Chapter 13

74 23 6
                                    

WARNING
Read doang ❌
Vote doang ❌
Read + vote ✅
Read + vote + comment ✅✅
Read + vote + comment + follow ✅✅✅
-

-------------------------------------------------------------

Hari ke-9

Gordon McKinley menengok jam dinding di ruangan sempitnya. Pukul 01.02. Waktunya berpatroli lagi. Ia bangkit seraya meraih topi dan senternya dari meja yang dipenuhi layar-layar kecil yang tersambung dengan kamera CCTV di museum. Sungguh matanya lelah memandangi puluhan layar bergambar konstan itu selama dua jam penuh. Berjalan-jalan selama beberapa menit di dalam museum selalu membuat penglihatannya segar kembali, meskipun yang dilihatnya hanya benda-benda mati yang sama dan tak ada yang bisa diajak bicara.

Pria paruh baya itu keluar dari ruangannya yang berbatasan langsung dengan sayap kanan museum lalu mulai menyorotkan senternya, menyinari display buku-buku dan naskah-naskah tua, pakaian serta alat perang para pelaut dari abad ke-19. Tak ada yang berubah dari sejak ia memeriksanya dua jam yang lalu.

Langkahnya kemudian berlalu menuju ruang utama, tempat patung-patung perunggu para pejuang laut dipajang di atas penyangga-penyangga batu setinggi 50 cm. Di foyer, ia berputar di depan kolam air mancur dan mulai menyusuri sisi ruangan yang lain, yang masih diisi oleh patung-patung perunggu lainnya.

Kembali di pangkal ruangan, ia berbelok ke sayap kiri, mulai menyorotkan senternya dari display terdekat.

Tok!

Tubuh Gordon tiba-tiba menegang.

"Siapa di sana?" cetusnya spontan seraya menyorotkan senternya ke tengah ruangan.

Suara itu diikuti suara benda yang menggelinding. Semakin lama semakin dekat dan baru berhenti saat bertumbuk dengan ujung sepatu Gordon.

Pria itu menyorotkan senternya ke kakinya. Hanya 2 cm di depan ujung sepatunya, tergolek sebuah benda logam berwarna hitam menyerupai tablet. Ia berjongkok dan memungut benda itu dan menyinarinya dengan senter. Saat membalik benda itu, ia menemukan lubang di tengah-tengahnya.

Seumur-umur Gordon belum pernah melihat benda seperti itu. Namun ia sangat penasaran dari mana benda itu berasal. Kembali berdiri, ia mengurut jejak menuju asal suara benda itu dengan senternya. Dan saat senternya menyinari display replika kapal perang Liberty...

Gordon merasa kedua kakinya tak sanggup lagi menopang tubuhnya. Ia pun jatuh terduduk di lantai parket museum dengan wajah pucat.

*

Detektif Julian Morgan terjaga dari tidurnya ketika ponselnya berdering berisik. Ia tak langsung terbangun, namun tangannya bergerak menggapai di atas nakas dalam gelap. Tanpa melihat siapa peneleponnya, ia sudah tahu, hanya kepolisian yang menghubunginya tak kenal waktu.

"Morgan," jawabnya dengan suara mengantuk. "Di mana?... On my way."

Masih dengan mata terpejam, Julian menegakkan tubuhnya dan duduk beberapa saat di tepi ranjang. Entah baru berapa lama ia terlelap. Tugas kemarin dirasanya terlalu melelahkan. Dan seingatnya ia baru bisa menginjakkan kakinya di rumah kembali pukul sebelas malam. Ia bahkan tak ingat, ia sempat mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur atau tidak.

Julian menggapai lagi ke atas nakas, mencari tombol lampu. Saat seberkas cahaya kuning menerangi nakasnya, dilihatnya jam meja masih menunjukkan waktu pukul 02.11. Ia mendesah. Dan saat ia menunduk, disadarinya ia juga masih mengenakan pakaian dinasnya walau tanpa jas, dasi yang terikat longgar dan ujung kemeja keluar dari celananya. Tampaknya sepulang tugasnya kemarin, ia terlalu lelah untuk mengganti pakaian.

Pria berusia di akhir 40-an itu memaksa diri untuk bangkit, berusaha keras melawan rasa kantuknya. Tapi ia tahu ia tak bisa berangkat dengan keadaan seperti ini. Ia perlu secangkir kopi untuk diminum di rumah dan satu termos kopi untuk di perjalanan.

Hanya pencurian di museum. Bukan masalah besar.

✔The Ghost (A Story Behind Conspiracy)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin