Part 17

2.6K 407 16
                                    
















“Jeongin, aku lapar.”

Eric berjalan memasuki sebuah café burger. Café itu adalah tempat Eric biasa membeli burger. Banyak pelayan dicafe itu mengenalnya. Salah satunya adalah, Jeongin.

 Salah satunya adalah, Jeongin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia sangat dekat dengan Eric. Pada saat pertama kali Eric mengunjungi café itu, Jeongin tidak sengaja menjatuhkan minuman hingga membuat baju Eric basah kuyup. Jeongin sangat panik dan dengan sopan meminta maaf dengan Eric. Jeongin kira Eric akan marah padanya, tapi ternyata tidak. Eric hanya tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa pada Jeongin. Jeongin yang merasa tidak enak, memberi Eric baju kaos miliknya yang biasanya dia simpan diloker cafe dan membawa baju Eric yang basah untuk dibawanya pulang— berniat untuk dicuci. Tapi Eric menolak dan mengatakan terima kasih pada Jeongin.

Setelah kejadian itu, Eric selalu datang untuk memesan burger disana dan berbincang-bincang dengan Jeongin. Eric memiliki selera humor yang baik dan selalu membuat Jeongin tertawa saat Eric mengeluarkan lawakannya.

Eric duduk didekat meja bar burger sambil mengeluarkan ponselnya yang diisi baterainya dengan powerbank yang dia bawa, dan menaruhnya diatas meja bersamaan dengan earphonenya. Eric menaruh kedua tangannya dimeja bar.


“Seperti biasa?” Tanya Jeongin.

“Ya. Jangan isi timun ya?”

“Selalu.”

Eric tersenyum lebar dan menatap punggung Jeongin yang berjalan menuju arah dapur—mempersiapkan burger untuk Eric. Tak lama, Jeongin datang dengan sebuah nampan yang berisikan burger dan soda, kemudian menyodorkannya pada Eric.


“Terimakasih.”


“Hmm.” gumam Jeongin sebagai jawaban.


Eric mengambil burgernya dan memakannya. Jeongin hanya memperhatikan Eric yang memakan lahap burgernya.


“Kau seperti tidak makan 3 bulan saja.” kata Jeongin.


“Jangan dilihat.”


Jeongin tertawa kecil dan berjalan menuju Eric dan duduk disebelahnya. Eric melihat sekeliling café.

“Seperti biasa ya, sepi.”


“Nanti juga ramai.”


Eric menatap Jeongin sebentar dan melihat kearah dapur.


“Lunna kemana?”


Lunna yang dibicarakan Eric adalah teman wanita Eric dicafe itu yang bertugas menyiapkan burger. Sesudah mengenal Jeongin, dia mengenal Lunna karena Jeongin memperkenalkannya pada Eric.

“Ambil libur.”

“Kenapa?”


“Mau jalan-jalan katanya.”


“Jalan-jalan?”


“Reuni.”


“Oh ya?”

“Kau tidak tau? Kau tidak lihat ponsel? Dia mengirimkannya padamu.”

“Habis baterai.”

“Pantas saja.”

Eric tertawa kecil, kemudian kembali lagi focus memakan burgernya.
Jeongin yang akan bicara dengan Eric, terhenti karena suara pintu café yang berbunyi— tanda ada pelanggan yang masuk. Jeongin melihat pelanggan itu dan kembali menuju tempatnya. Eric yang tau hanya diam memakan burgernya dengan santai.

“Burger tujuh.” Ucap pelanggan itu pada Jeongin.

“Baiklah. Ada tambahan lagi?”

“Tidak ada.”

“Baiklah. Silahkan menunggu sebentar.”

Jeongin berjalan kedapur dan meneriaki pesanan yang dipesan pelanggan kepada teman-temannya yang bekerja didapur. Eric yang telah selesai memakan burgernya, bangun dari duduknya.

“Jeongin, aku pulang.” kata Eric sambil memberitahu Jeongin. Jeongin mengacungkan jempolnya dan Eric mengambil ponselnya diatas meja bar dan pergi.

Eric berjalan menuju keluar dan berbelok kanan untuk menuju ke apartementnya. Apartement Jeongin dan Eric ada ditempat yang sama.

Eric menghidupkan ponselnya. kemudian jarinya mengotak-atik ponselnya mengecek sesuatu. Dilihatnya sebuah notifikasi yang ada diponsel Eric. Dari Lunna, 2 jam yang lalu.

 

Kim Lunna
Aku cantikkan?

Kim Lunna Aku cantikkan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eric mendengus.

“Dasar wanita pamer.”

Saat Eric akan mengetik, tiba-tiba tangan kananya tertarik yang reflek membuat Eric menghadap kebelakang. Eric yang ingin protes siapa yang menariknya dengan sembarangan, mengurungkan niatnya saat dia menatap siapa yang ada dihadapannya.


Seketika Eric terdiam, seperti es, tidak bergerak, dan matanya yang tidak berkedip.


Orang yang dihadapannya sekarang ini yang memegang tangan Eric dengan sangat kuat adalah masa lalunya.

















Sangyeon.



•••


Vote and comment ya, kakak!!!

boy | the boyz ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang