Epilog

10.5K 477 41
                                    

Jika aku percaya kamu adalah milikku. Kamu juga harus percaya. Karena dengan kepercayaan itu, kita pasti akan bersama.

Cinta itu membawa kebahagiaan, karena cinta itu indah. Cinta itu tidak memandang apa pun, karena cinta itu buta. Cinta itu memberi kekuatan, karena cinta itu saling menguatkan.

Cinta itu membuat yang mustahil menjadi kenyataan. Membuat yang sedih, menjadi senang. Membuat yang terpuruk, menjadi bangkit. Membuat yang lemah, menjadi kuat.

~ Orlando & Lucia ~


◾▫️◾


Ahren mengulum senyuman miring dan matanya berkilat jenaka. Ia menarik napas panjang, lalu memejamkan matanya guna memfokuskan pikiran. Ahren mengarahkan tangannya ke atas kolam renang, ia mengangkat tangannya secara perlahan, semua air yang ada di dalam naik ke atas. Terdengar bunyi debuman yang amat keras dan rintihan kesakitan. Air yang ada dalam kolam renang sekarang terombang-ambing di udara.

"Kakak!" Chiara berteriak nyaring. Lagi-lagi Ahren menjaili adik perempuannya itu yang sedang berenang di kolam renang. Chiara memegangi lututnya yang nyeri. Bayangkan saja, sedang berenang lalu tiba-tiba airnya surut, pastinya badan kalian akan terjatuh ke lantai. Itu yang Chiara rasakan.

Meskipun Chiara sering dijaili oleh Ahren, tapi dia tetap saja berenang saat ada Ahren. Chiara tidak pernah belajar dari pengalaman.

Ahren tertawa terbahak-bahak, memeletkan lidahnya mengejek.

Asher yang sedang memberi makan ikan koi menghela napas panjang. Ia berdiri menghampiri kedua saudaranya itu, Ahren masih tertawa dan sepertinya enggan menolong Chiara.

"Kak Asher."

Asher turun dan menggendong Chiara yang tidak bisa naik tangga sebab lututnya terluka. Ia mendudukkan Chiara di kursi taman dan kembali menghampiri Ahren. Asher menjewer kedua telinga Ahren.

"Aduh, aduh, Asher. Sakit." Ahren memegangi telinganya yang memerah dan berdenyut.

"Makanya jangan jail!" Asher menatap Ahren tajam. "Turunin airnya!"

Ahren mengerucutkan bibirnya. "Iya." Ia mengembalikan air yang ada di udara ke tempat semula. "Sudah."

"Jangan menggunakan kekuatan sihirmu untuk menjaili orang." Entah sudah keberapa kalinya Asher menasihati saudara kembarnya itu. Lelah rasanya mulut Asher mengomeli Ahren yang tidak pernah mau mendengarkan ucapannya dan mengubah kebiasaan jailnya itu yang kelewatan.

"Iya." Ahren mendekati Chiara yang matanya mendung. "Maafkan Kakak, ya. Jangan nangis." Ahren meletakkan tangannya di lutut Chiara untuk mengobati lukanya.

"Untuk apa terus meminta maaf, tapi selalu mengulanginya." Asher menoyor kepala Ahren kesal.

"Jangan kasar!" Ahren memelotot. Asher itu suka sekali menjewer dan menoyor kepalanya, padahal ia lebih tua dari Asher, walau hanya beda lima menit.

"Ada apa? Kenapa Chiara?" Lucia datang dengan tergopoh-gopoh. Ia tadi sedang masak dan terkejut mendengar teriakkan Chiara yang melengking. Lucia menatap Chiara yang memanyunkan bibirnya dan tidak mau menatap ke arah Ahren yang duduk berjongkok di depannya. Lucia sudah paham betul apa yang baru saja terjadi. "Ahren." Ia beralih pandangan ke arah Ahren.

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