Part 11 : Ruangan

1.4K 108 0
                                    

"Jika waktu dapat ku ulang. Aku ingin kembali ke masa dimana semuanya belum serumit ini."

-Anonim-

Happy reading

Ara mengaduk ngaduk bubur yang ada di mangkoknya. Pikirannya masih berkutat dengan apa yang terjadi tadi pagi. Apakah menyetujui penawaran Reynand adalah keputusan yang tepat? - Tanya batinnya.

"Ra, itu bubur bakalan cair kalau lo aduk aduk ga jelas kaya gitu," Ara tersentak. Lalu menatap bubur yang sudah tidak jelas dapat dikatakan bubur lagi atau tidak.

Ara menutup wajahnya. Mengapa tambah rumit hubungannya dengan Reynand jika dipikir pikir?

"Lo kenapa sih Ra? Gue liat daritadi lo murung terus deh. Ada yang lagi lo pikirin, Ra? " Tanya Kezia pada Ara.

Ara mengedikan bahunya, "Entahlah. Gue ngerasa semuanya makin rumit aja, "

Kezia mengerutkan keningnya, "Rumit gimana maksud lo?"

Apakah Ara jujur saja mengenai penawaran yang Reynand ajukan kemarin pada Kezia dan Navisha?

"Sebenernya--" Perkataan Ara terpotong oleh sorak sorak siswi yang terdengar memenuhi penjuru kantin. Tak tanggung-tanggung mereka bahkan langsung berlari menuju objek tersebut. Ara tentu saja tak peduli.

"Ada apaan sih, kok rame banget?" Tanya Kezia pada Ara. Sementara Ara yang ditanyai hanya mendengus sebal. Semakin runyam saja permasalahannya.

"Ehh Ra, Ke! Liat deh siapa yang dateng ke kantin pagi ini? "

Ara menoleh Pad Navisha, "Banyak kali Na, yang ke kantin pagi ini. Mana tau siapa aja yang dateng, " Kata Ara acuh.

Navisha mencebikan bibirnya, "Itu loh Ra. Ketos kita. Siapa lagi kalau bukan Ka Reynand! "

Ara seketika terdiam. Mengapa orang yang ia pikirkan malah berada di dekatnya? Walaupun kantin itu tempat umum, tetap saja ia risih.

"Bodo amat lah. Hak mereka juga mau dateng ke mana pun mereka mau, "

Ara tak peduli.

Namun tiba-tiba seseorang menepuk bahu Ara.

"Ngapain sih Na, nepuk nepuk pundak gue. Gaada kerjaan banget, " Ucap Ara acuh seraya mengaduk kembali bubur miliknya.

"Gimana gue mau nepuk pundak lo Ra. Gue kan ada di depan lo, "

Ara menatap ke depan. Dan benar saja, Navisha dan Kezia ada di depannya. Lalu siapa dong yang menepuk pundaknya.

Ia menoleh perlahan. Dan...

"AAA! Lo ngapain disini!" Teriak Ara ketika yang ia lihat adalah Reynand di sisinya.

"Ra! Lo harusnya seneng mabro kita duduk disamping lo. Coba liat ke belakang, banyak orang yang ngantri sampai jerit jerit pingin duduk sama mabro kita. Iya ga mabro? " Kata Nafiz di belakang Reynand.

Reynand berdecak, "Apaan sih lo. Diem deh! "

"Biasa aja tuh! " Kata Ara pada Nafiz. Sementara Reynand langsung menoleh pada Ara.

"Wah, wah! Baru kali ini ada seseorang yang meragukan ketenaran seorang Reynand Alano. Patut dipertanyakan keberaniannya Rey! "

Reynand tak mengubris, "Apa kata lo tadi?"

Ara menatap sinis, "Biasa aja tuh,"

Reynand mendengus kesal. Kalau saja, ia tidak memiliki kerjasama dengan gadis di depannya ini. Detik ini juga, ia akan membalas ucapannya.

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang