Epilogue

153 26 25
                                    

WARNING
Read doang ❌
Vote doang ❌
Read + vote ✅
Read + vote + comment ✅✅
Read + vote + comment + follow ✅✅✅
--------------------------------------------------------------

Wescott, West Liberty

Aku melihatnya lagi hari ini, duduk di teras sambil mengetik di laptop baru dan menemani seorang wanita berumur yang sedang berkebun di salah satu sudut halamannya yang luas. Seperti biasa, di sampingnya selalu tersedia secangkir minuman, entah teh atau kopi. Dari teropong ini, aku hanya bisa membaca tulisan di cangkirnya, 'Don't touch my mug, jerk!'

Sesekali gadis itu mendongak saat wanita, yang mungkin neneknya, itu memanggil menunjukkan bunga yang baru mekar. Selanjutnya gadis itu akan tersenyum, menyahut sebentar, lalu kembali ke pekerjaannya. Tak sedetik pun perhatiannya teralihkan pada suara-suara di jalanan yang cukup ramai. Bahkan saat sebuah truk ekspedisi bercat putih berhenti di depan rumahnya, gadis itu tak juga mendongak.

Seorang petugas pengantaran yang juga pengemudi truk itu turun seraya membawa sebuah kotak putih berukuran kira-kira 50x25x10 cm berlogo perusahaan pengantaran. Sang neneklah yang menyambutnya. Tapi sedetik kemudian ia berpaling pada gadis itu.

"Hayley, ada paket untukmu!" serunya, yang bisa kudengar jelas dari tempatku ini.

Kening gadis itu terlihat bekernyit. Namun hanya sesaat, karena saat berikutnya ia bangkit menghampiri si petugas pengantaran dan menandatangani tanda terimanya.

Ia masih tampak bingung saat duduk kembali di tempatnya dan mulai membuka kotak paket itu. Kebingungannya semakin menjadi ketika membaca secarik kertas pesan yang ada dalam kotak itu. Tapi aku tahu pesan itu berbunyi, 'Aku menunggu novelmu yang kedua' bahkan tanpa melihatnya melalui teropong.

Dan ketika bungkus pengaman dalam paket itu terbuka, aku bisa melihat jelas kesemringahan di rautnya. Aku sangat tahu paket itu sungguh berarti baginya, apalagi bila di dalamnya terdapat setengah dari draft novelnya yang sempat tertunda karena disita polisi sebulan yang lalu.

Untungnya aku punya seorang teman yang berteman dengan temannya seorang sepupu anggota polisi di Trinity. Dengan memberinya tiket pulang pergi ke Maladewa, aku bisa mendapatkan laptop itu. Laptop yang sekarang sudah berada di tangan pemiliknya kembali.

Sebelum aku mengemasi barang-barangku, aku masih bisa membaca gerak bibirnya, 'Son of a bitch!' yang membuatku tersenyum dan bisa meninggalkannya dengan tenang. Dan kalau kau bertanya, kenapa aku tak menemuinya dan melanjutkan hubungan kami? Karena akulah The Ghost. Aku muncul dan menghilang sesukaku.

--------------------------------------------------------------

Dengan ini saya nyatakan The Ghost tamat. Terima kasih yg sudah baca dari awal sampai akhir & setia menunggu waktu cerita ini sempat hiatus. Terima kasih juga buat yg sudah meluangkan waktunya utk komen & vote. Dan mohon maaf kalau banyak kesalahan.

Kalau kalian suka dengan cerita ini, mampir juga ke ceritaku yang bergenre sci-fi/thriller ya yang judulnya Erased. Atau kalau suka twisted romance ada Perempuan Kedua. Ada juga Puisi untuk Carissa yang bergenre drama romance.

✔The Ghost (A Story Behind Conspiracy)Where stories live. Discover now