Chapter 34

70 21 6
                                    

WARNING
Read doang ❌
Vote doang ❌
Read + vote ✅
Read + vote + comment ✅✅
Read + vote + comment + follow ✅✅✅
--------------------------------------------------------------

Gerbang 5 adalah pintu masuknya, sesuai yang tertera dalam tiket. Namun beberapa langkah sebelum mencapai gerbang, Hayley berbelok menuju lorong dengan tulisan 'Exit' di atasnya. Dan menjelang pintu keluar, ia menyobek tiketnya menjadi dua dan menjatuhkannya di tempat sampah terdekat.

Taksi Dom sudah menunggu tepat di depan pintu keluar hingga ia bisa langsung menaikinya. Dan kali ini ia memilih duduk di samping pria itu.

"Beres?" tanya Dom.

"Beres," sahut Hayley.

"Sekarang beristirahatlah. Perjalanan kita masih jauh."

"Memangnya kita mau ke mana?"

"Safe house."

*

Kedua detektif itu tiba lima menit saja menjelang keberangkatan. Alisha tak mengindahkan aturan memarkir kendaraan saat ia menghentikan mobilnya di atas trotoar tepat di depan pintu masuk stasiun. Ketika seorang penjaga keamanan berseru padanya untuk memindahkan kendaraannya, wanita itu hanya menunjukkan lencananya, sebelum menyusul Julian yang sudah lebih dulu melesak dalam gedung.

Situasi di dalam yang ramai membuat mereka agak kesulitan untuk mencapai peron, meskipun mereka sudah mengacungkan lencana tinggi-tinggi. Ucapan mereka, 'Permisi. Beri jalan. Kami polisi,' sepertinya tak terlalu berpengaruh bagi mereka.

Mereka butuh beberapa saat untuk tiba di peron. Ketika mereka tiba di sana, jam besar di dinding sudah menunjukkan waktu 19.33.

Melihat seorang penjaga keamanan berdiri tak jauh dari mereka, Julian berseru seraya menunjukkan lencananya. "Greenbay?"

Telunjuk si penjaga keamanan itu teracung ke arah belakang Julian. "Gerbang lima, rel satu," jawabnya.

Tanpa mengucap 'terima kasih' keduanya melanjutkan pencarian memasuki Gerbang 5 dan menyusuri peron di samping kereta.

Suasana kereta yang terang tak membuat mereka kesulitan untuk mencari target mereka. Dari setiap jendela mereka mengintip, mencoba mengenali setiap penumpang di dalam. Hingga terdengar peluit panjang berbunyi. Saatnya kereta itu bertolak.

Julian berdecak kesal sambil tak henti memandangi badan kereta yang meluncur pergi.

"Morgan," panggil Alisha beberapa langkah dari tempatnya. Wanita itu tengah berdiri di depan sebuah papan peta jalur kereta.

Julian bergegas mendekat. Tampak olehnya telunjuk Alisha mengurut jalur kereta yang berangkat dari Trinity Central.

"Lambert. Itu perhentian berikutnya," cetus wanita itu kemudian.

Julian pun merogoh ponselnya untuk menghubungi Wendell lagi. "Hei, apa kau bisa memeriksa nomor kereta dan kursinya juga?"

"Kau menghubungi ahlinya, Kawan," sahut Wendell.

Namun ucapan yang menghibur itu belum cukup membuat Julian tersenyum. Bahkan saat lawan bicaranya bersuara lagi, raut pria itu tetap datar.

"Kereta dua, no kursi A 19."

"Thanks," tutup Julian. "Kapan keretanya tiba di Lambert?" ia beralih pada Alisha.

"Menurut keterangan di sini, lama perjalanan adalah tiga puluh menit," jawab sang rekan seraya menunjuk papan peta jalur kereta.

"Kita harus menghubungi stasiun di Lambert," ujar detektif senior itu tak mau menyerah.

✔The Ghost (A Story Behind Conspiracy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang