Part 31 : Menjauh

1.9K 84 4
                                    

"Perempuan memang tidak sekuat lelaki , tapi lelaki tidak sesabar perempuan"

Happy reading

Hari ini. Terhitung satu pekan Ara berada dalam lingkaran rasa bersalah. Berbagai cara telah ia lakukan agar bisa menjelaskan yang sebenarnya pada Reynand.

Tunggu dulu, jangankan menjelaskan. Untuk bertemu rasanya ia sudah lelah, bagaimana tidak lelah. Setiap istirahat ia selalu menyempatkan ke kelas Reynand walau berakhir ia tidak istirahat.
Dan entah kesengsaraan memang berpihak padanya, selama itu juga ia tidak pernah bertemu Reynand. Kantin, perpustakaan, bahkan wc pria pun pernah ia datangi sekedar untuk bertemu Reynand.

"Lo makan dulu Ra. Terus terusan dikecewakan juga butuh tenaga," Navisha menyodorkan bekal makannya untuk Ara.

"Boleh ga sih gue ngerasa cape sama semua ini? " Ara menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Ia hanya wanita biasa, ia juga lelah jika terus terusan seperti ini.

"Lo boleh aja nyerah sama keadaan, tapi jangan sampai hubungan kalian berakhir cuma gara gara salah paham ini. Seenggaknya salah satu dari kalian masih ada yang berjuang kan? " Ara tersentuh. Benar kata Navisha, jika ia menyerah lalu siapa yang akan memperjuangkan hubungan mereka?

"Kedengarannya ga sulit sih Na, tapi ngelakuinnya itu bener bener pake segenap jiwa dan raga dong," Navisha pun tertawa.

"Itulah perjuangan mempertahankan cinta Ra," Ara pun tersenyum sendu. Semoga saja ia bisa melakukan itu.

"Ra itu si Nafiz bukan sih? " Ara menolehkan pandangannya pada objek yang ditunjuk Navisha. Dan benar saja, diseberang sana ada Nafiz yang sedang membawa 3 makanan plus minuman, yang ia yakin salah satunya milik Reynand.

"Manggilnya Nafiz Nafiz, ntar orangnya denger gimana" Ara berucap dengan mata yang masih mengikuti kemana Nafiz berjalan.

"Lo juga manggil ka Reynand namanya doang kan? " Ara menoleh pada Navisha dan tersenyum canggung.

"Ya itukan beda," Ara tersipu karena ucapannya sendiri.

"Lah si Nafiznya kemana Ra? " Ara tersadar lalu mengedarkan pandangannya.

"Tadi ada disitu ko Na," Ara kelabakan, jangan sampai ia kehilangan Nafiz. Hanya itu satu satunya cara agar ia bisa bertemu Reynand.

"Gimana ada ga? " Ara menggelengkan kepalanya lesu setelah mencari disekitar tempat Nafiz berdiri tadi.

"Kita cari bareng bareng, " Navisha menarik tangan Ara menjauhi tempat itu

Sedangkan disalah satu sudut, sebuah pasang mata menghembuskan nafasnya lega.

"Terus dia liat lo ga? " Seorang lelaki sedang kesal karena salah satu kecerobohan sahabatnya ini. Bagaimana bisa ia seteledor itu, sedangkan ia mati matian menahannya?

"Untungnya pas dia lagi nengok ke Navisha, gue langsung memanfaatkan keadaan dan langsung sembunyi di deket tong sampah deh," Nafiz tersenyum bangga, seolah ia baru saja menyelamatkan dunia dari bahaya. Sementara Ezra memelototkan matanya.

"Berarti makanan ini lebih dulu deket tong sampah sebelum dimakan dong? " Nafiz menganggukkan kepalanya dengan tersenyum bangga.

"Tau gitu beli sendiri gue," Ezra mendelik tajam dan memakan makannya paksa.

"Sampai kapan lo mau ngindarin dia Rey" Reynand tersentak dari lamunannya.

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang