XX... Unknow

4K 336 3
                                    

Bunyi pintu dibuka, wanita cantik rambut panjangnya tergerai berwarna pirang, berjalan mendekati sofa. "Kau tidak ingin bertemu dengan istri dan anakmu?"

Lelaki berambut cokelat yang tengah duduk di atas nakas, tersenyum sinis. "Nanti mereka akan kembali."

Wanita itu terlihat terkejut. "Aku kira mereka akan menetap di sana." Ia mendudukkan dirinya di atas sofa.

Lelaki itu tertawa. "Sudah waktunya untuk mereka kembali."

Wanita itu melihat dua makhluk yang tewas bersimbah darah dengan wajah yang menghitam. "Apa kesalahan mereka?"

"Tidak dapat membunuh Jenderal Nehan." Lelaki itu turun dari nakas, berjalan mendekati kedua mayat yang mati ditangannya. Ia menginjak salah satu kepala. Lelaki itu wajahnya mengeras. "Carlen memang tidak mudah dikalahkan."

Wanita itu mengedikkan bahu, tidak begitu peduli. Pemandangan seperti ini, sudah biasa. Lelaki vampire itu memang suka sekali membunuh. Satu saja kesalahan, nyawa melayang.

"Sekarang semua mata tertuju pada kau. Pack werewolf semakin memperkuat penjagaan. Bahkan, Kerajaan Appalachia melatih semua warga vampire pria, dengan ilmu keprajuritan. Pergerakan kau sekarang sangat terbatas."

Lelaki itu tertawa mendengar penuturan wanita berambut pirang itu. "Kau benar. Tandanya, mereka siap untuk berperang. Selama ini mereka terlalu santai. Sampai menangani masalah kecil seperti ini, lama sekali. Untuk mencari keberadaanku saja, tidak bisa." Lelaki itu berkata dengan nada mencemooh. Ia duduk di atas sofa.

"Segera katakan, apa yang ingin kau sampaikan. Akan kupastikan, jika tidak penting, aku akan membunuhmu. Aku tidak main-main," ucap lelaki berambut pirang yang sedang bersidekap di depan pintu yang sedikit terbuka. Tidak berniat masuk ke dalam ruangan.

Lelaki dan wanita itu menoleh, tampak terkejut dengan kehadiran lelaki yang tiba-tiba berkata dengan penuh ancaman.

"Oh, Darren, makhluk menyedihkan yang ada di dunia ini," ucap lelaki itu mengejek. Wanita di sampingnya menahan tawa.

Darren menghela napas kasar. "Sungguh, aku ingin sekali membunuhmu, tapi tidak sekarang, bersyukurlah." Ia hendak melangkah pergi. Lelaki itu memelesat mendekati Darren, menahan lengannya.

"Apa?"

"Ini tentang Putri Lucia." Lelaki itu tersenyum miring.

Darren mengerutkan kening. "Dia sudah tiada!"

"Jika tidak, bagaimana?"

Darren menatap datar. "Jangan bicara omong kosong."

"Masuklah, jangan di sini. Nanti ada yang dengar. Kau bisa membunuhku sekarang, jika apa yang kusampaikan tidak penting menurut kau," ujar Lelaki itu, menyakinkan.

Darren menghela napas panjang. "Oke, baiklah." Ia memelesat ke dalam, duduk di depan wanita cantik itu.

"Apa kabar pangeran?"

"Aku sangat benci panggilan itu." Darren mendengkus kesal. Lelaki dan wanita itu tertawa. "Cepat katakan! Membuang waktuku saja." Darren tidak sabar.

Lelaki itu memberikan selembar kertas pada Darren.

"Ramalan? Oh, aku muak sekali. Kenapa akhir-akhir ini, semua makhluk immortal membicarakan ramalan ini." Darren menatap malas kertas pemberian lelaki berambut cokelat itu.

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now