Part 18

2.5K 393 0
                                    
















Sangyeon berjalan kaki menuju café burger yang tidak jauh dari basementnya. Sangyeon berjalan sambil melihat pemandangan yang hampir malam. Ditengah jalan, Sangyeon banyak disapa oleh orang-orang— pria maupun wanita. Karena disekitaran jalan itu banyak yang mengenal Sangyeon sebagai pria yang suka menolong. Setiap Sangyeon melewati jalan itu, pasti ada saja orang yang meminta bantuannya, tapi Sangyeon tidak keberatan, dia membantu dengan sekuat yang dia bisa.

Tak lama, akhirnya Sangyeon sampai didepan café burger. Sangyeon memegang ganggang pintu dan mendorong pintunya hingga menimbulkan suara loceng yang dipasang dipintu cafe, dirasakannya hembusan udara dingin yang keluar dari pendingin udara saat dia masuk kedalam café. Café terlihat sepi. Sangyeon bisa melihat salah satu pelayan café yang berdiri menuju tempatnya sesudah dia bicara pada satu pelanggannya, mungkin itu temannya—  pikir Sangyeon.

Sangyeon berjalan menuju meja bar dan tersenyum menatap pelayan pria yang berdiri didepannya sambil tersenyum.

“Burger tujuh.” kata Sangyeon pada pelayan pria itu.

Pria itu mengetik pesanan yang dipesan Sangyeon dalam computer khusus menulis pesanan pelanggan.

“Baiklah. Ada tambahan lagi?”

“Tidak ada.”

“Baiklah. Silahkan tunggu sebentar.”

Sangyeon menggangukkan kepalanya dan beralih mengambil ponsel dikantong celananya. Sangyeon mengotak-atik ponselnya sambil berdiri didepan meja bar— menunggu pesanannya datang.

Sangyeon yang pertamanya sibuk dengan ponselnya, mengalihkan pandangannya saat seorang pria yang berdiri dari duduknya yang tidak jauh dari meja bar.

“Jeongin, aku pulang” kata pria itu.
Sangyeon menatap pria itu. pria itu mengambil ponselnya yang terletak dimeja bar dan berjalan menuju pintu café untuk keluar. Sangyeon terus melihatnya.





Eric?” batin sangyeon.




Sangyeon melihat punggung pria itu yang mendorong pintu café dan keluar.

Apa aku salah lihat ya?


“Kak, ini pesanannya”

Sangyeon terkesiap saat pelayan itu memanggilnya. Sangyeon beralih menatap pelayannya yang ada didepannya.

“Berapa?”

“60.000”

Sangyeon mengambil uangnya didalam kantong celananya dan memberinya pada pelayan.

“Terimakasih.”


Sangyeon menggangukkan kepalanya. Sangyeon mengambil pesanannya yang sudah terbungkus oleh plastic, kemudian memasukkan ponselnya kedalam kantong celananya.


“Kenapa ini disini?”


Sangyeon beralih melihat pelayan yang ada didepannya yang mengambil sebuah earphone putih yang tergeletak dimeja bar.

“Hah, dia pasti lupa.” gumam pelayan itu yang masih bisa didengar oleh Sangyeon.


Pelayan itu mengantongi earphonenya didalam kantong baju kerjanya dan berjalan keluar dari tempatnya. Saat pelayan itu akan keluar dari café, Sangyeon memanggilnya.

“Maaf?”

Pelayan itu beralih menengokkan kepalanya dan menatap Sangyeon.

“Iya?”

“Apa itu earphone milik temanmu?”

“Iya. Kenapa?”

“Biar saya saja yang memberikannya.”

“Ya?”

Jeongin menatap Sangyeon bingung. Sangyeon yang pertamanya bingung harus bicara seperti apa, akhirnya bicara.

“Saya saja yang berikan.”

“Ohh.,,tidak perlu repot-repot, saya yang akan berikan.”

“Tidak apa-apa, lagipula jalan pulang saya searah dengan temanmu.”

Jeongin terdiam. Sangyeon menatapnya. Sangyeon sudah tidak sabar.


“Baiklah, tolong ya.” kata pelayan itu sambil mengambil earphonenya didalam kantong bajunya dan memberikannya pada Sangyeon.


Sangyeon menerimanya. Saat pelayan itu akan bicara, Sangyeon sudah lebih dulu berlari keluar café.









































Sangyeon keluar dari café, melihat sekeliling kemudian berlari kearah kiri. Sangyeon berlari sambil melihat sekeliling.

“Dimana dia?!” geram Sangyeon.
Sangyeon berhenti berlari, memilih berjalan cepat.


Sangyeon terus melihat sekeliling ditemani oleh nafasnya yang memburu dihari yang sudah malam itu. Sangyeon menyibak rambutnya kebelakang secara kasar. Dia tidak menemukan pria yang dia cari.










Eric.








Dan Sangyeon sangat yakin kalau pria itu Eric.


Sangyeon kembali berlari kecil. Sekarang Sangyeon berlari menuju kearah kanan, menuju kejalanan yang sedikit sempit.
Sangyeon berhenti berlari.


Sangyeon mengatur nafasnya yang memburu.


Dilihatnya seorang pria yang berjalan membelakanginya dengan salah satu tangannya yang sepertinya memegang ponselnya.



Itu dia.” 



Sangyeon berjalan cepat kearah pria yang membelakanginya. Sangyeon yang sudah dekat dengan pria itu, dengan cepat menarik salah satu tangan pria itu yang membuat pria itu reflek membalikkan badannya.

Sangyeon menatapnya. Sangyeon terus menatapnya. Pria itu juga menatap Sangyeon dalam diam dengan wajah yang tidak bisa ditebak.



Dugaan Sangyeon benar.




Dimalam itu, pertemuan tidak terduga terjadi.



















Antara dirinya dan Eric.







•••



Vote and comment ya,  kakak!!!

boy | the boyz ✔Where stories live. Discover now