Part 23 : Vanila

1.1K 82 4
                                    

"Disaat hatiku perlahan lupa akan dirimu. Disaat itu pula kau hadir dan menghancurkan segala usahaku"

Happy reading

Satu bulan berlalu begitu cepat. Hari ini adalah hari dimana Reynand akan pergi ke Bali untuk mengikuti olimpiade fisika yang diselenggarakan disana. Olimpiade ini mempertemukan siswa siswi terbaik se-Indonesia, dan keberuntungan berpihak pada Reynand yang bisa menjadi salah satu siswa terbaik di negara ber-flower ini.

15 menit lagi pesawat yang akan membawa Reynand ke pulau Dewata itu akan take off. Reynand menoleh ke sebelah kiri, dimana kekasihnya itu sedang sibuk memainkan ponsel genggamnya.

"Mau dibawain apa? " Ara yang merasa mendapatkan pertanyaan pun menoleh.

"Ga usah," Jawab Ara seraya tersenyum. Padahal dalam hatinya ia sangat sulit melepaskan Reynand yang akan meninggalkannya cukup lama. Hampir sekitar 3 pekan. Waktu yang cukup lama untuk sampai ke babak final. Dan Ara yakin, selama itu pula ia tidak bisa berkomunikasi seperti biasanya karena waktu Reynand akan sepenuhnya untuk olimpiade ini.

"Beneran gamau dibawain sesuatu, kapan lagi dapet oleh oleh dari Bali loh, " Tanya Reynand lagi seraya menyampingkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Ara.

"Bungkusin bule bali boleh? " Seketika Reynand mengerutkan keningnya.

"Bule yang pake bikini? " Perkataan Reynand sukses membuat wajah Ara menjadi masam.

"Itu sih maunya kamu!" Ara menyikut lengan Reynand setelah mengucapkan itu.

"Maunya aku mah kamu Ra," Sudut kiri bibir Ara terangkat mendengar ucapan Reynand tadi.

"Gombal!" Lagi lagi Ara menyikut lengan Reynand. Dan Reynand tidak merasa kesakitan sama sekali, justru ia keenakan karena sikutan Ara.

"Siap siap Rey, 10 menit lagi kita berangkat," Ujar guru yang menjadi pembimbing Reynand.

"Iya pa," Setelah menganggukkan kepalanya, bapa itu pergi meninggalkan Reynand dan Ara.

"Ortu kamu ga nelfon lagi?" Reynand menolehkan kepalanya pada Ara.

"Tadi udah nelfon tapi cuma sebentar, nanti kalau aku udah sampai disana, aku pasti kabarin mereka dan kamu juga pastinya," Kata Reynand memberi pengertian pada Ara.

Orang tua Reynand memang tidak bisa mengantar keberangkatannya, karena mereka tengah berada di luar negeri untuk mengurus bisnis mereka. Namun doa mereka tetap menyertai keberangkatan Reynand, semoga anak semata wayangnya itu dapat memberikan yang terbaik. Dan dua kunyuk Reynand sedang ada urusan dengan keluarga mereka masing masing.  Oleh karena itu hanya Ara yang bisa menemani Reynand sampai ke bandara.

Ara menghembuskan nafas kasar, lalu menyenderkan kepalanya ke bahu bidang Reynand.

"Pokoknya jangan sampai lupa makan, istirahatnya juga diatur, sholat sama doa tetep nomer satu, selebihnya tawakal sama yang di atas, aku yakin semua usaha kamu gaakan menghianati hasilnya nanti," Ara mengingatkan.

Reynand tersenyum mendengarkan penuturan Ara. Tak lupa ia merengkuh tubuh mungil Ara agar semakin dekat dengannya dan sesekali ia mencium pucuk rambut Ara.

"Aku bakal selalu inget kamu kok, " Ara mendongakkan kepalanya seraya mengernyitkan keningnya.

"Inget ucapan aku Rey! Bukan akunya! " Reynand tertawa lalu sedikit mengacak pucuk rambut Ara.

"Kalau aku inget kamu, otomatis aku juga inget ucapan kamu lah sayang, " Ara menaikkan sudut bibirnya lalu kembali menyenderkan kepalanya pada bahu bidang Reynand.

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Where stories live. Discover now