Part 1 : Avara

4.2K 180 4
                                    

"Ada satu keadaan yang paling menakutkan selain dilupakan. Yaitu memaksa diri untuk melupakan."

-Anonim-

Happy reading

Bandara Huseinsastranegara, Bandung.

Ara menghembuskan napas kasar ketika menginjakkan langkah pertama di kota kembang ini. Kota sejuta kenangan. Kota yang membuatnya kembali untuk memperjuangkan seseorang.

Ia tak ingat kapan terakhir kali meninggalkan kota ini. Yang pasti ia pergi tanpa diinginkan. Suatu hal yang menyebalkan bukan?

"Neng Ara!" Seseorang memanggil namanya. Ia mengedarkan pandangannya mencari sumber suara itu dan kemudian tersenyum ketika menemukan orang yang ia cari.

Satu kebiasaan dikeluarga Ara. Mereka sering memanggilnya dengan sebutan 'neng' yang sudah menjadi tradisi keluarga mereka. Kata 'neng' biasa digunakan untuk memanggil anak perempuan, terutama untuk memanggil perempuan yang lebih muda.

"Aa cariin kemana mana ternyata keluarnya dari pintu ini," Ucap Reno -- Kaka laki-laki Ara, seraya tersenyum. Ara pun tersenyum membalasnya.

"Iya A, keluarnya dari pintu ini. Ara mana tau keluarnya lewat mana, " Kata Ara. Ini adalah kali pertama ia naik pesawat sendiri. Maka jangan salahkan ia, jika sedikit parno.

"Udah gapapa, Aa ngerti kok. Terus, kopernya cuma ini aja neng? Bukannya mau netep disini? " Tanyanya ketika melihat barang bawaan Ara. Ara pun mengikuti arah pandangnya. Memang benar, Ara hanya membawa dua koper besar dan satu tas jinjing di atas salah satu koper itu, dan ia rasa itu sudah lebih dari cukup.

"Iya A, nanti Ara bisa beli baju kok disini, berat juga bawa banyak koper dari sana," Jawab Ara dengan yakin.

Ara menatap lelaki yang kini tampak berbeda dengan yang ia lihat beberapa tahun lalu, ia tersenyum, "Mau peluk dulu boleh? " Izinnya malu malu. Reno pun mengangguk dan Ara langsung menubruk dada bidang kakanya itu. Memeluknya erat. Sangat erat.

"Kamu makin cantik aja, Ra! " Ucap Reno seraya melepaskan pelukan mereka.

"Apaan sih A," Ara tersipu.

"Yee, ini pipi makin chubby aja sih. Udah kaya squishy, " Ucapnya lagi.

"Ishh Aa sakit tau," Adu Ara. Padahal cubitannya tidak berasa sama sekali.

Reno mengusap pipi Ara, "Mau langsung pulang atau mau mampir kemana dulu? " Tanyanya.

Ara sejenak berpikir, "Langsung pulang aja deh A, Ara cape. Belum lagi lusa mulai masuk sekolah,"

"Okey kalau gitu, kita langsung pulang sekarang. Terus besok, baru nyari perlengkapan buat kamu sekolah biar ditemenin sama Teh Raya ya," Ara pun mengangguk setuju. Teh Raya adalah istri dari A Reno, mereka menikah dua tahun lalu dan saat ini mereka sudah dikarunia seorang anak perempuan bernama Keyla yang berusia satu tahun.

"Assalamualaikum Teh, apa kabar? " Ucap Ara ketika sampai di rumah Reno, ia langsung berpelukan dengan Raya, tak memperdulikan Reno yang sedang menurunkan barang bawaannya.

"Alhamdulillah baik Ra, kamu baik juga kan? Pangling loh teteh liat kamu sekarang, " Ucap Raya melihat Ara dari atas kebawah.

Ara tersenyum, "Teteh bisa aja. Eh, Keyla cantik banget ya Teh, mukanya mirip A Reno versi cewe tapi hidungnya mancung banget kaya teteh, " Kata Ara ketika melihat Keyla digendongan Raya. Ini pertama kalinya ia melihat Keyla secara langsung, beberapa bulan lalu ia hanya bisa menyapanya lewat video call.

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Where stories live. Discover now