Chapter 26

62 21 5
                                    

WARNING
Read doang ❌
Vote doang ❌
Read + vote ✅
Read + vote + comment ✅✅
Read + vote + comment + follow ✅✅✅
-

-------------------------------------------------------------

Dok! Dok! Dok!

Biasanya Hayley tak mudah terbangun dengan suara sekeras apapun. Tapi gedoran itu seperti sengatan listrik di kepalanya yang memerintahnya untuk segera bangun sebelum pintunya hancur didobrak.

Masih dilingkupi kebingungan, karena suara gedoran dan sosok Dom yang menghilang tiba-tiba, ia beringsut turun seraya meraih jubah tidurnya yang ia sampirkan di footboard.

Dok! Dok! Dok!

Gedoran itu terdengar makin keras. Siapa pun pelakunya, ia pasti bukan orang yang sabar.

"Coming!" seru Hayley keras-keras sambil mengikat sabuk jubah tidurnya dan bergegas ke arah pintu depan. Dalam langkahnya ia mencoba menebak-nebak, perampang mana yang ingin bertamu dengan cara seperti itu?

Dan saat membentangkan pintu lebar-lebar, Hayley baru menyadari, bukan hanya seorang perampang saja yang ingin bertamu, tapi sekelompok pria berbaju biru gelap dan diakhiri oleh tiga orang berpakaian berbeda. Seorang pria yang usianya mungkin sudah mendekati setengah abad, lalu satu-satunya seorang wanita yang mungkin usianya masih di ambang 40-an dan seorang pria kulit hitam berusia sebaya. Jumlah mereka mungkin sama dengan seluruh penghuni apartemen ini.

"Hayley Collins?" Pria yang pertama mendekati si gadis tuan rumah.

"Ya," sahut Hayley dengan sorot tanya di matanya. Bagaimana pria itu bisa tahu namanya? Namun pertanyaannya terjawab saat ia disodori lencana Kepolisian Trinity olehnya.

"Aku Detektif Julian Morgan, dia Alisha Hammond dan Casey Walton," papar pria tinggi besar itu seraya menunjuk rekan-rekannya. "Di mana Dominic Sawyer?" tanyanya kemudian.

"Who?" Kedua mata Hayley memicing mendengar nama asing itu.

Julian terpaksa mengulurkan ponselnya yang bergambar target buruannya pada gadis itu.

"Itu Owen Carey," sahut Hayley, kembali bingung kenapa laki-laki yang tadi bersamanya dipanggil 'Dominic Sawyer'. "Tadi dia memang di sini. Tapi aku tak tahu kapan ia pergi, karena aku tertidur."

"Maaf, tapi kami punya surat penggeledahan." Julian melambaikan beberapa lembar kertas berkepala surat dari pengadilan di depan wajah Hayley. Kemudian ia memberi isyarat pada para pria berpakaian biru gelap itu. Dan mereka mulai mengacak-acak apartemennya.

Setidaknya itulah yang Hayley rasakan saat melihat isi tasnya ditumpahkan, isi lemari di dapur dikeluarkan satu persatu dengan kasar, bantal sofanya dihempaskan ke lantai, tekonya diguncang, pakaiannya dicampakkan dari lemari, kasurnya dibalik, dan langit-langit, dinding serta lantai diketuk-ketuk untuk menemukan tempat persembunyian. Sebenarnya apa yang mereka cari?

Seorang petugas yang menangani sofa Hayley tampak membungkus laptop, ponsel dan paspor Hayley dengan kantong ziplock.

"Hei, jangan ambil laptopku!" pekik gadis itu. Tapi petugas itu tak menggubris.

"Nona Collins, kami juga harus menanyaimu," ujar Julian lagi.

"Silakan," Haley menantang.

"Di kantor polisi."

"Apa? Kenapa? Aku tak berbuat apa-apa."

"Sebaiknya ikut saja, Nona Collins," timpal Alisha yang tiba-tiba muncul dari kamar Haley dengan membawa salah satu mantel panjangnya.

"Fine," desis Hayley. Serta merta ia menarik mantelnya dari tangan Alisha dengan kasar. Bukan hanya karena ia tak ingin polisi itu memegang barang-barang pribadinya tapi juga untuk segera menutup tubuhnya yang hanya berbalut jubah tidur.

Gadis itu pun bergerak keluar dari apartemen dengan diiringi Julian, Alisha dan Casey. Sementara petugas lainnya tampak belum akan segera selesai mengacak-acak tempat tinggalnya.

✔The Ghost (A Story Behind Conspiracy)Where stories live. Discover now