XXXVIII... Something Right

3.4K 317 18
                                    

Lucia berbalas pesan dengan Arva, ia duduk bersebelahan dengan Orlan yang sedang berbincang dengan Dafa mengenai rencana keduanya hari ini yang akan mencari Azzura.

Dafa telah siap menggantikan Alpha-nya sementara waktu memimpin pack, sampai Alpha dan Luna menemukan penyihir Azzura yang semoga saja cepat ditemukan.

"Jangan biarkan masuk makhluk dari kaum apa pun ke pack. Kita harus mengantisipasi. Kita tidak tahu pasti anggota dia dari golongan kaum apa saja." Orlan berkata tegas.

"Iya, Alpha." Dafa mengangguk.

Lucia yang sedang mengambil buah pir tanpa melihat --terlalu fokus dengan ponsel--, tidak sengaja menyenggol gelas berisi air mineral yang membuat sepatu pantofel kulit Orlan basah terkena air. Orlan yang tengah diskusi dengan Dafa, kaget saat merasakan kakinya dingin.

"Oh my." Lucia panik. Ia mengambil tisu, tapi tidak mungkin sepatunya dilap dengan tisu langsung kering!

"Sudah, tidak apa." Orlan memegang tangan Lucia yang hendak menyentuh sepatunya yang basah.

Lucia mendongak, kedua mata berbeda warna itu bersitumbuk. "Aku, minta maaf." Lucia menunduk dalam.

Orlan tersenyum geli. Ia menyuruh Lucia untuk kembali duduk.

"Itu kamu lepas sepatunya. Nanti kamu masuk angin." Wajah Lucia terlihat khawatir seraya memandangi sepatu Orlan yang basah. Orlan mengangguk dan melepaskannya.

Dafa tersenyum, kebahagian Alpha-nya merupakan kebagiaannya juga. Ia sangat senang Orlan telah bersama dengan Lucia. Apa pun akan ia lakukan, agar kedua makhluk ini dapat terus bersama. Ia ingin selalu melihat senyuman Alpha-nya yang tak pernah ia lihat selama ini.

"Kamu dari tadi sedang chattan sama siapa? Sibuk sekali sepertinya." Orlan menaikkan alisnya.

"Itu kamu gak pakai sepatu, ruangan ini dingin." Lucia masih khawatir nanti Orlan terserang demam dan merasa bersalah telah membuat sepatu Orlan basah.

Orlan terkekeh kecil, sedangkan Dafa susah payah menahan tawa.

"Kenapa ketawa?"

"Aku itu werewolf. Suhu tubuhku panas. Musim dingin saja tidak merasakan kedinginan, apalagi hanya dingin karena ac."

Lucia menggaruk kepalanya, ia lupa Orlan itu werewolf. Soalnya Orlan mirip sekali dengan manusia. Bukan hanya Orlan, werewolf bila dilihat dari penampilan luarnya sangat mirip manusia.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku."

"Ah, itu." Lucia melihat ponselnya, ada pesan baru dari Arva. "Aku sedang chattan dengan Arva."

Orlan menganggukkan kepala.

"Menurut kamu ...." Lucia menoleh pada Dafa. "Dan Anda, Beta." Orlan menatap Dafa, Dafa langsung menundukkan kepalanya tidak berani memandang wajah Luna-nya.

"Kenapa minta pendapat kami?" Orlan bertanya menuntut.

Lucia menatap Orlan datar. "Ada Beta Dafa, jadi aku juga harus tahu pendapatnya."

"Pendapat tentang apa?"

"Arva ingin mencari tahu siapa pelaku yang telah memfoto kita, dan memvideo percakapan aku dan Raja Carlen di kafe. Menurut kalian berdua, apa harus dicari?"

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang