XXIII... Long Night

4.4K 328 6
                                    

Pangeran Vander membawa Pangeran Darren ke ruang kerjanya. Ia harus bertanya banyak pada Darren. Kemarin bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya. Bahkan tadi pagi sampai sore hari, ia tidak punya kesempatan untuk mengintrogasi Darren. Belakang ini, seluruh petinggi istana disibukkan dengan rapat, rapat dan rapat.

Darren terlihat santai, hanya memakai kaus polos dan celana jeans. Tidak mencontohkan penampilan bangsawan sama sekali.

Semenjak zaman modern, bangsawan vampire telah merubah gaya pakaian. Tidak lagi menggunakan jubah. Melainkan memakai kemeja dan celana panjang, tambahan untuk pria memakai jas.

Darren menyapu pandang ruangan kerja kakaknya. Ya, sama besarnya dengan yang ada di Kerajaan Hamakua.

"Apa tujuanmu ke sini? Katakan yang sesungguhnya!" Vander sudah malas mendengarkan alasan berkelit yang dilontarkan oleh Darren.

Darren duduk di depan Vander. "Tidak ada alasan khusus."

Vander menatap Darren datar. "Lalu apa Ayah tahu, kau ke sini?"

"Ya. Meskipun aku sudah punya banyak uang, tapi aku juga masih ingin menikmati uang dari Ayah. Harga tiket pesawat itu sangat mahal."

Vander menaikkan satu alisnya. "Aku tahu, Darren. Kau datang ke sini menggunakan kekuatanmu itu, menjadi kelelawar, bukan? Memangnya kau pikir, aku bodoh?!"

Darren tertawa. "Bagaimana rencana pernikahanmu dengan Putri Noura. Sudah sejauh apa?"

"Belum ada pembicaraan lebih lanjut."

Darren tersenyum miring. "Tahun depan, ah bukan, bulan depan, kau akan dinobatkan sebagai Raja. Tapi tidak ada kemajuan?" Darren mengerutkan keningnya. "Kau selalu meminta penobatan diundur. Dahulu kau menolak perjodohan, karena tidak mencintai Putri Lucia. Giliran sekarang, kau tetap melakukannya. Apa kau meragukan Putri Noura?"

Vander keningnya berkerut dalam. "Ragu? Maksudmu?"

Darren melihat ponselnya, ada pesan masuk, tapi tidak berniat untuk membalas.

"Identitas asli Putri Noura. Jika fakta sebenarnya mengatakan, bahwa Putri Noura yang tewas, bagaimana?"

Vander alisnya menyatu. "Aku tahu kau sangat mencintai mendiang Putri Lucia. Jadi janganlah memberi harapan palsu pada diri sendiri, Darren."

Darren tertawa hambar. "Aku tidak berharap lebih, Kak."

"Apa dia yang mengatakannya?"

Darren mengedikkan bahunya.

"Sepertinya dia telah meracuni otakmu."

"Bagaimana kalau benar? Apa kau tidak penasaran?"

Vander menaikkan alisnya. Katanya tidak berharap? Tapi kelihatan ngotot banget. "Lalu, kau ke sini untuk mencari tahu?" Tepat sasaran, Darren terdiam begitu lama. Vander menghela napas. "Ah, sudahlah, terserahmu saja. Aku tidak mau ikut campur. Aku punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."

Darren berdecih. "Ya, kau memang benar. Tapi juga ada tujuan lainnya."

Vander menatap Darren dalam, tidak berniat bertanya lebih lanjut, biarkanlah Darren dengan misinya, asal tidak merugikan siapa pun.


➡️➡️➡️

Raja Carlen mondar mandir tak tentu arah, seraya mengacak-acak rambutnya frustrasi. Ia dilanda kepanikan dan kecemasan hebat.

"Sudahlah, memang kamu tidak lelah. Dari tadi mondar mandir terus?" Ratu Letizia mencoba membujuk suaminya agar duduk. Ia menjadi pusing melihat suaminya yang penampilannya sangat kacau.

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now