XLV... Throw Them to Hell (Versi Revisi)

6.8K 364 31
                                    

Peperangan ini memang telah diprediksi oleh seluruh makhluk immortal, terutama bangsa vampir dan werewolf itu sendiri. Karena Ferin masih hidup dan mengumpulkan kekuatan selama beberapa ratus tahun ini.


Namun, kali ini Carlen dan Orlan telah meminta pada kaum immortal lainnya untuk tidak ikut dalam peperangan ini. Belajar dari perang terdahulu, hampir seluruh kaum immortal ikut serta yang mengakibatkan kehancuran dan ketidakseimbangan dalam tatanan kehidupan dunia immortal.

Mereka akan mengurus Ferin dan pengikutnya. Meskipun mereka tidak tahu berapa jumlah pengikut yang Ferin miliki dan siapa saja yang bekerja sama dengannya.

Suara bising pedang yang saling bergesekan dan bersentuhan terdengar ke segala penjuru hutan.

Pemandangan yang sangat mengerikan bila dilihat dari langit. Kelompok putih dan hitam, seperti warna bidak dalam permainan catur.

Vampir Appalachia, vampir Hamakua, dan warrior Redwood Pack memakai pakaian serba putih. Sedangkan, Ferin dan pengikutnya menggunakan jubah hitam.

Ferin bertarung dengan Carlen. Bagaikan raja catur hitam dan raja catur putih. Keduanya saling berusaha untuk membunuh satu sama lain, agar peperangan ini cepat berakhir.

Ferin ingin menghancurkan Kerajaan Appalachia dan meraih apa yang seharusnya dia miliki. Dia tidak mengincar takhta kerajaan, tetapi hanyalah kekuasaan dan kejayaan. Dengan dia membinasakan para petinggi vampir Appalachia, otomatis seluruh vampir Appalachia akan menjadi pengikutnya dan dia dapat membuat sebuah bangsa baru. Dia akan menjadikan separuh vampir memiliki dua darah, yaitu darah vampir dan penyihir. Dengan begitu, dia dapat dengan mudahnya menguasai dan membuat seluruh kaum immortal tunduk padanya.

Carlen memandangi wajah Ferin yang terlihat penuh dengan ambisi itu. Ferin memiliki dua warna mata, merah dan ungu. Benar, ternyata Ferin menjadikan dirinya sendiri menjadi vampir dan penyihir. Sebegitu ambisinya Ferin sampai menyiksa dirinya dengan eksperimen yang dia buat sendiri. Carlen tidak tahu perlakuan apa yang telah Ferin terima semasa kecil, sehingga membuat Ferin tumbuh menjadi sosok pendendam seperti saat ini.

"Anda seperti Alison." Ferin berkata dengan nada mencemooh seraya tersenyum jemawa.

"Apa yang mirip?" Carlen tercekat menahan rasa sakit, tangan kirinya terkena bilah pedang milik Ferin. Perlahan darah hitam merembes dari dalam kulitnya. Dia tidak boleh lengah!

"Anda terlalu mengikuti peraturan kerajaan yang telah dibuat pada zaman dahulu kala." Ferin tersenyum sinis. "Memang, berkat Lucia banyak perubahan dalam sistem kerajaan. Contohnya, menerima perkembangan zaman."

Carlen menahan pedang Ferin yang jarak sejengkal dari lehernya. Ferin menggunakan dua kekuatan sekaligus, membuatnya sedikit kewalahan. "Saya hanya vampir. Jika Anda ingin bertarung dengan saya. Tolong jangan bermain curang." Carlen menatap Ferin murka dan mengerahkan kekuatannya untuk menjauhkan pedang itu dari pandangannya.

Ferim tertawa sinis. Dia mundur beberapa langkah. "Oh. Sebenarnya saya tidak ingin menggunakan kekuatan ini." Ferin menutup mata kirinya yang berwarna ungu. "Sejujurnya, saya ingin bertarung dengan Lucia, tetapi ada yang lebih pantas dari saya untuk melawannya."

Carlen memiringkan kepalanya. Maksud Ferin apa? Siapa yang lebih pantas untuk melawan Lucia? Apakah ....? Carlen menatap kedua mata Ferin yang kini berwarna merah. Apakah maksudnya kloningan Lucia?

***

Nancy mendengar ucapan Ferin yang mengatakan ada yang lebih pantas untuk melawan Lucia. Berarti dugaan mereka benar, kloningan Lucia bersama dengan Ferin. Bukan kekuatan kloningan itu yang sama dengan Lucia yang mereka takutkan, tetapi kebaikan dan kelembutan hati Lucia yang mereka khawatirkan. Karena sampai sekarang Lucia masih beranggapan, bila kloningannya itu tidak akan melakukan hal yang merugikan bagi bangsa vampir.

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now