Chapter 9

85 24 21
                                    

WARNING
Read doang ❌
Vote doang ❌
Read + vote ✅
Read + vote + comment ✅✅
Read + vote + comment + follow ✅✅✅
-

-------------------------------------------------------------

Hari Ke-8

Empat Belas Jam Sebelum Eksekusi

Dom masih punya banyak waktu sebelum janji pertemuannya dengan Lee tiba. Dalam 45 menit ia harus menemuinya di sebuah lahan kosong di kawasan Ulrich. Dan perjalanan ke sana hanya membutuhkan waktu 30 menit dengan bus.

Bersama beberapa calon penumpang lainnya, Dom sudah berdiri menunggu di halte St. James dengan tas punggung tersampir di salah satu pundaknya. Dan ia tak perlu menunggu lama ketika bus jurusan Clifford – Ulrich itu terlihat mendekati halte. Namun suatu ide yang tiba-tiba terlintas di benaknya, menariknya mundur dari halte itu.

Meninggalkan halte itu, dengan para calon penumpang yang mulai menaiki bus, Dom berjalan sejauh 1 km ke arah yang berlawanan. Bus tiba di halte setiap 30 menit sekali. Dan ia punya waktu sekitar 15 menit sebelum bus berikutnya menjemput penumpang di halte Ashmore.

Tempat-tempat bisnis baru memulai jam operasionalnya ketika ia semakin mendekati halte. Seorang pria berumur pemilik toko kelontong yang sedang menyapu bagian depan tokonya mengucapkan 'morning' sekenanya padanya dan ia membalasnya disertai senyum tipis.

Tak begitu banyak calon penumpang yang menunggu di halte Ashmore saat ia tiba di sana. Mungkin mereka sudah terangkut oleh bus sebelumnya. Dom menoleh sesaat pada jam tangannya. Bus berikutnya hampir tiba, tapi setidaknya ia punya sedikit waktu untuk duduk sejenak di bawah tenda halte dan memperhatikan kafe di seberang jalan.

Meja yang biasanya ditempati gadis itu tampak masih kosong. Kelihatannya meja itu memang selalu disediakan untuknya. Tujuh hari sebelumnya, baik sengaja atau tidak Dom duduk di halte ini untuk memperhatikan kafe itu, ia tak pernah melihat gadis itu duduk di tempat lain.

Itu dia.

Seperti biasa, gadis itu datang dari arah barat, pada waktu yang sama dengan tas yang sama pula. Dan seperti biasa, ia mendatangi barista yang selalu menggodanya dari balik meja konter, memesan minuman dan membawa minumannya menuju meja favoritnya di sudut samping jendela.

Dom tak sempat memperhatikan gadis itu membuka laptopnya ketika bus yang ditunggunya datang. Namun ia sempat memperhatikannya sudah mulai bekerja dari jok paling belakang sebelum bus itu menderu pergi.

*

Tanah lapang tempat pertemuan mereka terletak di pinggir kota, di tepi perbatasan. Tak banyak rumah-rumah penduduk dibangun di daerah itu. Hanya beberapa orang sesekali terlihat berjalan di jalur setapak yang mengarah ke danau kecil di balik pepohonan untuk memancing. Dan mereka tak pernah memperhatikan orang-orang yang datang ke tempat itu untuk bertransaksi narkoba atau barang selundupan. Karena itulah Dom dan Lee selalu bertemu di tempat ini yang meskipun banyak saksi, orang-orang itu terlalu masa bodoh untuk melapor pada aparat.

"You're late, Man," sungut Lee saat melihat sosok Dom mendekat dari arah jalan besar, menyusuri jalan setapak di antara ilalang. Ia berdiri bersandar di samping Wagon tuanya dengan kedua lengan terlipat di dada. Penampilannya begitu tak rapi. Rambut pirangnya dibiarkan memanjang hingga menutupi tengkuk dan tak pernah disisir. Ia hanya menutupi kepalanya dengan topi baseball berwarna merah putih dengan huruf L besar di bagian depannya. Pakaiannya hanyalah t-shirt putih dengan gambar yang sudah pudar dan berlubang di bagian pundaknya serta celana jeans belel. Sementara kakinya hanya beralas sepasang sepatu lari tua.

✔The Ghost (A Story Behind Conspiracy)Where stories live. Discover now