Chapter 10

87 24 14
                                    

WARNING
Read doang ❌
Vote doang ❌
Read + vote ✅
Read + vote + comment ✅✅
Read + vote + comment + follow ✅✅✅
-

-------------------------------------------------------------

TV layar datar berukuran 32 inci menyala tanpa suara di kamar Dom, menyiarkan berita kedatangan Presiden Jeffries bersama beberapa stafnya dan juga sang istri, Belinda Jeffries, serta sekelompok dinas rahasia kemarin siang. Gambar menyorot rombongan itu yang diawali oleh beberapa pria bersetelan hitam, berkacamata hitam dan komunikator menyumpal salah satu telinga mereka menuruni tangga pesawat kepresidenan. Presiden dan sang istri menyusul kemudian sambil melambaikan tangan kepada para penjemputnya di landasan pesawat. Para penjemput itu membalasnya dengan melambaikan bendera kertas bergambar dua garis biru saling menyilang dengan wilayah Liberty sebelah barat berukuran kecil di bagian tengahnya.

Saat kaki pasangan nomor satu di West Liberty itu menjejak di landasan, Presiden Dante Edwards, kepala negara East Liberty, mendului rombongannya mendatangi tamu kenegaraannya, menjabat erat tangan Presiden Jeffries dan mengayunnya beberapa kali. Wajah kedua kepala negara itu begitu berseri-seri.

Sambil melangkah ke arah ruang VIP bandara, Presiden Jeffries, istrinya dan stafnya terlihat menyalami barisan staf Presiden Edwards di atas karpet merah.

Sesaat kemudian berita beralih pada penemuan jenazah seorang pemuda yang dulu dikenal sebagai lulusan terbaik bergelar Bachelor of Computer Science dari Tomlin University dengan luka tembak di kepala. Di bagian bawah layar TV tertulis, 'Anti West Terduga Pelaku'.

Dom mengalihkan perhatiannya dari TV di sampingnya. Ditengoknya jam tangannya. Waktu keberangkatannya hampir tiba. Sebelum waktu eksekusi yang ia tetapkan sendiri, ia harus menyisakan setidaknya 10 menit untuk menyiapkan peralatan. Sedangkan untuk mencapai Museum Marina ia membutuhkan waktu 30 menit dengan motor dari tempatnya sekarang yang ia sebut 'safe house'.

Sebelum setiap eksekusi yang ia lakukan, ia memang selalu menempati salah satu safe house-nya, untuk menghindari kecurigaan tetangga-tetangganya di apartemen. Ia bahkan tak pernah menyimpan peralatannya di sana, untuk berjaga-jaga bila suatu saat para aparat menemukan tempat tinggalnya, mereka tak akan mendapatkan bukti bahwa ia adalah si pelaku pencurian.

Ditolehnya kertas-kertas yang ia rekatkan dengan selotip di jendela kamarnya. Semua adalah catatan hasil pengamatan dan latihannya selama 7 hari terakhir. Sketsa denah sayap kiri Museum Marina, 'jarak display replika kapal dari kubah kaca: 21,98 m', 'waktu pemasangan/melepas katrol: ± 30 detik', 'kecepatan tarik maksimal 5 m/detik', 'berat beban: 2,8 kg', 'patroli keamanan: 11.15 dan 01.15'... Semua catatan itu sudah dihafalnya di luar kepala.

Dom berpaling lagi pada siaran berita di TV. Kali ini gambar sudah beralih pada acara penyerahan replika kapal berkotak kaca itu dari Presiden Jeffries kepada Presiden Edwards di beranda Museum Marina pagi tadi. Keduanya lalu berpegangan tangan dan menaikkan jalinan tangan mereka ke udara di akhir penyerahan. Ratusan hadirin yang memenuhi halaman depan museum tampak bersorak. Sementara sebagian lagi melambaikan bendera West Liberty dan East Liberty.

Pria itu mengacungkan remote control ke arah TV dan memadamkannya. Lalu diarahkannya kakinya menuju tempat tidur, di mana tas punggung hitam berisi peralatannya dan koper kotak persegi panjang yang baru dipesannya dari Lee tadi, menunggu untuk dibawa. Dan hanya dengan sekali angkat, tas punggung dan koper itu pun beranjak dari tempatnya. Dom meninggalkan ruang tidur seraya menyusupkan lengannya menerobos tali tas punggung dan menyelempangkan koper itu menyilang di dada, menuju garasi.

Garasi itu terletak di rubanah rumahnya dan luasnya hanya sebesar satu buah mobil sedan. Namun Dom lebih memilih memiliki sepeda motor daripada mobil, yang ia selubungi dengan kain putih.

Dengan satu tarikan ia menyingkap sepeda motor Kawasaki Ninja RR hitam mengilat yang harganya menghabiskan gaji satu pekerjaan. Tapi dengan segala spesifikasi dan kemampuannya, kehilangan gaji satu pekerjaan menjadi tak masalah baginya. Ia menyebutnya 'investasi'.

Setelah mengenakan helm hitamnya, pria itu menunggangimotornya, menyalakan mesinnya dan perlahan mengarahkannya meninggalkan garasi,menuju jalan tanah di luar, melintasi perumahan kumuh tetangganya, menuju pusatkota. 

✔The Ghost (A Story Behind Conspiracy)Where stories live. Discover now