22

16.5K 724 22
                                    

Hujan deras melanda kota jakarta, suara petir bergemuruh diiringi kilat-nya menembus jendela yang tertutup korden hijau. Hujan deras, petir, kilat merupakan hal yang tidak disukai Aileen. Dari kecil cewek itu takut adanya hujan diiringi petir.

Sejak kejadian beberapa jam yang lalu-tepatnya saat Arvin jatuh dari ranjang karena ingin mengejar Aileen, tangan kiri Arvin senantiasa menggenggam tangan Aileen kuat. Cowok itu tidak mau merenggangkan genggaman-nya, takut Aileen benar-benar pergi darinya.

Aileen izin membeli makan dikantin rumah sakit saja tidak diperbolehkan. Bahkan tanpa mengurangi rasa malu, Arvin meminta tolong suster agar membelikan makanan untuk Aileen. Tanpa berasalan sedikitpun, suster dengan senang hati menerima permintaan Arvin.

DUAR!

Suara perir menyambar tanah kota jakarta. Suara itu tidak hanya terdengar sekali, namun terdengar beruntun hingga tiba-tiba hilang seketika. Tidak hilang untuk selamanya, hanya butuh waktu beberapa detik saja pasti suara itu akan terdengar kembali.

"Shttttt." Arvin tadinya terlelap dalam tidurnya, terbangun karena suara petir terdengar cukup keras.

Bukan hanya suara petir yang mengganggu tidurnya, tetapi juga dengan tangan kanan-nya tiba-tiba terasa seperti digigit semut.

Perlahan Aileen membuka mata. Bukan tidur, namun Aileen memejamkan mata karena takut melihat kilat seperti menerobos masuk kedalam ruangan.

"Kenapa?" Tangan kiri Aileen mengusap pelan lengan suaminya.

"Belum tidur?" Arvin mengabaikan pertanyaan Aileen. Malah cowok itu melontarkan pertanyaan balik kepada Aileen.

Aileen menggeleng, dengan tangannya masih diatas lengan Arvin.

"Kenapa belum tidur, udah malam." Tangan Arvin yang semula berada digenggaman cewek dihadapan-nya, kini sudah berganti di pipi kanan Aileen yang terhalang masker.

Aileen merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dirasakan-nya. Mengapa pipinya tiba-tiba terasa terbakar. Apakah pipinya baik-baik saja dibalik masker hijau-nya?

DUAR!

"Aaaaa... " Aileen menutup mata dan kedua tangan-nya menutup telinga agar suara itu tidak terdengar lebih keras.

Arvin meraih lengan Aileen. "Kamu takut petir?"

Aileen mengangguk tanpa membuka kedua mata.

"Sini, jangan takut." Dengan lembut Arvin menarik lengan istrinya untuk mendekat lebih kebawah, lalu cowok itu meraih kepala Aileen untuk diletakkan diatas dada kiri cowok itu.

"Udah, nggak usah takut." Ujar Arvin lembut sambil mengusap rambut Aileen. Indra penciuman-nya juga mampu menghirup wangi strawberi rambut istrinya. Suatu kejadian langka yang tak pernah Aileen dapat dari suaminya itu.

"Tidur." Arvin memindah tangan kiri Aileen dari telinga cewek itu hingga sekarang melingkar manis diatas perutnya.

Detak jantung Aileen bekerja lebih cepat dari normal. Perempuan itu tidak percaya mendapat perlakuan manis dari cowok yang notabene  sebagai suami. Saat ini Aileen merasa terbang diatas langit bersama kupu-kupu cantik dalam khayalan perempuan itu.

Diam dan menuruti apa yang Arvin inginkan, merupakan cara yang tepat menghadapi situasi ini. Situasi yang masih ingin dirasakan suatu hari nanti. Namun masih dapatkah Aileen merasakan apa yang dirasakan sekarang? Hanya tuhan yang tau atas jawabannya sekarang.

Menghentikan waktu atau memperlambat waktu, Aileen tak bisa melalukan-nya. Perempuan itu hanya mampu mengikuti alur waktu kedepannya. Dan untuk saat ini tidur berbantalkan dada bidang suaminya yang dapat ia perbuat.

ARLEEN [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora