Part 3 : Teringat

2.1K 140 0
                                    

" Lepaskan kemudian ikhlaskan. Tiga kata yang mereka tak pernah tahu, bahwa terkadang berusaha untuk ikhlas lebih sulit daripada melepas. "

-Anonim-

Happy reading

Mata itu.
Mata yang terasa sangat menyejukkan.
Mata yang membuatku ingin selalu menatapnya.
Mata yang pernah aku lihat, tetapi sekarang telah hilang.

Reynand menutup buku yang menjadi tempatnya menuangkan keluh kesah. Reynand memejamkan matanya seraya bersandar dan menatap langit langit ruangan yang menjadi kepemimpinannya.

Dua rekan Reynand datang dengan canda tawa. Reynand yang terusik pun menutup kedua telinganya, tak ingin terganggu dengan suara kedua makhluk itu.

"Mabroo lagi galau yaa, nih sahabatmu yang tampan nan rupawan ini membawakan minuman kesukaanmu, silahkan diminum mabroo," Ucap Nafiz sambil memberikan kantong kresek putih berisi minuman kesukaan Reynand.

"Jijik gue dengernya. Jauh jauh sana, ngerasa nyesel gue temenan sama lo," Sahut Ezra sambil membuka minumannya.

Nafiz mengerucutkan bibirnya, "Yee lo mah, gue kan lagi menghibur ketua OSIS kita ini, lo jadi temen gaada peka peka nya sih, " Tutup botol minuman Reynand pun melayang mengenai telinga Nafiz, yang menjadi korban pun hanya meringis seraya mengusap telinga.

Reynand mendelik tajam, "Diem lo berdua, ganggu orang lagi santai aja,"

"Udah dibeliin minuman malah nimpuk gue pake tutup botol, gini banget ya nasib gue, punya dua sahabat yang selalu menganiaya gue," Drama Nafiz dimulai.

Reynand dan Ezra saling berpandangan.

"Sumpah jijik gue dengernya, lo lebih cocok jadi pemeran yang kena azab daripada yang teraniaya, muka lo lebih cocok kena azab sumpah," Kata Ezra mengejek.

Nafiz mendengus, "Up To You mabro,yang waras ngalah," Balas Nafiz acuh

"Yang waras gue. Jadi gue yang ngalah, " Kata Ezra. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Reynand yang sedang menatap botol minumannya. Minuman itu sudah diminum, lalu untuk apa ditatap seperti itu?

Ezra menyenggol Nafiz. Memberi kode agar melihat Reynand. Nafiz yang melihat Reynand diam pun, Tiba tiba teringat dengan perempuan yang sedang bertengkar dengan Reynand tadi pagi, ia jadi kepo siapa perempuan itu.

"Eh! Rey, lo kenal sama cewe yang tadi pagi di koridor ga? " Tanya Nafiz tiba-tiba.

Reynand pun menatap Nafiz serius hingga kerutan dikeningnya terlihat jelas.

"Cewe aneh itu? " Jawab Reynand.

Nafiz mengangkat sebelah alisnya, "Aneh apanya coba, cantik gitu juga," Sanggah Nafiz.

"Bentar bentar, kalian lagi ngomongin siapa sih," Sahut Ezra yang mulai kepo dengan pembicaraan mereka berdua.

Nafiz menoleh pada Ezra, "Jadi tadi sebelum upacara. Gue ga sengaja liat Reynand ngobrol sama cewe Ez, "

Ezra menatap Reynand, "Seriusan Rey? "

"Heem,"

"Terus lo udah itu ngapain? " Ezra bertanya pada Nafiz.

"Ya ga ngapa ngapain. Lo tau sendirilah, mabro kita ini, kaya fobia gitu sama cewe, "

Tuk

Sebuah tutup botol milik Ezra kini sudah mengenai kepala Nafiz. Siapa lagi jika bukan Reynand yang melakukannya.

"Lo mah. Kalau ngomong ga mikir dua kali," Ezra berjalan, mengambil tutup botol miliknya.

Nafiz mendengus, "Lo kira ulangan. Harus mikir dua kali, "

Ezra tak membalas lagi ucapan Nafiz. Namun dirinya masih penasaran akan sosok wanita yang 'dekat' dengan Reynand.

"Jadi siapa cewe itu Rey? " Tanya Ezra pada Reynand yang terdiam.

