Part 34 : Kumpul

1.2K 76 0
                                    

"Bukannya ga butuh ucapan, tapi lebih butuh tindakan"

Happy reading

Seorang gadis cantik sedang menggeret kopernya dengan langkah besar. Telinga kanannya menempel erat dengan ponsel pipihnya, tampaknya ia sedang bertelfon dengan seseorang di seberang sana.

Ia menurunkan kaca mata hitam yang semula bertengger di hidung mancungnya. Matanya mengedar, mencari sosok yang ia cari.

"AA! " Teriaknya memanggil orang yang ia cari.

Orang tersebut mendekat dengan tersenyum.

"Aa kira kamu keluar dari pintu sana," Gadis itu menggeleng.

"Aa gimana kabarnya? "

"Seperti yang kamu lihat, sangat baik," Gadis itu tersenyum lagi.

"Oh iya, mama papa udah kamu kabarin? " Gadis itu menunjukan layar ponselnya

"Baru aja telfonan,"

"Terus rencana kamu selanjutnya apa? "
Gadis itu tersenyum smirk.

"Aa tenang aja, semuanya udah aku susun dengan rapi,"

Ara sedang memperhatikan Reynand yang tampak serius menghafal rumus rumus yang ada di depannya. Besok adalah ujian matematika, dan entah apa yang Reynand lakukan, memintanya untuk menemaninya belajar.

"Jangan kelamaan ngerut, nanti gabisa balik lagi gimana?" Ara mengusap dahi Reynand yang mengerut agar rileks.

Reynand mengambil tangan Ara lalu menggantinya dengan usapan lembut.

"Sekalipun ga bisa balik lagi, kamu tetep cinta sama aku kan, Ra? "

Ara menggelengkan kepalanya, mengapa sifat Reynand semakin hari semakin aneh saja.

"Aku sih ga janji," Ara melepaskan tangannya dan membuat Reynand cemberut.

"Kenapa? " Reynand bertanya serius. Ara yang melihatnya pun mati matian menahan tawanya, ekspresinya benar benar menggemaskan.

"Soalnya, tergantung seberapa besar bunga yang bakal kamu kasih buat aku," Reynand tersenyum mengejek.

"Jangankan bunga, toko tokonya pun bakal aku kasih buat kamu, mau sekalian sama pegawai pegawainya atau bahkan sama pembelinya? " Ara tertawa puas, jiwa sultan kekasihnya ini mulai muncul, belum tau saja bunga apa yang dimaksud olehnya.

"Emangnya bunga apa yang aku mau? " Reynand yang tadinya tersenyum kemenangan, kini mengerutkan keningnya.

"Bunga mawar putih kesukaan kamu bukan? "

Ara menggeleng.

"Terus apa? Kamu suka bunga yang lain? "

Ara mengangguk yakin.

"Bunga apa Ra? "

"Deposito,"

Ara tertawa puas melihat ekspresi kaget Reynand. Biar saja Reynand menganggap dirinya matre, sekali kali menjahili kekasihnya ini tidak dosa bukan?

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Where stories live. Discover now