Part 5 : Perhatian

1.9K 129 2
                                    

"Detak jantungku berdetak dua kali lebih cepat ketika berada di dekatmu. Mungkinkah perasaan itu mulai tumbuh? "

-Reynand & Avara-

Happy reading

Elusan pelan di pipi Ara, membuat sang pemiliknya mau tak mau memaksakan diri untuk membuka mata. Ara mengerjabkan matanya, menetralkan penglihatannya, lalu menatap sekeliling. Dimanakah ia berada sekarang? Itulah yang pertama kali muncul dipikiran Ara. Ruangan yang putih bersih dan sangat menyejukkan. Apakah ini surga? Tanya batin Ara.

"Ra! Lo udah sadar? " Tanya seseorang di samping Ara. Ara pun menoleh, tapi pandangannya teralihkan terhadap sebuah logo segitiga di sudut tembok. Tenyata ini UKS. Bukan surga. Kata Batin Ara.

"Ra, kok diem? Kepalanya masih pusing? Atau ada yang sakit? Atau lo butuh sesuatu, biar gue cariin Ra! Lo tinggal bilang lo butuh apa?" Tanya Navisha beruntun. Ara yang mendengarnya pun malah semakin pusing.

Kezia menyenggol lengan Navisha, "Heh! Ara tuh baru sadar dan lo malah ngasih dia pertanyaan yang gaada jedanya sama sekali, kasian tuh Ara makin pusing denger omongan absurd lo,"

Navisha mencebikan bibirnya, "Gue kan khawatir sama keadaannya Ara, Ke. Emangnya lo! Temen baru sadar malah diem aja, kayak gaada rasa simpati sama sekalinya gitu, "

Kezia menggeleng heran, "Gue diem. Karena gue ngerti kalau Ara belum sepenuhnya sadar, lo sendiri malah nanyain pertanyaan yang gak tanggung tanggung, temen macem apa itu,"

"Niat gue kan-" Ucapan Navisha terpotong.

"Bisa ga sih kalian diem dulu! Makin pusing gue dengerin perdebatan gajelas kalian berdua," Kata Ara. Ia pun memiringkan badannya membelakangi kedua sahabatnya yang kini terdiam.

Kezia berbisik, "Lo sih! Udah tau Ara baru aja sadar dan lo malah ngasih pertanyaan gak jelas. Marah kan Ara nya, "

"Ihh gue kan cuma nanya, lo juga salah malah nyalahin gue, kasian kan Aranya jadi tambah pusing," Kata Navisha tak mau kalah.

"Lo berdua bisa tinggalin gue sebentar ga? Gue mau istirahat dulu,"

Kezia dan Navisha menatap Ara. Lalu keduanya saling melempar pandangan.

"Tapi lo gapapa Ra, disini sendirian? " Tanya Navisha memastikan.

Ara berbalik, lalu menatap kedua sahabatnya yang ia tahu, mereka cemas karena keadaannya.

"Gue gapapa, kalian berdua ga usah khawatir. Gue baik baik aja kok, " Kata Ara memberikan pengertian pada keduanya.

Kezia mengelus lengan Ara, "Ya udah kalau gitu kita keluar ya, Ra. Kita tungguin lo  dj kursi depan UKS, takutnya lo butuh apa apa tinggal panggil kita aja,"

Ara mengangguk, "Makasih ya kalian berdua udah ngertiin gue,"

Kezia dan Navisha tersenyum, "Kita keluar ya, Ra. Tiduran aja kalau masih pusing nanti kita bangunin kalau mau pulang, " Ara mengangguk lemah.

Pintu ruangan itu pun tertutup. Dan hanya menyisakan Ara seorang di ruangan ini. Ia pun mencoba menutup matanya. Mencoba menenangkan pikiran dan kepala yang masih terasa berdenyut.

Beberapa menit ia memejamkan mata. Tiba tiba, ia mendengar ada seseorang yang membuka pintu dan mulai masuk ke ruangan ini. Ia berpikir bahwa itu Kezia atau Navisha yang sedang mengecek apakah ia sudah tertidur atau belum.

Nyatanya salah. Ia merasakan hawa asing yang menyelinap masuk bersama orang itu. Namun matanya terlanjur tertutup. Ia tak mungkin tiba tiba membuka mata dan langsung membuat orang ini kaget. Biarlah ia mendengar, apa yang akan dilakukan orang ini. Jika orang tersebut melakukan hal macam-macam, ia akan langsung membuka mata dan teriak menggelegar.

"Maafin gue," Ucap seseorang pelan yang kini sedang menggenggam tangan Ara, erat.

Suara itu! Suara yang pertama kali Ara dengar di sekolah ini. Suara yang pernah menolongnya agar tidak menunduk ketika berjalan. Dan kini, berada di sisinya.

Beberapa menit. Ara merasakan elusan tangan itu semakin sering, hingga suara itu berubah menjadi parau.

"Engghh," Erangan Ara membuat lelaki disamping Ara menengakan langsung tubuhnya.

Ara dapat merasakan, bahwa tangan yang mengelusnya beberapa menit lalu seketika langsung terlepas ketika Ara membuka matanya. Ada apa sebenarnya?

"Gue dimana? " Tanya Ara pura pura tidak tahu. Nyatanya, ia sudah tau lebih dulu.

"Lo di UKS," Jawab lelaki itu.

Ara menoleh ke samping. Lalu, mata Ara dan lelaki itu saling bertemu. Ah ternyata benar dugaan Ara tadi, bahwa lelaki ini adalah orang yang pertama kali ia temui di sekolah ini.

Ara berpura pura mengerutkan keningnya, "Lo ngapain disini? Abis ngapain lo sama gue? Ngaku lo! " Tuduh Ara.

Lelaki itu mengerutkan keningnya, "Gue ga ngapain ngapain lo ya," Katanya tegas.

Ara menatap sinis, "Terus lo ngapain disini? Tiba-tiba masuk pas gaada siapa siapa lagi, " Tuduh Ara lagi. Ia hanya ingin tahu, apa reaksi lelaki yang pernah membuatnya kesal ini.

Lelaki itu menghembuskan napasnya jengah, "Gue kesini mau liat keadaan lo. Gue takut lo kenapa napa gara gara kena bola basket tadi, " Ucapnya lagi.

Tunggu-tunggu! Dia bilang takut Ara kenapa napa? Itu artinya dia khawatir akan keadaan Ara? Begitu?

"Emangnya tadi gue kenapa? " Tanya Ara pura pura tak ingat.

"Lo tadi pingsan. Pas jalan dipinggir lapang, " Ucapnya sinis

Baru saja Ara memujinya, dan sekarang? Ia kembali membuat Ara kesal dengan ucapan sinisnya. Dasar manusia!

Ara manggut manggut seolah mengerti.

"Eh bentar deh! Jangan bilang, lo yang udah ngelempar bola itu ke gue? " Tanya Ara.

Lelaki itu mengangguk santai, "Itu pun ga sengaja, "

Hey! Sengaja tidak sengaja tetap saja kepalanya benjol!

"Tetep aja kepala gue benjol. Lo liat! Biru biru gini kening gue, " Adu Ara tak terima.

Lelaki itu mengusap kening Ara. Nampaknya lelaki itu khawatir ketika melihat memar di kening Ara.

"Aww shh," Ringis Ara ketika tangan lelaki itu tepat mengenai memarnya.

"Lo kenapa? Sakit ya? " Tanyanya panik sambil memegang pundakku.

Ara tersenyum tipis, "Iya sakit! Sakit banget malah. Ngalahin sakit hati pas diputusin kekasih! "

Lelaki itu menaikan sebelah alisnya, "Lo aneh gini gara gara kebentur bola tadi? "

Ara mengusap kepalanya, "Bisa jadi sih! Kayaknya lo harus bawa gue ke klinik sakit kepala deh. Takut kepala gue makin parah, " Kata Ara asal.

Sebenarnya Ara tak kuat melihat wajah polos lelaki ini. Namun sebisa mungkin ia tahan, ia masih ingin melihat sampai dimana kepolosan most wanted ini.

"Emangnya ada ya, klinik sakit kepalanya?" Tuhkan! Apa kata Ara tadi. Lelaki ini benar benar polos. Ingin sekali Ara mendekapnya sekarang, eh!

"Ada! " Ucap Ara semangat.

"Dimana? Gue anter sekarang! " Lelaki itu mulai berdiri.

Ara berpikir sejenak, lalu mengulum senyumnya, "Di hati kamu A, "

To be Continue

Reynand polos juga ya ternyata. Eh! Neng Ara yang cantik malah memanfaat keadaan. Hadeh!

✍️ Revisi : 03 Juli 2020


𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Where stories live. Discover now