XVI... Pretend Didn't Know

4.9K 356 3
                                    

Noura mengetahui kepergian Orlan ke Tongass Pack. Kemarin Orlan mengatakan padanya dan makanya ia pun tahu, Devin yang akan menjemput dan mengantarnya ke cafe. Bersama dengan Arva.

Ia menjadi tidak enak hati pada Arva. Membuat temannya itu harus bangun pagi. Tapi Arva tidak mempermasalahkan. Malahan sangat senang bisa bersama dirinya lebih lama.

Devin pun, memutuskan untuk berada di cafe seharian dan membantu mereka sebagai pelayan. Membuat para pengunjung wanita menjadi histeris, Devin tak kalah tampan dari Leon dan Vander. Hanya baru mereka bertiga yang sudah pernah menjadi pelayan di sini.

Banyak dari para pengunjung wanita yang bertanya pada Noura dan Arva. Kenapa ketiga malaikat itu bisa berada di sini. Menjadi pelayan pula. Lalu, banyak yang meminta agar ketiga lelaki itu, dijadikan sebagai pelayan tetap di cafe ini.

Jika mereka tahu, siapa sebenarnya Leon, Vander dan Devin. Pasti mereka syok. Jangan lupakan, Noura dan Arva yang juga bukan manusia.

Ternyata Devin sama cerewetnya dengan Dafa. Sungguh, hanya Orlan satu-satunya werewolf yang pendiam, datar dan dingin. Dari sekian banyaknya hewolf yang Noura kenal dan pernah ia temui.

"Coba Kakak juga menjadi pelayan sehari saja, di cafe ini. Makin histeris dan mimisan itu para wanita." Arva menunjuk para abg yang sedang mengobrol dengan Devin.

Ya, diakui. Orlan lebih tampan dari mereka bertiga. Apalagi mata biru lautnya yang sangat indah itu --menurutnya. Ditambah, bila sedang tersenyum, semakin terlihat berkali-kali lipat tampannya. Sayang, itu jarang terjadi.

Devin dan Dafa juga bermata biru. Itu merupakan salah satu ciri khas werewolf dari Redwood Pack. Werewolf dari Tongass Pack, iris matanya berwarna kelabu. Sedangkan dari Chugach Pack berwarna zamrud.

Perbedaan vampire dari Appalachia dan Hamakua, terletak pada warna rambut. Vampire dari Appalachia, rambutnya warna cokelat. Sedangkan dari Hamakua, berwarna pirang.

"Kemarin aku tidak bertemu dengan mate-nya Devin." Noura penasaran. Kemarin ia sudah bertemu dengan mate-nya Dafa, Luluna.

Arva menoleh. Mereka sedang berada di bagian kasir. "Mate-nya Devin itu, Elf. Jarang berada di pack."

Noura mengangguk paham. Sama saja nasibnya dengan Arva-Leon. Eh, jangan lupa ia dan Orlan juga bernasib sama --jarang bertemu.

Padahal terkadang ia berharap, orang di sekelilingnya, ada juga yang seperti dirinya dan Orlan --vampire dan werewolf. Tapi sejauh ini tidak ada. Sampai ia bertanya-tanya, apa benar kenangan yang ia lihat pada mata vampire yang ditemukan tewas di hutan. Vampire-vampire tersebut mate dari seorang werewolf? Atau itu hanya manipulasi semata? Seingatnya, selama ini kemampuannya tidak pernah salah. Selalu benar.

Kata Arva, seharusnya werewolf yang telah menemukan mate-nya. Mereka harus selalu bersama. Karena ada ikatan batin yang terus menyiksa mereka. Apalagi yang sesama werewolf.

Noura tidak bisa merasakan apa pun yang Orlan rasakan, karena ia bukanlah werewolf. Jadi, hanya Orlan lah yang merasakan apa yang Noura rasakan.

"Putri Noura, apa Kerajaan Appalachia mendapatkan kertas ramalan?" tanya Arva. Sebenarnya dari kemarin, ia ingin sekali memberitahu perihal kertas ramalan yang Dafa dapatkan dari Chugach Pack. Tapi tidak kunjung terucap, padahal sudah berada diujung lidah.

Noura mengerutkan keningnya. "Ini kali kedua, kamu bertanya tentang itu."

Arva menyengir. Ini karena ia sangat penasaran. Sebenarnya apa isi lengkap dari ramalan itu. Kenapa bangsa vampire sangat ketakutan bila menyangkut persoalan ramalan tahun 1150. Ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya perang kedua.

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα