XII... Menerima Takdir

5.2K 424 3
                                    

Seperti biasa, Orlan tetap pada pendiriannya. Menjemput dan mengantarkan Noura --matenya. Padahal Noura sudah memintanya jangan melakukan itu. Karena jarak Hutan Appalachia dengan Hutan Redwood sangat jauh. Butuh waktu hampir 1 jam.

Ya, lain cerita jika Orlan menggunakan kekuatannya --berubah menjadi wolf-- lalu berlari secepat kilat menuju Pack. Mungkin tidak akan menyita waktu. Tapi Orlan naik mobil? Noura telah mengkakulasikan waktu yang Orlan butuhkan saat menjemputnya, berarti Orlan jam 5 pagi sudah otw dari pack. Lalu, saat pulang mengantarnya, Orlan akan sampai di Pack sekitar hampir jam 10 malam. Itu kalau tidak macet.

Satu hal yang mengganjal dalam pikiran Noura sampai sekarang. Kenapa dia mate wolf? Kenapa dia? Akan sangat berisiko, kalau warga vampire tahu, terutama Ferin yang sangat membenci bangsa werewolf. Iya tidak mau dan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nantinya.

"Orlan, kamu sadar tidak? Hubungan kita itu berisiko," ucap Noura. Ya lagi-lagi seperti biasa, ia yang memulai percakapan. Setelah hening selama beberapa menit.

Orlan terdiam. Ia tahu, arah pembicaraan Noura. Ia fokus melihat jalanan di depannya. Seraya berpikir, apa kira-kira kata yang pas untuk menjawab pertanyaan Noura. Jangan sampai salah bicara, akhirnya Noura bertanya tentang reject? Oh itu kata-kata yang membuat bulu kuduk Orlan berdiri. Dan, Jay terus meraung di dalam pikirannya.

"Iya, memang. Tapi, aku percaya Moon Goddess tidak mungkin salah," ujar Orlan. Setelah berpikir panjang, akhirnya kata-kata inilah yang terlintas dipikirannya.

"Moon Goddess," gumam Noura. Ia tahu, Moon Goddess merupakan dewa bagi werewolf. Ia sering mendengarnya dari Arva.

"Besok bisakan?" tanya Orlan untuk kesekian kalinya. Mungkin saja Noura sudah bosan mendengar pertanyaannya. Terkesan memaksa memang. Tapi ia harus melakukannya, ia ingin menghabiskan waktu dengan Noura.

"Iya. Orlan. Iya. Kamu ini bertanya terus." Noura memberengut kesal. Orlan sangat posesif. Apa yang ia inginkan harus dilakukan. Menjemput? Mengantar? Sekarang jalan-jalan. Tidak mau mendengar saran dari Noura sedikitpun.

Orlan terkekeh, melihat wajah cemberut Noura.

Noura memutar kedua bola matanya malas. Seumur hidupnya, ia memang sama sekali tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Tidak pernah punya kekasih. Dan, sekalinya punya, ia dipertemukan dengan Orlan? Seorang wolf? Yang posesifnya minta ampun.

"Aku tahu kamu khawatir. Jangan dipikirkan. Aku selalu bersamamu. Aku akan menerima semua konsekuensi dari hubungan kita." Orlan berkata sangat serius. Noura terdiam.

"Apa kamu sangat mencintaiku?" tanya Noura. Sepertinya Orlan sangat mencintainya. Memangnya werewolf seperti ini, ya? Sangat mencintai matenya? Ya, itu yang ia lihat dari Arva, yang selalu merindukan Leon.

Orlan tersenyum miring. Terdengar lucu pertanyaan Noura ditelinganya. "Ya, aku sangat mencintaimu. Apa pun akan kulakukan, agar kita dapat bersama." Orlan menatap lembut Noura.

Noura tertegun mendengar ucapan Orlan yang terdengar sangat tulus dan tatapan lembut Orlan selalu membuat ia terdiam. Mata biru lautnya sangat menenangkan hatinya.

Orlan kembali fokus menatap jalanan di depannya. Setidaknya ucapannya membuat Noura tidak bertanya lagi. Dan, Noura tidak kembali mengatakan reject. Kata-kata yang sangat menakutkan untuk didengar.

"Lalu, Jay juga?" tanya Noura. Ya, dia masih tidak percaya. Lebih tepatnya, menolak untuk percaya.

Orlan terdiam. Jay meringis sedih. Kenapa Noura masih tidak percaya? Apa yang harus Orlan lakukan? Ya, Orlan sudah tahu dari awal pasti sangat susah membuat Noura percaya. Dia mate wolf? Matenya? Apalagi vampire dan werewolf saling bertentangan, meskipun bendera tanda perdamaian telah berkibar dan perjanjian damai telah disepakati. Tetapi, pasti masih ada rasa benci yang terselip didalam hati --masing-masing individu.

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now