XVII... Rindu

4.4K 357 4
                                    

17+
Harap bijak dalam membaca.


⬇️

Hari kedua, Orlan berada di Tongass Pack. Biasanya ia sangat semangat mengerjakan segala pekerjaan yang menyangkut bangsa werewolf. Tapi entah kenapa, ia malah merasa lesu dan tidak bertenaga.

Orlan menggeram kesal menatap pemandangan yang ada di depannya. Setelah ia amati selama 2 jam, Winko itu suka sekali bermesraan dengan mate-nya, di mana pun itu. Memangnya tidak bisa di tempat lain?

"Izinkan aku untuk membunuhnya sekarang juga." Jay berteriak garang. Ini keempat kalinya, Jay mengucapkan kalimat tersebut.

Orlan mendengus. Terkadang wolf-nya itu, suka gak mikir kalau bicara.

Orlan sangat cemburu dan iri melihat siapa pun werewolf yang berduaan dengan mate-nya. Karena ia tidak bisa seperti itu dengan mate-nya. Harus sembunyi-sembunyi agar tidak ada yang melihat. Sungguh, nasib yang malang.

Orlan melihat balasan pesan dari Noura. Senyum terbit di wajah tampannya. Hatinya menghangat. Sejak tadi memang wajahnya tertekuk masam, apalagi Noura sangat lama menjawab pesannya. Entah apa yang sedang mate-nya itu lakukan di sana. Sangat sibukkah?

"Aku ingin menikahi Arva secepatnya." Suara itu membuat Orlan berhenti mengetik, melirik Leon yang sudah duduk di sampingnya. "Kapan kau akan menikah?" Leon tersenyum miring, nada suaranya terdengar mengejek.

Orlan mendengus kesal. Ia mengabaikan Leon. Memilih kembali mengetik pesan dan mengirimnya pada Noura.

"Hei, kau dengar tidak?" Leon menyenggol lengan Orlan.

Orlan melirik Leon dengan tatapan tajam. "Dengar!" ucapnya geram. "Nikah saja, siapa yang melarang."

Leon menaikkan alisnya. "Ucapanmu terdengar tidak ikhlas."

Orlan menatap Leon sengit. Ia berkata tulus dari hati yang paling terdalam. Dan tadi Leon bilang apa? Ucapannya tidak ikhlas? Ia sangat tersinggung mendengarnya.

Leon tertawa, merangkul bahu Alpha yang ada di sampingnya ini. "Tatapanmu itu sangat mengerikan kawan. Kemana tatapan lembut yang kau berikan pada Putri Noura? Berikan jugalah kepada yang lain. Sungguh, jika Putri Noura melihat tatapan tajam mematikan milikmu itu. Aku percaya, dia tidak akan mau menerimamu." Leon berceloteh panjang.

Orlan sangat muak dengan ucapan Leon. "Kau sangat cerewet, Leon. Apa kau tidak sadar diri?" Padahal, Leon sama saja dengan dirinya. Tidak ada bedanya. Suka menatap tajam orang-orang. Tapi Orlan tahu, Leon itu memang tidak pernah mengaca bila bicara.

Leon tertawa. Lalu, tawanya terhenti ketika melihat Winko bercumbu dengan mate-nya. Ia mengumpat kesal. Orlan mendelik, baru kali ini ia mendengar Leon mengumpat.

"Jika dia bukan Beta-ku, aku sudah membunuh dia dari dulu." Leon berucap geram.

"Yah, sama saja dengan Dafa." Orlan sudah biasa dengan pandangan seperti itu. Bahkan Dafa selalu dengan sengaja mencium Luluna di depan matanya. Sialan memang makhluk satu itu. Rasanya ia ingin melenyapkan Dafa dari bumi ini. Sayangnya, ia masih membutuhkan Dafa yang merupakan seorang Beta.

Leon menelengkan kepalanya. "Ternyata kita senasib." Ia tersenyum miring.

Orlan melirik Leon sekilas. Malas menjawab ucapan temannya itu.

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang