Chapter 22

71 20 5
                                    

WARNING
Read doang ❌
Vote doang ❌
Read + vote ✅
Read + vote + comment ✅✅
Read + vote + comment + follow ✅✅✅
-

-------------------------------------------------------------

National Traffic Control Centre (NTCC)

Mempunyai kenalan di NTCC benar-benar mempermudah pekerjaan dan mempersingkat waktu Julian. Ia tak perlu surat keterangan dari pengadilan untuk melihat rekaman CCTV di jalan raya semalam. Dan bahkan setelah menghubungi Taylor, salah satu pejabat yang dikenalnya di sana, wanita itu segera menyiapkan ruangan khusus untuknya.

Begitu kaki Julian dan Alisha menginjak pintu depan, Taylor sudah menyambutnya di dekat meja penerima tamu. Wanita itu langsung menggiring mereka ke lantai dua, melintasi barisan meja para staf berseragam yang hampir semuanya mengamati lalu lintas pada layar di hadapan mereka. Tapi langkah ketiganya tak berhenti hingga mencapai ruangan terakhir dengan pintu tertutup dan berdinding kaca gelap.

Taylor mendorong pintu itu, menguak sebuah ruangan yang tak begitu luas. Hanya ada sebuah meja besi besar dengan empat layar TV berjajar dalam satu baris dan semuanya dalam keadaan padam. Sementara di mejanya terdapat panel dengan tombol-tombol pengatur dan empat buah slider.

"Ruangan ini memang dikhususkan untuk kejadian luar biasa. Untuk penyelidikan, misalnya," papar Taylor tak diminta. Kedua detektif yang menguntit di belakangnya pun tak menyahut.

"Dan hanya petugas-petugas tertentu yang boleh masuk ke sini."

Tanpa menyilakan tamunya duduk, Taylor menempati kursi yang hanya ada satu-satunya di ruangan itu, yang menghadap keempat layar TV. Sementara Julian dan Alisha berdiri di belakangnya.

Seraya menyalakan keempat TV di depannya, Taylor bertanya, "Rekaman hari apa yang ingin kau lihat?"

"Sabtu pukul nol nol hingga tiga puluh menit kemudian, dimulai dari Museum Marina," jawab Julian tanpa memeriksa catatannya.

"Okay. Kami punya dua. Satu di perempatan Smith - Adelaide dan satu lagi di ruas Gulliver." Taylor mengarahkan jari-jarinya pada beberapa tombol di panelnya tanpa melihat. Mungkin ia sudah bekerja terlalu lama di tempat itu hingga tanpa melihat pun, ia tahu tombol mana yang harus dipijit untuk mengarahkannya pada rekaman di perempatan Smith - Adelaide dan Gulliver.

Dalam sekejap, dua layar TV di sebelah kiri menampilkan jalanan kota Trinity yang lengang dalam hitam putih. Tak sebuah kendaraan pun yang tampak melaju di jalanan yang basah sehabis hujan itu. Sementara catatan tanggal dan waktu di sebelah kanan bawah layar menunjukkan tanggal 19-05-2018 pukul 00:00:12.

"Bisa kau percepat? Pelan-pelan saja," pinta Julian dengan nada tak sabar.

Jari telunjuk dan tengah Taylor meluncur perlahan di atas kedua slider, membuat tayangan di layar pertama dan kedua bergerak maju dengan kecepatan sedang. Ia baru mengangkat jarinya saat terdengar suara Julian lagi,

"Itu dia."

Di layar pertama, yang menunjukkan situasi di perempatan Smith - Adelaide, tampak seorang pengendara motor berpakaian gelap dengan helm menutupi wajah dan memanggul tas ransel di punggungnya. Sesuai laporan yang diterimanya tadi pagi, pria itu mengendarai motor cepat.

Pengendara itu terlihat menghentikan motornya sejenak di perempatan, menoleh ke kiri dan ke kanan sebelum menghilang ke arah selatan.

Tanpa diperintah, Taylor memindahkan tayangan mengikuti arah yang dilalui si pengendara motor. Dan setiap ia menghilang dari layar, wanita itu kembali mengganti tayangan dengan rekaman lainnya. Tampaknya ia tahu ke mana pengendara itu akan mengambil jalan. Seperti yang sudah Julian duga, ia tak mengarahkan kendaraannya ke apartemennya di St. James. Dan itulah yang ingin ia cari tahu, tempat persembunyian Dom.

"Oh shit!" gumam Taylor tiba-tiba.

"Ada apa?" Untuk pertama kalinya sejak memasuki ruangan itu, Julian menoleh pada Taylor.

"Dia menuju grey spot," jelas wanita itu tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar kedua.

"Spot apa?" Kening Julian tampak berkerut, merasa asing dengan istilah itu.

"Grey spot. Itu istilah kami untuk wilayah yang tak memiliki CCTV."

Mata Julian beralih ke layar. Dom terlihat di layar kedua, tengah berhenti di suatu perempatan yang sepi. Namun sesaat kemudian, motor itu melaju lagi, menghilang dari layar. Dan kali ini Taylor benar-benar berhenti mengoperasikan panel di depannya.

"Shit!" Julian mengumpat tertahan.

"Sorry, Morgan," ucap Taylor pelan, menatap detektif itu dengan sorot mata penyesalan.

"Arah mana yang ia tuju?" tanya Julian tak menggubris penyesalan Taylor.

"Kemungkinannya ada tiga. Jalan itu bisa mengarah ke Stonecliff, Kern atau Greenbay."

"Damn it," detektif itu mendesis.

"Dia masih selangkah di depan kita, Morgan." Alisha yang sedari tadi diam, akhirnya berucap.

Julian mendengus perlahan, seperti sedang membuang kekesalannya dengan bertahap. "Fine. Taylor, suatu saat kau melihat pria ini..." Ia menyodorkan ponselnya dengan foto Dom di layar. "...hubungi kami. Kau tahu di mana harus mencari kami."

Taylor mengangguk.

✔The Ghost (A Story Behind Conspiracy)Where stories live. Discover now