Part 18 : Hujan

1.3K 94 1
                                    

"Dia yang pergi.
Aku yang berantakan"

-Avara Callista-

Happy reading

Saat ini Ara tak dapat menyembunyikan senyuman yang sedari tadi menghiasi wajah cantiknya. Senyuman yang manis ditambah dengan lesung pipit disebelah kanan membuat senyumannya dapat memikat siapapun yang melihatnya.

Ara memasukkan peralatan menulisnya ke dalam tasnya dengan semangat yang menggebu. Rasanya ingin sekali cepat keluar dari ruangan ini dan segera bertemu dengan Reynand di taman. Ya, ia akan memberikan Reynand jawaban atas kado tak terduga yang Reynand berikan padanya kemarin.

"Aciee yang mau ketemu calon gebetan. Semangat banget sih mbanya," Celetuk Navisha ketika melihat Ara yang tampak begitu sibuk merapihkan mejanya.

"Semangat sih semangat, tapi deg degan banget gue Na" Jawab Ara sambil merapihkan seragamnya.

"Biasanya juga bodo amat mau disituasi apapun Ra," Ucap Kezia yang baru kembali setelah menghadap Bu Rani.

"Ya sekarang kan beda situasi Ke, ehh bentar deh penampilan gue aneh ga sih? Atau ada yang kurang? Gue kucel banget ga sih? " Ucap Ara melihat dirinya dari atas kebawah. Perasaannya mengatakan dia sudah sangat baik, tapi entah mengapa rasa gugupnya membuyarkan semua tekad bulatnya.

"Udah perfect Ra. Nih!" Ucap Kezia menyodorkan selembar kertas kepada Ara setelah itu kepada Navisha.

"Ini kertas apa? " Tanya Navisha dengan polosnya.

"Baca sendiri deh, gue mau bagiin kertas ini dulu ke yang lain, " Pamit Kezia.

Sedangkan Ara dan Navisha sedang sibuk meneliti kertas yang ada digenggaman mereka.

"Na, ini serius hasil ulangan punya gue? " Tanya Ara dengan senyum sumringahnya.

"Emang kenapa sih Ra? Coba gue liat!" Ucap Navisha mengintip kertas milik Ara.

"Eitss ga boleh! Gue mau nunjukin ke orang yang spesial buat gue dulu. Baru nanti gue kasih tau lo, " Ucap Ara melipat kertas miliknya, lalu menggendong tas mungilnya itu.

"Yah lo mah! Mentang mentang punya orang yang spesial, gue jadi ga berarti dimata lo," Drama Navisha sambil menyeka sudut matanya, seolah olah ia sedang menangis.

"Yaelah gue bercanda kali, Na. Nanti kalau Reynand udah gue kasih tau, baru gue kasih tau lo ya!" Ucap Ara memberikan pengertian pada sahabatnya ini.

"Iya iya. jJangan lupa pajak jadiannya loh, Ra," Ucap Navisha membuat Ara mengulum senyumnya.

"Bisa diatur itu mah, "

Ara sudah menunggu seorang diri sejak 10 menit lalu. Tapi mata tajamnya tak menemukan sosok yang ia cari saat ini.
Tapi Ara tak menyerah begitu saja, ia melangkahkan kakinya menyusuri taman belakang sekolahnya ini, untuk mencari dimana keberadaan Reynand.

Melihat satu bangku kosong, Ara pun memutuskan untuk menunggu Reynand disana. Berinisiatif membuka handphone-nya untuk sekedar mengecek apakah ada pesan dari Reynand atau tidak. Tapi sayang, yang ada hanya notifikasi dari grup kelasnya dan beberapa pesan dari temannya.

Ara menatap kertas digenggamannya. Seulas senyum terbit diwajahnya, setidaknya membayangkan ekspresi Reynand ketika melihat kertas ini membuat rasa kekhawatirannya sedikit berkurang.

"Ekspresi lo gimana ya Rey setelah liat hasil ulangan fisika gue," Ucap Ara bermonolog pada dirinya sendiri.

"Makin ga sabar deh ketemu sama lo Rey," Ucap Ara lagi tersenyum, lalu mendekatkan kertas ulangannya itu pada dadanya.

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang