XI... A Hope

5.2K 429 16
                                    

Tongass Pack

"Alpha, lewat 1 hari," ucap Winko --Beta-nya. Seraya membawa beberapa tumpukan map. Menaruhnya di atas meja kerja sang Alpha.

Leon melirik sekilas. "Cerewet. Saya ke Redwood Pack selain bertemu dengan Arva, saya juga membicarakan banyak hal dengan Alpha Orlan." Leon memelotot tajam. Salah satu sifat buruk Leon ialah emosinya mudah sekali terpancing dan moodnya sering berubah-ubah.

Winko terdiam. Dibandingkan Alpha Orlan yang wajahnya datar dan dingin, lalu irit bicara, tapi Orlan sangat pandai mengontrol emosi. Sedangkan Leon yang murah senyum, ramah dan banyak bicara, tapi suka marah-marah tidak jelas. Membuat, Winko bergiding ngeri berada di sampingnya. Alpha-nya ini mudah sekali marah.

"Bagaimana? Hasil dari penyelidikan di hutan. Kira-kira siapa pelakunya?" tanya Leon. Masih berkutat membaca berkas yang ada di tangannya.

"Alpha, kami menemukan fakta baru, jejak darah vampire." Winko duduk di depannya. Leon menaikkan satu alisnya.

"Vampire? Memangnya kau tahu warna darah mereka?" Leon terkesan tidak percaya.

Memangnya vampire punya darah? Bukankah Vampire jantungnya tidak berfungsi. Lalu darahnya datang dari mana?

"Warna hitam. Kami menemukan bercak darah tersebut pada dua pohon," jawab Winko, wajahnya sangat serius. "Bukannya Alpha berteman baik dengan Putri Noura, coba saja tanyakan padanya. Apa warna darah vampire." Winko memberikan pendapat.

"Pasti dia akan curiga. Gak ada angin, gak ada hujan. Masa tiba-tiba nanya warna darah vampire." Leon berdecak kesal. Kadang Beta-nya ini jika memberikan saran diluar nalar, sama seperti Dafa. Sama persis.

Winko cengengesan. "Alpha. Benarkan, Alpha Orlan akan datang ke sini?" Ia mengingat percakapannya dengan Leon kemarin melalui telepon, yang mengatakan Alpha Orlan akan datang. Leon menyuruh semua petinggi pack untuk bersiap menyambut kedatangan Alpha tertinggi klan werewolf. Lalu, menyiapkan semua berkas mengenai pemburuan hewan langka yang terjadi di Hutan Tongass.

"Iya, apa ucapan saya kemarin kurang jelas." Leon dengan nada tinggi. Memberikan tatapan sangat tajam.

Winko cengar cengir. "Jelas Alpha. Saya hanya ingin memastikan saja."

"Sudah disiapkan semua berkas?" tanya Leon. Masih sibuk membaca laporan terbaru mengenai penemuan bukti pelaku pemburuan hewan langka di Hutan Tongass.

"Sudah, Alpha," jawab Winko semangat.

"Kalau pelakunya vampire. Saya tidak akan segan-segan mencabik-cabik tubuhnya." Leon menggeram kesal. Sorot matanya sangat tajam, mengerikan sekali, seperti ingin menerkam mangsanya. Winko menelan ludah, bergidik ngeri. Jika seperti ini, berarti Alpha-nya akan benar-benar melakukannya --Mencabik.

Kesamaan Leon dengan Orlan ialah tidak pandang bulu dalam menegakkan keadilan, jika bersalah harus dihukum.

Meskipun Leon berteman baik dengan Putri Noura --itu saja dikarenakan Arva yang memang bersahabat dengan Putri Noura. Jika tidak, Leon tidak akan mau repot-repot mengenal bangsa vampire. Menurutnya, Putri Noura tidak seperti Vampire, karena sifatnya jauh berbeda dengan vampire lainnya. Sama halnya dengan Raja Carlen.


➡️➡️➡️

Redwood Pack

"Kau yakin? Melihat Orlan berduaan dengan seorang wanita?" tanya Garneta pada suaminya --Jorge-- ia tidak percaya, anaknya Orlan akhirnya bertemu dengan mate-nya. Ia dan Jorge sudah pasrah, jikalau anaknya mungkin tidak akan bertemu dengan mate-nya. Anaknya, Orlan? Seorang Alpha? Tidak memiliki mate? Sungguh kasihan. Menyedihkan.

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now