Chapter 42

72 24 12
                                    

WARNING
Read doang ❌
Vote doang ❌
Read + vote ✅
Read + vote + comment ✅✅
Read + vote + comment + follow ✅✅✅
--------------------------------------------------------------

"Bos, mereka mengambil videonya!"

"Kita kejar mereka." Sean melompat masuk dalam jok penumpang depan. Dan si anak buah yang tadi memeriksa keadaan di dalam, tergesa memasuki jok belakang.

"Bagaimana dengan Leo, Bos? Kelihatannya ia tidak sadar," tanyanya.

"Kita urus nanti."

Jeep itu pun melesat membelah jalanan pinggiran kota Trinity, mencoba mencari jejak Dom dan Hayley. Dan si bos tampan itu tak pernah khawatir akan kehilangan jejak buruannya, karena motornya sudah dilengkapi GPS yang bisa ia pantau melalui ponselnya.

Ia pun merogoh sakunya hendak meraih ponsel. Namun seketika itu pula ia tersadar, ponselnya tertinggal.

"Putar balik. Ponselku tertinggal," suruhnya pada sang anak buah yang duduk di balik kemudi.

Pukul 10.13

Saat Julian, rekan-rekan dan timnya tiba di gedung tua itu beberapa menit yang lalu, mereka hanya menemukan sisa-sisa yang ditinggalkan oleh para buruannya. Dan satu-satunya makhluk hidup yang ditinggalkan adalah si plontos, yang menurut kartu tanda pengenalnya bernama Leo Blackwell. Dan baru saja pria itu dibawa oleh ambulans.

"Ada kabar tentang video itu?" tanya Julian pada salah satu anak buahnya yang sedang memeriksa meja panel dengan monitor kecil di depannya.

"Tidak ada, Pak. Tampaknya belum ter-install di sini," jawab petugas itu tanpa mengalihkan matanya dari monitor di hadapannya, pada barisan kode-kode yang tak bisa Julian pahami.

"Morgan," Alisha menimpali, "kalau melihat situasinya, Sawyer dan Collins berhasil melepaskan diri dan melawan. Lalu mereka kabur dengan membawa video itu."

"Ya, kupikir juga begitu," balas Julian sambil bersedekap. "Tapi ke mana?"

"Menurutku mereka tidak berniat menyiarkannya. Sawyer dan Collins. Hanya Anti West yang bertujuan begitu. Jadi kukira mereka ingin mengamankannya."

"Tapi di mana tempat di Trinity yang aman untuk menyimpannya?"

Diskusi mereka tiba-tiba terputus saat seorang petugas lainnya bergegas mendekati Julian. 

"Pak, mungkin Anda ingin memeriksa ini," ujarnya seraya mengulurkan sebuah ponsel.

Julian menerima ponsel itu dengan dahi berkerut. Namun tanpa ragu ia menyalakannya dan memperhatikan beberapa aplikasi di bagian beranda. Dan dahinya semakin berkerut saat menemukan aplikasi GPS di sana. Berharap aplikasi itu bisa menunjukkan lokasi buruannya, ia mengetuknya.

"Ha!" serunya.

Alisha dan beberapa petugas menoleh padanya.

"Hammond, Walton, ikut aku. Dan aku juga butuh beberapa patroli!" seru Julian tanpa penjelasan. Namun rekan-rekan dan beberapa timnya mengikuti langkah si detektif yang tergesa ke luar gedung.

"Hammond, bawa mobilnya." Julian melontarkan kunci mobilnya pada wanita itu dan wanita itu tahu, ada yang harus Julian lakukan di jok penumpang. Sementara Casey menduduki jok belakang.

"Kau tahu ke mana mereka pergi?" tanya Alisha, beberapa meter setelah meninggalkan stasiun TV tua itu.

"Ya. Melajulah ke pusat kota. Masih ada yang harus kulakukan dengan ponsel ini," sahut Julian dengan mata tetap terpaku pada layar ponsel.

Sementara beberapa meter di belakang iring-iringan mobil polisi itu, sebuah Jeep hitam ikut melaju.

Beberapa menit sebelumnya

"Putar balik. Ponselku tertinggal," suruh si bos tampan pada anak buahnya yang duduk di balik kemudi.

Jeep hitam itu pun terbanting ke kanan sebelum melaju ke arah yang berlawanan.

"Bos," panggil si sopir saat mendekati bangunan tua itu.

Sean mendongak mengikuti arah yang ditunjuk sang anak buah, pada halaman gedung yang kini sudah dipenuhi mobil polisi. Ia bahkan sempat melihat polisi-polisi itu menyerbu masuk dalam gedung dengan senjata terjulur.

"Jangan berhenti," perintah Sean. "Kita berputar di depan."

Si sopir menurut. Ia masih melajukan kendaraannya hingga satu kilometer sebelum akhirnya berbalik, kembali ke arah gedung dan berhenti beberapa meter sebelumnya.

"Kita tunggu saja. Kalau mereka menemukan ponselku, kita bisa ikuti mereka," kata sang bos tenang.

Lima belas menit kemudian, Sean masih terlihat tenang saat Leo terlihat dibawa dengan ambulans dalam keadaan tidak sadar dan para polisi itu belum menunjukkan batang hidung mereka.

"Bos." Kali ini si anak buah yang duduk di belakang yang bersuara seraya menunjuk ke arah pintu keluar gedung.

Beberapa polisi berpakaian sipil dan petugas berseragam tampak terburu-buru keluar dari gedung. Dan polisi bertubuh besar yang berjalan paling depan terlihat menggenggam sebuah benda berwarna hitam.

Ponselnya.

"Jalan," suruh Sean kembali pada si sopir.

--------------------------------------------------------------

✔The Ghost (A Story Behind Conspiracy)Where stories live. Discover now