Part 22 : Panggilan

1.2K 80 2
                                    

"Tak perlu mewah asal bisa membuat bahagia. Cukup melihatmu tertawa sudah membuat hati berbunga"

Happy reading


Tiga lelaki tampan sedang duduk disalah satu pojok kantin. Tempat favorit mereka ketika jam istirahat tiba. Walaupun tempat mereka berada diujung antara ujung, yang notabene-nya akan menyulitkan mereka untuk keluar dari kantin, tapi mereka tidak mempermasalahkan itu. Malah mereka suka.

Banyak pasang mata yang diam diam mencuri pandang ke arah mereka bertiga, terutama kepada laki laki yang sedang duduk dihadapan kedua sahabatnya. Dia tampak acuh dengan tatapan lapar kaum hawa yang ditujukan padanya.

"Ceue kalau bilang 5 menit aslinya 5 jam ternyata," Ujar Nafiz sambil bertopang dagu.

"Sabar aja lah, mungkin mereka kejebak macet," Ucap Ezra sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin.

"Lo kira Jakarta apa? Lagian cuma di sekolah aja masa kejebak macet sih. Ga ngerti ya mereka kalau bayi gue itu kelaparan," Ucap Nafiz mengelus perutnya sayang.

"Siapa bapaknya?" Tanya Reynand dengan tatapan sinis.

Sontak Ezra dan Nafiz pun saling berpandangan. Tak lama suara gelak tawa pun terdengar dari keduanya.

"Bwahahaha!" Tawa keduanya terdengar nyaring bahkan hampir setengah kantin memandangi mereka. Padahal suasana kantin sedang ramai, bisa dibayangkan betapa menggelegarnya tawa dua manusia ini.

"Aduh aduh perut gue mules Rey!" Adu Nafiz memegangi perutnya.

Ezra pun menghentikan tawanya dan langsung menatap ke arah Reynand bukan Nafiz yang masih memegangi perutnya sambil tertawa.

"Jangan jangan anaknya mau lahir Rey, cepetan telepon dukun beranak!" Ucap Ezra pada Reynand dengan wajah dibuat buat.

"Aneh aneh aj--"

Brakk!

Sebuah gebrakan meja berhasil membuat ketiga lelaki itu menoleh ke arah sumber suara.

"Anak siapa yang mau lahir? " Tanya Navisha menatap ketiga laki laki yang tiba tiba terdiam, secara bergantian.

Ketiga lelaki itu pun sontak saling melempar pandangan.

"Tanya aja tuh sama kembaran lo!" Ucap Ezra melirik Nafiz.

Navisha mengikuti Arah pandang Ezra, "Nafiz maksud lo? Ihh amit amit jabang bayi punya kembaran modelan kek gitu," Ucap Navisha mengetukkan tangannya ke ke meja berulang kali.

Sedangkan Nafiz menaikan sebelah alisnya, "Idih! Siapa juga yang mau punya kembaran modelan lo, bisa rugi dong keturunan Hamish daud ini! " Balas Nafiz dengan nada sengit.

"Dasar lo--"

"Udah udah! Berantem mulu ntar jadi jodoh lagi," Ucap Reynand berdiri lalu menarik Ara yang masih mematung menyaksikan perdebatan Nafiz-Navisha.

"Dari mana aja kok lama? " Tanya Reynand yang pasti ditujukan untuk Ara.

Ara menoleh, "Dari--"

"Khem! Disini masih ada anak manusia, permisi, " Ucap Nafiz memotong ucapan Ara yang sontak mendapatkan pelototan dari Reynand.

"Hehe sorry mabroo. Gue pesen makanan dulu ya, kaya biasa kan? Okey deh, Jangan lupa traktirannya mabroo. Anggep aja pajak jadian hehe, " Ucap Nafiz disertai cengiran khasnya, lalu ia pergi.

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang