XXXIV... This is Time

3.6K 329 12
                                    

Semua video dan foto tersebar di kalangan bangsa immortal. Gempar dan heboh itulah keadaan sekarang.

Orlan, Jorge, dan Dafa terkejut melihat video-video dan foto-foto tersebut.

Namun, tidak dengan Garnet. Ia telah curiga dari awal, jikalau mate anaknya itu ialah Lucia bukan Noura. Lebih parahnya lagi, ternyata Arva mengetahui hal ini! Tetapi anaknya itu terus saja mengelak bila ia tanya mengenai hal ini. Rasanya sekarang ia ingin menjewer telinga Arva, sayangnya anaknya itu tidak ada di sini.

Orlan memandangi foto dirinya dan Lucia hasil jepretan entah siapa itu. Siapa yang berani-beraninya memfoto dirinya dan Lucia, dan pastinya makhluk itu mengikuti dirinya selama ini? Kenapa ia tidak sadar? Ah, tapi biarkan sajalah. Kapan pun itu, rahasia ini cepat atau lambat akan terungkap. Entah ia sendiri yang mengatakannya atau justru yang lainnya --seperti saat ini.

Orlan teringat dengan ucapan Lucia tempo hari yang mengatakan ingin bercerita padanya? Apakah ini yang dimaksud oleh Lucia? Tentang identitas asli mate-nya itu? Ia sudah berjanji akan mendengarkan langsung cerita ini dari Lucia, walaupun ia sudah tahu terlebih dahulu. Namun, masalahnya bagaimana caranya ia bertemu dengan Lucia? Gara-gara semua video dan foto ini, dunia immortal mengalami kegaduhan. Tidak mungkin ia keluar dan pergi ke Kerajaan Appalachia untuk menjemput dan membawa Lucia ke sini, ini terlalu berisiko. Lagi-lagi seperti biasa, ia akan menunggu. Menunggu sampai waktunya tepat. Entah kapan waktu yang tepat itu akan datang.

"Jadi, dugaan saya selama ini benar?" Dafa mengelus dagunya. Mulai malam ini, ia bisa tidur dengan nyenyak. Tapi ada satu lagi pertanyaan terbesar bercongkol dalam pikirannya, apa alasan Lucia berpura-pura menjadi Noura?

"Tapi ini belum tentu benar. Kerajaan Appalachia, baik Raja Carlen maupun Putri Lucia belum mengonfirmasi tentang semua ini." Jorge menatap Orlan yang dari tadi tidak berkomentar dan terus memandangi ponsel. "Bagaimana Orlan? Apa yang akan kau lakukan, warga pack menuntut penjelasan."

Orlan menghela napas panjang. Ia tidak tahu harus bagaimana. Sepertinya ia harus bertanya terlebih dahulu pada Lucia atau ia mengakui saja memang benar, Lucia merupakan mate-nya?

"Aku bingung, Pa," jawab Orlan, ia galau berat. Yang sekarang ia ingin lakukan ialah, bertemu dan memeluk Lucia, ia sangat merindukan mate-nya itu. Bahkan Jay melolong sedih di dalam sana.

"Kau beneran tidak tahu, tentang Lucia yang berpura-pura menjadi Noura? Jangan-jangan kau tahu, tapi diam saja seperti Arva." Garnett curiga, matanya menatap Orlan menyelidik.

"Engga, Ma. Aku nggak tahu." Orlan menggeleng.

"Semakin banyak warga pack yang berkumpul di halaman depan mansion." Devin datang melapor, ia sampai kewalahan mengatur para warrior untuk menjaga ketat halaman depan agar tidak ada werewolf yang menyelonong masuk.

Orlan memijit pelipisnya. Lebih baik ia menghubungi atau mengirim pesan pada Lucia. Jikalau dalam hitungan satu jam Lucia tidak memberikan jawaban, terpaksa ia akan mengaku pada warga pack. Kasihan juga, bila warga pack harus berdiri menunggu di depan sana.

➡➡➡

Carlen meletakkan ponselnya di atas meja. Ini terlalu cepat dari perkiraannya. Ia tidak mengira kalau Ferin akan melakukan ini. Ia mendapatkan kabar dari Jenderal Nehan, bila warga vampire menerobos masuk ke dalam halaman istana menuntut penjelasan dari video-video dan foto-foto yang beredar itu.

Vander tidak mengira, ternyata diam-diam Lucia dan Orlan cukup berani menghabiskan waktu bersama di tempat umum seperti itu dan keduanya sering bertemu di kafe? Ia masih syok mendengar cerita dari Carlen tentang kebenaran identitas Lucia dan ia terpukul ternyata yang meninggal Noura. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang