"Ini papa anterin kamu kerumah atau langsung ke apart?" Tanya Tegar.

"Rumah lah, pa. Orang Arvin mau adain tasyakuran dulu dirumah." Bukan Arvin yang menjawab, namun istrinyalah yang menjawab pertanyaan Tegar.

Tegar tidak mengerti, mengerutkan keningnya. "Tasyakuran untuk?"

"Kesembuhan menantu kita lah, pa." Balas Mona lagi.

Tegar mengembangkan senyum. "Ok, papa setuju. Besok malam kita adakan tasyakuran." Katanya antusias.

"Yang biayain papa ya, oke kalau gitu." Balas Arvin cengengesan.

"Ok, nggak masalah."

"Nggak masalah, papa kan lagi banyak duit." Kata Arvin yang akan membantu Aileen-naik kedalam mobil.

Tegar terkekeh mendengar penuturan Arvin, tau saja anaknya kalau dirinya sedang punya uang. "Tau dari mana, papa lagi banyak duit?" Tanyanya.

"Ad-"

"DILA!"

Mendengar seruan itu, sontak Arvin dan yang lain menengok kearah sumber suara. "A-abang?" Gumam Aileen.

Cowok yang memanggil nama 'Dila' tadi, berjalan menghampiri Arvin dan keluarga. "Bang? Lo ada disini?" Pertanyaan itu datang dari Arvin, antusias dengan kehadiran cowok itu.

Didalam dekapan Arvin, Aileen mencengkeram sebelah bahu Arvin. "Abang pergi! Aku nggak mau liat muka abang, abang jahat!" Tolak Aileen lantang.

"Dila." Lirih cowok berpostur tubuh tinggi dan gagah.

"Aku bukan Dila! Jangan panggil aku Dila!" Seperti orang-mengingat masa lalu yang buruk, Aileen menggeleng kuat sambil menutup kedua telinga. "Aku bukan Dila! Aku bukan Dila!"

Tegar segera bertindak untuk menjauhkan laki-laki yang katanya kakak Aileen. Semua dapat dibicarakan dengan baik-baik, begitulah prinsip seorang Tegar Ravindra.

Melihat Aileen yang ketakutan, Arvin membantu Aileen naik dan menyuruh Mona untuk ikut masuk kedalam mobil. Masalah kakak Aileen, biar sekarang di hendel papa-nya dulu.

Tidak lama, Tegar kembali menghampiri anaknya. Dan ketika Arvin menoleh kearah kakak Aileen, cowok itu sudah tidak ada ditempatnya berdiri.

"Masuk!" Titah Tegar, Arvin pun segera mematuhi perintah papanya.

"Semua siap?" Tanya Tegar bermaksud mencairkan suasana.

"Bukan lagi ada di area balapan, pah!" Celetuk Arvin dengan nada tak suka-nya.

Tegar berdecak lalu mengusap lembut rambut anaknya sebelum akhirnya menancapkan gas-meninggalkan rumah sakit.

"Semua baik-baik aja, vin." Tutur Tegar tiba-tiba.

ARLEEN [END]Where stories live. Discover now