Reynand menoleh, "Mana gue tau, ketemu aja baru sekali0" Ucap Reynand, benar sekali. Karena pertemuan pertama mereka karena ketidaksengajaan, sedangkan pertemuan kedua mereka saat Reynand sengaja berdiri di depan cewe itu, itu terjadi karena Reynand sedang berjalan
menuju ruang OSIS, tetapi di tengah perjalanan ia malah melihat cewe aneh itu, bagaimana tidak aneh, dia berjalan dengan lesu dan pandangannya ia tundukkan, jika dia jatuh bagaimana coba?

"REY! "

"A-apa? " Jawab Reynand kelabakan.

"Lo ngelamunin apa sih, ga biasanya seorang Reynand kaya gini" Ucap Ezra.

"Lagi ada yang lo fikiran Rey? " Tanya Nafiz, kini ucapannya waras maka tak ada alasan Reynand maupun Ezra memotongnya.

"Engga, " Sanggah Reynand.

"Kalau ada apa apa cerita aja, kita siap kok buat jadi pendengar yang baik, ia ga Ez? " Ucap Nafiz sambil menatap Ezra.

"Tumben lo waras" Kekeh Ezra.

"Yee lo mah, gue emang waras kali, kali kali itu juga," Ucap Nafiz.

Dan mereka bertiga pun tertawa, walaupun tidak terlalu lucu tapi mereka selalu saja tertawa jika Nafiz yang berbicara.

Tiga orang gadis sedang melepas rindu di kantin sekolah mereka. Sudah berjam jam mereka disini terhitung dari bel pulang sekolah berbunyi. Banyak yang mereka ceritakan, mulai dari pengalaman mereka selama SMP, sampai terakhir masuk ke kelas 10.

Mereka bertiga memang sudah bersahabat sejak duduk dibangku sekolah dasar. Persahabatan mereka bahkan tetap awet sampai sekarang walaupun mereka tidak satu sekolah ketika SMP.

"Sekarang lo sama siapa Ra? " Tanya Kezia, sedari tadi mereka asyik ngobrol hingga lupa menanyakan dimana rumah Ara.

"Gue tinggal sama Aa" Jawab Ara.

"Di daerah mana tuh? " Tanya Navisha kepo.

"Bumi Asri"

Kezia dan Navisha pun manggut manggut mendengar jawaban Ara.

"Pulang naik apa Ra? " Tanya Navisha.

Ara berpikir sejenak, ia lupa mengenai hal ini. Tidak mungkin kan, ia meminta jemput Aa nya yang sedang bekerja. Kenapa ia bisa lupa hal seperti ini sih.

Ara pun menunjukkan deretan gigi putihnya sambil menggelengkan kepalanya "Gak tau,"

Kezia dan Navisha pun saling melirik, mereka pun ikutan menggelengkan
kepala melihat kelakuan sahabatnya ini, bisa bisanya hal sepenting ini ia tak tahu. Lalu bagaimana sekarang, masa bisa datang ga bisa pulang, kan ga lucu?

"Emm, lo pesen ojek online aja gimana, kita ga mungkin kan satu motor bertiga, bisa dikira cabe cabean goceng lagi kita," Ucap Navisha asal.

"Ehh ga usah deh, gue--pulang naik angkot aja," Ucap Ara tak berpikir dua kali.

Kezia menatap Ara, "Kalau lo naik angkot harus jalan dulu ke terminal depan Ra, lumayan jauh kalau harus jalan. Ntar, bisa kemaleman pulangnya, "

Navisha mengangguk setuju, "Gimana kalau gue anter Ara ke terminal dulu. Udah itu gue balik lagi kesini jemput lo," Ucapnya pada Kezia.

Ara menggeleng, "Ehh, gausah Na. Gue gapapa kok jalan ke terminal, lagian gue lagi pingin liat liat daerah sini juga, " Tolak Ara tak enak.

"Ihh gapapa Ra. Yang ada, kita ga enak sama lo, masa kita naik motor lo nya jalan sendirian," Ucap Navisha.

"Iya Ra, gapapa kok," Ucap Kezia meyakinkan Ara.

"Sebenernya, gue--takut naik motor, Ke, Na, " Ucap Ara pelan sambil melirik kedua sahabatnya.

Dan kedua sahabat didepannya saling bertatapan dan mengerutkan kening mereka.

To be Continue

✍️ Revisi : 02 Juli 2020


𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Where stories live. Discover now