XXXIX... Dream Come True (Versi Revisi)

3.3K 327 14
                                    

"Alpha."

"Hm?" Orlan menaikkan satu alisnya pada Dafa yang tiba-tiba menghampirinya yang baru selesai menelepon.

"Dari kemarin saya terus memikirkan hal ini." Dafa celingak-celinguk membuat Orlan penasaran apa yang dipikirkan oleh Beta-nya itu. "Apa tidak apa, kita percaya pada Penyihir Azzura? Maksud saya, dia itu penyihir. Bilamana diingat, dahulu perang kedua bangsa penyihir bersekutu dengan Ferin." Dafa berucap pelan. Mata birunya menatap sekelilingnya waswas, takut Azzura dan Jane mendengar ucapannya.

Orlan mengelus dagunya. "Awalnya saya juga tidak percaya, tetapi Lucia sangat percaya pada Azzura. Jadi saya memutuskan untuk percaya."

Dafa menatap Orlan sangat datar. Alpha-nya itu sudah dibutakan oleh cinta. Masih ingat dalam benak Dafa, Orlan dulu tidak percaya dengan ramalan penyihir 1150 hanya karena membenci bangsa penyihir. "Bagaimana Anda percaya hanya karena Luna percaya?"

Orlan melipat tangannya di depan dada. "Sepertinya tidak ada yang perlu diragukan dan dicurigai. Azzura merupakan sahabat ratu Cassie. Dia anak penyihir James yang jelas-jelas menentang keputusan para penyihir untuk menerima kehadiran Ferin di tengah-tengah mereka. James dan keluarganya dikucilkan oleh bangsanya sendiri."

Dafa mengangguk-angguk. Dia tahu akan berita itu. "Tapi Alpha, dia telah lama di dunia manusia dan siapa tahu kali ini dia bersekutu dengan Ferin."

Orlan memandang Dafa dengan tatapan aneh. "Pikiran negatifmu terhadap dia sudah kelewatan, Beta."

"Maafkan saya, Alpha. Saya hanya takut terjadi sesuatu hal buruk yang menimpa Anda dan Luna di sana. Setelah menikah kalian langsung ke Hutan Elfin. Apalagi kalian hanya berdua. Itu membuat saya waswas." Dafa menunduk dalam seraya menautkan kesepuluh jarinya, khawatir.

Orlan menghela napas panjang. Biasanya bila akan terjadi hal buruk yang menimpa dirinya atau pack, Orlan akan diberi mimpi atau firasat. Kali ini tidak. Tetapi ucapan Dafa tidak boleh dianggap angin lalu. Orlan akan menjadikan ucapan Dafa sebagai antisipasi, dia harus menyiapkan diri. Ini bukan hanya menyangkut nyawanya dan Lucia, tetapi juga nyawa warga pack dan bangsa werewolf.

"Tenanglah, Dafa. Pikiran negatif itu hanya akan membuatmu gelisah." Orlan menatap Dafa dalam. "Terima kasih sudah mengkhawatirkanku dan Lucia. Kekhawatiranmu itu jangan sampai membuatmu lupa pada keselamatan dirimu sendiri. Seperti yang kau tahu, setelah menikah, aku dan Lucia akan ke Hutan Elfin dan untuk sementara waktu akan tinggal di sana. Selama aku tidak ada di sini, tanggung jawab pack kuserahkan padamu. Fokus untuk menjaga warga pack, jangan pikirkan aku dan Lucia. Kami berdua bisa menjaga diri dengan baik."

Bila Orlan berbicara dengan menyebutkan diri sendiri 'aku' bukan 'saya'. Berarti Orlan sedang berbicara layaknya seorang sahabat, bukan sebagai seorang Alpha.

Dafa tercenung mendengar ucapan Orlan. Matanya berkaca-kaca. Dia mengangguk semangat. "Ya, Alpha. Terima kasih sudah mengingatkan saya. Saya merasa terhormat diberi tugas menggantikan Anda sementara waktu untuk menjaga pack. Saya akan menjaga kepercayaan Anda."

Orlan menepuk-nepuk pundak Dafa seraya tersenyum lebar. "Jangan lupa untuk mengabariku apa pun yang terjadi pada pack."

Untuk sebentar, Dafa terenyak melihat Orlan yang tersenyum kepadanya. Lalu Dafa menunjukkan jempol tangannya. "Siap, Alpha."

Orlan mengambil gelas berisi air mineral lalu meneguknya. "Ternyata bicara panjang itu melelahkan." Orlan terkekeh kecil.

Dafa tertawa. Banyak perubahan dalam diri Orlan setelah bertemu Lucia. Pertama, Orlan tidak lagi irit bicara. Kedua, Orlan lebih banyak senyum dan tertawa, meskipun seringnya senyum dan tawa itu hanya saat bersama Lucia.

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Onde histórias criam vida. Descubra agora