Chapter 12

79 23 13
                                    

WARNING
Read doang ❌
Vote doang ❌
Read + vote ✅
Read + vote + comment ✅✅
Read + vote + comment + follow ✅✅✅
-

-------------------------------------------------------------

Inikah replika kapal seharga $ 6000 itu? Dom memandangi benda itu dari sofa sambil membawa segelas air minum. Matanya nyaris tak berkedip sejak meletakkan replika itu di meja di hadapannya.

Kelihatannya tak ada yang istimewa. Selain hasil akhirnya yang memang halus tanpa cacat dan detailnya begitu sempurna. Pastinya kolektor pun mau membayar tinggi untuk mahakarya seperti ini. Tapi kolektor manakah yang cukup gila menginginkan harta negara?

Dom mengosongkan gelas air minumnya. Ia kemudian berdiri hendak mengisi gelas itu lagi. Namun tanpa sengaja tungkainya menghantam tepi meja hingga apapun yang berada di atasnya bergetar hebat.

Brakkk!

Pria itu menoleh. Wajahnya langsung memucat begitu menyadari kapal itu tak lagi berada di atas meja, tapi di lantai dengan posisi tidur.

"Shit!" desisnya.

Ia tergesa mendekati replika itu dan berlutut di sampingnya, mengangkatnya dengan kedua tangan, memeriksa setiap sisinya, mencari cacat yang diperbuat olehnya. Namun kapal itu tak menunjukkan kerusakan apapun. Tiang-tiangnya pun masih berdiri tegak. Tapi...

Ada sesuatu di dalamnya yang berbunyi, seperti suatu benda yang berbenturan dengan kayu, setiap Dom mengubah posisi kapal itu.

Perlahan, ia membawa kapal itu duduk bersamanya di sofa. Rasa penasarannya tak membolehkannya berhenti memeriksa. Tapi ia tak menemukan sesuatu yang kurang. Semuanya tampak sama seperti saat ia baru mengeluarkannya dari koper tak lebih dari satu jam yang lalu. Dan saat itu tak ada bunyi yang terdengar. Lantas, bunyi apa itu?

Dom mendekatkan kapal itu ke telinganya dan mengguncangnya pelan. Suara itu terdengar lagi. Kedengarannya seperti logam.

Apa kapal ini juga punya mesin dan bisa dioperasikan seperti aslinya?

Apa jatuhnya tadi membuat mesinnya hancur?

Itu tak boleh terjadi. Atau Dom tak akan mendapatkan sisa pembayaran. Sebisanya, ia harus memperbaiki kapal itu.

Ia kembali membolak-balikkan kapal itu, mencari bagian yang bisa dibuka. Tapi semua bagiannya tampak rapat tanpa celah sedikit pun. Kini jarinya mulai ikut serta dengan mengetuk dinding kapal, mencoba mencari suara yang tak biasa. Hingga ia mendengar suara yang berbeda di bagian dasar lambung.

Penasaran, jari-jari Dom kini mulai menekan setiap senti dinding lambung untuk mencari 'pintu masuknya'. Dan hasilnya masih nihil. Ia pun beralih ke bagian geladak.

Krek!

Pria itu terlonjak di tempatnya ketika lantai geladak itu seketika roboh ke dasar kapal dan membuat lubang menganga.

Congratulation, Dom! Kau baru saja merusak harta negara.

Dengan hati-hati Dom mengangkat geladak itu. Namun saat benda itu meninggalkan tempatnya...

"What the hell...?" Kening Dom mengernyit tiba-tiba.

Sebuah benda logam berwarna hitam dan berbentuk tabung tampak terbujur beralas busa di dasar kapal. Kelihatannya benda itu terlepas dari sisipannya saat kapal itu terjatuh tadi.

Dom memungut tabung itu mendekat, memutarnya, mencoba mengenalinya. Di salah satu ujung tabung itu ia menemukan tutupnya, lalu membukanya. Kini tampak olehnya ujung persegi berwarna perak yang bercelah di sisinya yang biasa dikenal dengan nama USB. Ia mengenali benda itu sebagai flash disk yang biasa dipakai untuk menyimpan data. Tapi kenapa benda seperti ini, yang bisa dibeli di toko dengan harga murah, harus disembunyikan dalam replika kapal?

Kecuali benda ini menyimpan sesuatu yang sangat istimewa.

Dom membawa benda itu ke ruang tidur. Dari dalam tas ia mengeluarkan laptop dan menyalakannya di atas meja kerja, lalu mencucukkan flash disk itu pada salah satu slot USB di laptopnya. Hanya ada satu file video bermuatan besar di situ dan ia langsung mengkliknya tanpa ragu.

Sebuah aplikasi pemutar video di laptop Dom muncul seketika, namun membutuhkan beberapa detik sebelum video itu dimulai.

Mulanya hanya ada warna hitam bertepi hijau di layar laptop Dom. Kemudian muncullah frame pertama, diikuti yang kedua, ketiga... Dan semakin Dom melihatnya, semakin matanya membulat. Dan ketika frame terakhir tergambar di layar...

"Holy shit!"

✔The Ghost (A Story Behind Conspiracy)Where stories live. Discover now