VII... Moonlight

7.2K 513 9
                                    

Raja Carlen jalan sedikit terburu-buru, menuju sebuah ruangan. Tidak diikuti oleh pengawal di belakangnya. Menyusuri lorong istana sendirian, ditengah malam. Ia yakin, sebagian para vampire telah berada di luar istana. Jadi aman jika ia berjalan sendirian, pasti tidak ada yang mengikutinya.

Raja Carlen mengetuk pintu. Tidak menunggu lama, pintu dibuka dari dalam.

"Yang Mulia." Pangeran Vander menunduk hormat. Seketika bulu ditangannya berdiri. Ia mempersilakan Raja Carlen masuk. Sang raja berdiri tak jauh di depannya.

"Bagaimana Pangeran Vander? Sudah bertemu dengan werewolf yang berteman dengan Noura?" tanya Raja Carlen to the point. Raut wajahnya sangat serius.

"Sudah, Yang Mulia. Ternyata dia merupakan shewolf, adik dari Alpha Orlan." Pangeran Vander berbisik. Konten mengenai bangsa werewolf sangat sensitif ditelinga bangsa vampire.

"Oh. Berarti dia aman," ucap Raja Carlen, mengembuskan napas lega. Masih dia. Batin Carlen.

Pangeran Vander mengerutkan dahinya. "Maksud Yang Mulia, aman?"

"Anda tahu, Redwood Pack tidak akan mungkin berkhianat." Raja Carlen mengambil sebuah gelas berisi darah hewan, yang terletak di atas meja. Pangeran Vander tersentak, matanya memelotot. Raja Carlen menghirup bau darah hewan di dalam gelas tersebut. "Dia yang berkhianat." Mata merahnya mengkilap, tatapannya tajam, sangat mengerikan.

"Jadi, Anda, sudah tahu Yang Mulia?" tanya Pangeran Vander. Ia berusaha bersikap normal, tidak boleh menunjukan rasa ketakuatannya, karena tertangkap basah telah menutupi kejahatan Ferin.

"Ya." Raja Carlen menoleh, menatap tajam. Pangeran Vander bergidik ngeri. Jika Raja Carlen murka, akan dipastikan malam ini ia tinggal nama.

Pangeran Vander bergeming di tempat, wajahnya tertunduk dalam, tidak berani menatap mata dan wajah Raja Carlen yang sedang murka. Sang raja berjalan mendekatinya.

"Anda harus membantu saya," ucap Raja Carlen menekankan pada setiap kata. Ia memegang pundak Pangeran Vander.

Pangeran Vander mendongakkan kepalanya. Ia tidak percaya. Raja Carlen tidak marah padanya. Malahan meminta bantuan.

Pangeran Vander menganggukkan kepalanya. "Apa yang akan saya lakukan?" Ia akan menjadi Raja di Kerajaan Hamakua. Semua vampire harus tetap tunduk pada perintah Raja Carlen. Kerajaan Appalachia memegang kendali penuh akan bangsa vampire.

"Awasi dia. Berikan semua darah hewan yang ia berikan pada Anda dan Noura, kepada saya. Jangan Anda minum. Jika Anda tidak ingin terjerat dalam kasus ini." Raja Carlen wajahnya sangat serius. Pangeran Vander mengangguk.

"Dengerkan itu, Pangeran," ucap Noura yang tengah berdiri menyender di depan pintu.

Pangeran Vander membelalak terkejut, matanya memelotot seperti akan keluar. Bagaimana caranya Noura masuk? Pintu, ia kunci? Dan kunci, ia genggam erat ditangannya.

Raja Carlen tidak menunjukan ekspresi apa pun. Ia terlihat santai, tidak terkejut sama sekali.

Noura tersenyum jail, melihat wajah Pangeran Vander yang sangat terlihat jelek.

"Anda seperti baru melihat hantu." Noura meledek. Ia berjalan mendekat ke arah keduanya.

"Kamu memberitahunya?" Raja Carlen menatap Noura tajam.

Noura tersenyum tipis. "Ya, dia bertanya di mana keberadaan penyihir. Aku kesal pada bangsa werewolf yang terus menuduh kita. Mereka selalu bilang, bangsa vampire menyembunyikan para penyihir." Noura duduk di sofa.

Raja Carlen menghela napas panjang. Pangeran Vander mengerutkan dahinya. Apa yang sedang kakak beradik ini bicarakan? Penyihir? Ia sudah lama sekali tidak mendengarnya.

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now