Part 45

2K 285 4
                                    






















"Hwall, kau tidak makan?"


Hwall yang daritadi sibuk dengan ponselnya sambil terduduk disofa milik Changbin, hanya menggelengkan kepalanya pelan dan menatap Changbin yang berdiri didepannya sambil merapikan meja yang berada di dekat sofa.



Sudah seminggu lamanya Hwall tinggal di apartement milik Changbin dan Hwall juga belum mendapatkan kamar apartement sama sekali. Jadi, mau tidak mau, Hwall harus tetap mengungsi di apartement milik Changbin.



Walaupun begitu, Changbin tidak keberatan. Hwall boleh tinggal kapan saja, mau menetap dengannya juga bisa. Changbin sama sekali tidak keberatan.



Karena Hwall temannya. Dia tidak akan tega melihat temannya yang kesulitan.



Tapi, ada satu hal yang Changbin belum ketahui.




Kenapa Hwall pindah dari apartement sebelumnya?



Untuk menghindari masa lalunya.



Masa lalu apa yang dimaksud? Apa masa lalu yang pernah dia ceritakan pada Changbin? Tapi, itu tidak mungkin. Ceritanya sama sekali tidak jelas.



Karena pada saat itu dia sama sekali tidak mengerti Hwall mengatakan apa padanya. Dan dia juga masih bertanya tanya.




Hwall bercerita tentang apa sebenarnya?




Changbin yang tidak ingin ambil pusing, pergi ke dapurnya dan mulai menyiapkan bahan-bahan untuk makan malam dan mulai memasak.



Changbin yang daritadi sibuk dengan masakannya, menolehkan kepalanya untuk melihat Hwall.


Dilihatnya Hwall yang menundukkan kepalanya sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya.



Changbin mengerutkan keningnya. Ada apa dengan Hwall? Apa dia sakit?



Changbin yang ingin menghampiri Hwall yang terduduk disofa sambil menundukkan kepalanya, terhenti.



Changbin terdiam, kemudian menggelengkan kepalanya pelan, dan kembali fokus dengan masakannya.



Changbin tidak ingin menggangu Hwall dulu.



Itu terlihat dari seminggu yang lalu sampai sekarang, Hwall hanya terdiam tanpa mau bicara atau pun bercerita pada Changbin sama sekali apa yang terjadi padanya dan masalah apa yang menimpa Hwall.



Hanya kadang-kadang saja mereka berdua bicara, dan itu sama sekali bukanlah hal penting. Mereka bahkan tidak pernah bersenda gurau bersama. Sama sekali tidak pernah dalam kurun waktu seminggu ini.



Mereka hanya terdiam satu sama lain. Changbin bahkan selalu berusaha untuk mengajak Hwall bicara. Misalnya,



"Hwall, kau ingin keluar?"



"Hwall, ayo makan diluar!"



"Mau menonton bersama? Aku ada film yang bagus untuk ditonton."




Kira-kira, itu adalah pembicaraan Changbin yang sama sekali tidak pernah mendapatkan balasan 'iya' ataupun dengan anggukkan kepala dari sekarang Hwall. Dan Changbin selalu merasa kalo dia sedang tidak bicara dengan Hwall, melainkan seperti bicara dengan angin, sama seperti Hwall yang hanya menghembuskan nafasnya pelan saat Changbin bicara dengannya.



Tentu saja Changbin emosi. Tapi, selalu dia tahan. Karena Changbin tau kalau Hwall sedang mengalami kesulitan dan dia sama sekali tidak mudah untuk bercerita pada Changbin.



Ya, positif thinking saja.



Bukan berarti Hwall hanya memanfaatkan dia saja kan? Bukan itu. Changbin mengerti. Kalau dia ada diposisi Hwall, dia akan seperti Hwall yang sekarang ini. Tidak tau harus apa.



Saat Changbin fokus pada masakannya. Changbin sedikit terkejut karena sesuatu.



Akhirnya, Changbin menolehkan kepalanya kearah sofa.


Hwall menangis.


Changbin mengedipkan matanya pelan. Apa yang terjadi? Changbin berani sumpah daritadi dia hanya berdiam diri di dapurnya dan hanya merangkai pikirannya tentang Hwall.



Changbin tetap melihat Hwall. Hwall menangis sambil menutup kedua matanya dengan tangannya. Sesekali rambutnya dijambak pelan oleh Hwall sendiri. Tangisannya, tertahan.



Changbin yang tidak bisa menahan diri melihat Hwall, akhirnya berjalan cepat menuju sofa dan mengangkat kepala Hwall dengan kedua tangannya.



Hwall yang terkejut, berusaha untuk melepaskan tangan Changbin yang memegang kepalanya dan menghapus air matanya yang mengalir sangat deras.



"Kenapa Hwall?"



Hwall menggelengkan kepalanya, kemudian beranjak dari duduknya untuk pergi meninggalkan Changbin. Tapi, Changbin menahannya.



"Ada apa, Hwall? Jika kau ada masalah, kau bisa katakan pad-"



"Aku ingin sendiri, Changbin..." Kata Hwall sambil menatap Changbin dengan mata sembabnya.



Changbin tahu tatapan itu.



Tatapan keputusasaan yang Hwall lemparkan padanya.






Drtt...



Changbin refleks beralih menatap ponsel Hwall yang berbunyi, kemudian menatap Hwall kembali.



"Aku harus mengangkat telponnya." Kata Hwall sembari melepas tangan Changbin yang menggengam tangannya kemudian pergi menaiki tangga, menuju kamarnya.

























•••




Jangan lupa voment nya ya kawan"ku❤

Dan buat Hwall...

Nangis aku nih😭😭😭

Aku gak tau mau bilang apa buat dia, tp dia udh kerja keras buat kita, buat dirinya dia sendiri,sama temen"nya, aku bangga deh sama dia, semangat trs Hwall💪💪 cepet sembuh juga ya❤

Trs Btw, ada yg mau kenalan gak? Karna kalau tak kenal maka tak sayang😭

boy | the boyz ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang