VI... Cincin Hitam

7K 588 15
                                    

Arva dan Leon sudah siap untuk pergi berkencan. Meninggalkan Noura sendirian. Karyawan lainnya, telah lebih dulu pulang. Kebiasaan Arva dan Noura, memang pulang terakhir untuk mengecek stock bahan. Dan memastikan pintu terkunci dengan benar --takut dirampok. Walaupun sebenarnya, kawasan kota ini sangat aman. Tidak pernah ada kejadian toko dirampok.

"Aku pergi dulu, Putri Noura." Arva memeluk Noura. Menyempatkan untuk mencubit gemas pipi Noura yang sedikit tembab.

"Anda yakin, Putri. Saya bisa mengantar Anda sampai ke halte. Halte bus lumayan jauh." Leon menawarkan tumpangan. Arva menoleh, menatap tajam. Leon cengar cengir, apa salahnya ia hanya basa basi.

"Tidak perlu. Aku tidak mau menjadi pengganggu." Noura paham akan tatapan yang diberikan Arva pada Leon. Mana ada yang mau diganggu, saat sedang berduan.

"Masa secantik Anda, menjadi pengganggu. Lagi pula, kita itu teman." goda Leon, tersenyum lebar.

"Godain saja terus," ketus Arva. Dari dulu kerjaan Leon memang suka menggoda Noura.

Noura tertawa kecil.

"Jangan marah. Aku hanya mencintaimu." Leon merajuk. Menggenggam tangan Arva, yang sedang mengerecutkan bibir.

Noura tersenyum. Melihat tingkah kedua temannya ini.

"Kalian tidak jadi pergi? Katanya takut kehabisan tiket." Arva dan Leon saling memelotot.

"Oh iya, sampai lupa. Ayo cepetan. Bye, Putri Noura. Kami duluan," teriak Arva, sembari berjalan mendekati mobil berwarna putih milik Leon, langsung masuk ke dalam.

"Hati-hati di jalan, Putri Noura." Leon tersenyum lebar.

"Iya, Alpha. Sudah sana, nanti Arva tambah marah." Noura mendorong tubuh kekar Leon. Lelaki itu hanya mengangguk-anggukkan kepala.


*****


Di dalam mobil, setelah cukup jauh dari cafe. Arva mencubit perut Leon, membuat Leon merengut kesakitan.

"Kamu lupa? Kakak itu akan datang, menemui Putri Noura." Arva melotot, kesal sekali. Rasanya tadi saat Leon menawarkan tumpangan pada Putri Noura untuk mengantarkan ke halte bus, ia ingin sekali menutup mulut Leon. Tapi tidak ia lakukan, takut Putri Noura curiga.

Leon terkekeh. "Aku ingat. Lagi pula, aku tahu, pasti Putri Noura akan menolak. Makanya aku berani menawarkan tumpangan." Leon tanpa menoleh, fokus pada jalanan di depannya.

"Iya, memang. Apa jangan-jangan kamu berniat untuk menggagalkan pertemuan Kakak dengan Putri Noura?" Arva menyipitkan matanya, menatap penuh selidik. Kemarin dari ucapan Leon, seperti tidak setuju dengan keputusan Orlan bertemu dengan Noura.

Leon tertawa. "Aku tidak sejahat itu. Orlan itu sahabatku dan akan menjadi Kakak iparku. Kalau Putri Noura menikah dengan Orlan, ia juga akan menjadi Kakak iparku, bukan?"

"Tapi ucapanmu yang kemarin?"

"Aku hanya khawatir saja. Hubungan bangsa werewolf dan bangsa vampire, membaik karena Orlan dan Raja Carlen. Jangan karena Noura ternyata mate Orlan. Hubungan kedua bangsa, kembali merenggang."

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang