Part 40

2.1K 295 19
                                    



























"Jadi... Kalian yakin kalau dia tinggal di apartement yang terakhir kali kalian datangi?"

"Ya, kita yakin. Dan si resepsionis sudah mengatakannya pada kita bahwa Hwall tinggal di apartement itu."

Sangyeon menggangukkan kepalanya. Posisi mereka sekarang, ada dihalaman belakang basement sambil menikmati amgin pagi yang terasa sejuk menjelajahi tubuh mereka.

Sudah lebih dari 30 menit mereka bertiga berbicara secara serius hanya untuk mengetahui tentang Hwall yang sebenarnya.

Ya, Sangyeon tidak akan pernah menyia-yiakan kesempatan ini.

Peluang untuk membawa Hwall kembali, terbuka sangat lebar bagi Sangyeon. Dan berterima kasihlah pada Chan Hee dan Juyeon karena sudah bekerja keras mencari Hwall.

"Kenapa kau bertanya, Sangyeon?" Tanya Juyeon.

"Ya... Untuk membawanya kembali, apalagi?" Kata Sangyeon sambil tersenyum lebar.

Juyeon dan Chan Hee saling tatap.

"Sangyeon." Panggil Juyeon. Sangyeon menjawab dengan gumaman.


"Apa tidak terlalu cepat?"



Sangyeon mengerutkan keningnya.



"Terlalu cepat? Kenapa? Lebih cepat lebih baik kan?"




















































































Seorang pria saat ini sedang pusing dengan kertas yang berserakan dilantai apartementnya. Dia menulis lalu merobeknya, dia menulis lagi lalu merobeknya lagi.

Dia menyerah, memilih menyadarkan dirinya ditembok kamarnya. Dia menatap semua gumpalan dan robekkan kertas yang sangat berserakan dilantai apartementnya yang dingin itu sembari menghela nafasnya.


Dia, Changbin, sudah lelah dengan semua kertasnya itu. Otaknya lelah. Dia lelah dengan semua irama, nada dan not yang mengelilinginya. Dia tidak mendapatkan ide sama sekali.


Ya, kerjaan seorang Changbin ini adalah membuat lagu. Membuat lagu adalah kegemarannya. Dia akan selalu bermesraan dengan semua musik dan kertas lagu yang selalu menemani hari-harinya. Changbin memang tidak bisa lepas dengan keseharian itu. Tapi sekarang, sepertinya Changbin harus melepasnya untuk sementara agar kepalanya tidak meledak memikirkan lagunya yang sama sekali belum selesai.



Dia menatap ponsel yang ada ditangannya. Jam 9 pagi.

Changbin menghela nafasnya sekali lagi. Dia sangat mengantuk. Bagaimana dia tidak mengantuk? Dia sama sekali tidak tidur hingga pagi menjelang. Changbin sangat serius dengan lagunya yang satu itu. Dan membayangkan lagu itu tidak jadi sama sekali, membuat Changbin memilih merobek kertas lagunya menjadi kecil hingga susah untuk dirobek lagi.


Changbin memilih bangun dari duduknya dan beranjak menuju kasurnya kemudian menidurkan dirinya. Tidak peduli dengan kamarnya yang terlihat seperti tempat sampah, dia lebih memilih memenangkan dirinya tanpa memikirkan apapun sekarang. Dia hanya perlu tidur dan berharap semua kelelahannya akan hilang saat dia terbangun nanti.


Belum ada 15 menit Changbin tertidur, suara ketukan pintu apartement membuatnya refleks membuka mata dan terbangun. Changbin mengerang pelan, terganggu sudah acara tidur panjangnya.


Dengan malas, Changbin berjalan meninggalkan kamarnya, menuruni anak tangga secara perlahan yang membuat ketukan pintu apartementnya semakin keras. Refleks, Changbin berjalan cepat menuruni anak tangganya dan dengan tidak santainya membuka pintu apartementnya hingga menimbulkan suara yang keras saat Changbin membukanya.


Changbin yang pertamanya ingin mengumpat, memilih terdiam saat tau siapa yang ada didepannya sekarang.


Seorang pria dengan tinggi yang hampir mendahuluinya, seorang pria yang sekarang menatapnya dengan wajah datarnya yang sama sekali tidak pernah memberikan senyumannya pada siapapun dan dia seorang pria yang akhir-akhir ini ada didalam pikiran Changbin.










Hwall.









Changbin menatap Hwall yang ada didepannya yang memilih masuk tanpa persetujuan dari Changbin yang masih terdiam di ambang pintu. Changbin terdiam sebentar. Ngantuknya menjadi hilang seketika karena kedatangan temannya yang satu itu.


Teman yang sama sekali tidak pernah mau berbicara dengannya setelah lama menjalin pertemanan apalagi datang ketempat tinggalnya tanpa memberi kabar sama sekali. Sama sekali tidak pernah. Hanya bertegur sapa saja, Changbin sudah merasa lega. Dan masalah tentang Hwall saat diruang dance mereka, kembali terngiang dipikiran Changbin. Itu satu-satunya pembicaraan yang lumayan panjang untuk sesama teman.


Teman?


Bahkan Changbin tidak tau mereka teman atau tidak.


Changbin berjalan menuju sofa dan melihat Hwall yang terduduk diam disofa sambil menundukkan kepalanya.


Changbin menatap Hwall yang sama sekali tidak bergerak dari posisinya. Hwall sama sekali tidak bicara dari Changbin membukakan pintu untuknya sampai sekarang ini. Changbin hanya menatap Hwall saja. Dia tidak tau apa yang terjadi dengan Hwall yang tiba-tiba saja datang ke apartementnya. Dan sekali lagi, ini adalah kali pertama Hwall mengunjungi apartement Changbin.


Dari mana Hwall mengetahui apartementnya? Tentu saja dari Changbin sendiri yang memberi tahu alamatnya saat pertama kali mereka bertemu.



'jika kau bosan, datang saja ke apartement ku. Apartement ku terbuka luas.'



Itu adalah ucapannya sendiri yang masih terngiang dikepala Changbin saat ini.







Setelah lama berdiam diri, Changbin mengerutkan keningnya seketika. Dia baru menyadari sesuatu.







Kenapa ada koper?







"Hwall... Kenapa kau membawa koper—"


"Aku pindah. Aku akan berdiam disini untuk sementara sampai aku mendapatkan apartement lagi. Kau tidak keberatan kan?" Kata Hwall yang sekarang menatap Changbin yang ada didepannya.


"Tapi, kenapa kau pindah?" Tanya Changbin.



Hwall beralih menatap jendela apartement Changbin yang tertutup oleh gorden.






















"Untuk menghindar dari masa lalu."














•••


Aku butuh pendapat dari kalian!!??

Gimana cerita yang aku buat ini? 😭😭😭

Aku selalu nunggu pendapat kalian tentang cerita ini, kalo ak dpt balasan pasti aku jadiin story di ig ku😭😭

Karna aku suka sama baca comment kalian😭❤❤ gk tau lagi deh❤❤

Jangan lupa buat vomentnya ya❤

boy | the boyz ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang